Sindroma Kelelahan Kronik
Penyebab yang tidak diketahui secara pasti membuat penyakit satu ini harus dikelola dengan baik. Bagaimana caranya?
Anda pernah merasakan kelelahan yang terus menerus bahkan sampai berbulan-bulan? Bisa jadi Anda mengalami Sindroma Kelelahan Kronik (SKK). "SKK adalah suatu keadaan di mana penderita merasa lelah terus menerus selama 6 bulan. Namun, penyebabnya tidak jelas. Penyakitnya pun tidak hilang dengan istirahat atau pun tidur," ujar dr. T Bahdar Johan, SpPD, dari RS Premier Bintaro.
Ada beberapa gejala yang dirasakan, mulai dari letih, lesu, lemas yang tidak menghilang setelah bangun tidur ataupun setelah istirahat selama lebih dari sehari semalam. "Selain itu, bisa juga mengalami sakit otot dan persendian, nyeri tenggorokan, sakit kepala, mual, kembung, nafsu makan menurun, kadang nyeri perut."
Bisa juga penderita mengalami kesulitan atau gangguan tidur, nyeri pada kelenjar getah bening di leher dan ketiak, gangguan emosi, panik, cemas, depresi. "Berat badan menurun, mengalami nyeri dada yang tidak jelas sumber nyerinya, menggigil, keringat di malam hari, keliyengan, gangguan keseimbangan."
Penyebab yang tidak diketahui secara pasti, dicurigai adalah kombinasi dari beberapa faktor. "Mulai dari infeksi virus, stres, gangguan sistem kekebalan tubuh, ketidakseimbangan hormon atau gangguan pada axis hormon H-P-A (Hipotalamus, Pituitari dan Adrenal)."
Akibatnya produksi hormon kortisol menglami gangguan. "Jadi pada saat dibutuhkan, hormon ini tidak mencukupi karena Axis H-P-A yang terganggu."
Sulit Penanganan
Meski stres dicurigai menjadi salah satu penyebabnya." Tetapi orang yang tanpa stres juga bisa terkena. Jika sebelumnya sudah menderita penyakit SKK, gejala gangguan psikologis yang disebutkan di atas bisa muncul kembali."
Yang cukup sulit dilakukan adalah penanganannya. "Karena penyebabnya tidak jelas, tetapi lebih banyak dilakukan terhadap simptom atau gejalanya. Perlu kerja sama tim dokter yang melibatkan dokter internis, neurolog, psikiatris bahkan androlog dalam menangani penyakit ini," tandas Bahdar.
Sementara bagi dokter, yang menjadi problem utamanya adalah menegakkan diagnosis penyakit SKK ini. Tak heran untuk sampai ke diagnosis pasien mengalami gangguan SKK, dibutuhkan pemeriksaan penunjang dan konsultasi ke dokter ahli yang lain. "Apalagi gejala yang ditimbulkan penyakit SKK sangat variatif. Bisa saja gejala itu timbul pada penyakit lain di luar SKK."
Perempuan Lebih Banyak
Pengobatan yang dilakukan tergantung apa yang menjadi penyebab timbulnya penyakit ini. "Jika dasarnya adalah infeksi virus, bila tidak diobati maka penderita tidak akan sembuh dari SKK. Tetapi banyak juga penderita yang sembuh sendiri tanpa diobati. Mungkin dasar penyebabnya bukan infeksi ataupun penurunan sistem kekebalan tubuh."
Jumlah penderita penyakit ini memang lebih tinggi dialami perempuan dibandingkan laki-laki. "Meski penyebab penyakit ini tidak diketahui secar pasti, tetapi prevalensi perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Mungkin ada pengaruh hormonal dalam kasus ini. Atau bisa juga kemungkinan lain, perempuan secara emosional lebih labil dibandingkan laki-laki."
Gejala yang dirasakan baik pada laki-laki dan perempuan pun sama saja. "Secara pasti prevalensi penyakit ini belum diketahui secara luas. Belum banyak penelitian mengenai kasus ini. Tetapi ada laporan dari USA prevalensinya sekitar 5%," kata Bahdar sambil menyebutkan penyakit SKK bukan pembunuh nomor 1. "Yang paling tinggi tetap dari penyakit kardiovaskular, disusul paling banyak adalah kanker."
\
Noverita K Waldan
