Bisa Berfungsi 100 Persen
KELAINAN yang dialami oleh Hendro menurut dr Ratih dari RS Baptis Kediri disebut dengan pengerasan hati (sirosis). di Indonesia penyakit ini kebanyakan disebabkan infeksi karena hepatitis B dan C. Ada juga yang disebabkan oleh fatty liver (perlemakan hati). Penyebab lainnya adalah kolesterol tinggi, kencing manis atau keracunan obat.
Liver yang mengalami pengerasan akan berubah bentuk. Liver yang sehat warnanya merah hati dan terlihat segar. Organ yang dipenuhi pembuluh darah itu begitu lunak. Ketika terinfeksi, pembuluh-pembuluh tersebut berubah menjadi jaringan ikat dan berdungkul kecil-kecil.
"Seperti buah pala yang dibelah menjadi dua. Ada bintik-bintik dan keras. Warnanya merah kehitaman," kata Ratih.
Ketika kelainan itu mencapai 30 persen penderita masih bisa bertahan dan terlihat sehat. Namun jika di atas 30 persen penderita bermasalah dan biasanya lemas.
Akibat dari pengerasan itu fungsi liver tidak berfungsi secara baik. Liver tidak bisa lagi menghilangkan racun dalam tubuh. Ketika liver sudah tidak bisa menyaring racun, tubuh akan keracunan. Gejala yang mudah terlihat adalah bingung, mata kuning karena kadar bilirubin meningkat dan koma.
Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan vena porta (pembuluh darah yang memberi makan liver) tersumbat dan bengkak, akibatnya perut besar, tangan kemerahan disertai bercak darah, biasanya di kulit perut terlihat seperti varises.
Apabila tidak segera ditangani varises tersebut akan jebol dan terjadi pelebaran pembuluh darah di saluran makan bagian atas.
"Kalau terjadi kasus penderita sampai meninggal dunia, itu karena kebanyakan pendarahan di lambung. Darah tidak bisa dihentikan," jelas Ratih.
Sementara itu, dr Poernomo Boedi, SpPD-KGEH dari RSUD dr Soetomo menjelaskan, penyebab perlemakan liver ada dua, yaitu alkohol dan non alkohol.
Di Indonesia banyak disebabkan non alkohol atau disebut juga dengan sindroma metabolik. Yang termasuk sindroma metabolik adalah obesitas atau kegemukan terutama pada perut, penderita kencing manis, gangguan lemak (trigliserida tinggi - HDL rendah) dan tekanan darah tinggi.
Perlemakan tersebut, lanjut Poernomo, aman-aman saja dan bisa diatasi dengan olahraga. Namun jika sudah mengganggu fungsi hati bisa dikatakan parah. Seperti salah satunya gangguan tidak bisa membuat albumin.
Ketika perlemakan liver ini tidak segera ditangani bisa menjadi pengerasan liver. "Diperlukan waktu 15 sampai 25 tahun untuk terjadinya pengerasan liver," ungkap Poernomo.
Itu karena liver bisa memperbaiki jaringan yang berubah menjadi jaringan parut. "Begitu berubah menjadi jaringan parut, liver akan memperbaiki dirinya. Jelek lagi, diperbaiki lagi. Ini yang membutuhkan waktu yang lama," papar Poernomo.
Gejala pengerasan hati bergantung dari derajat kerusakannya. Pengerasan liver ringan tidak ada gejala yang muncul. Karena itu penderita bisa beraktivitas seperti biasa.
Derajat sedang ditunjukkan dengan gejala kegagalan fungsi hati seperti mata kecokelatan, sering lesu, perut buncit. Sedangkan derajat berat ditunjukkan dengan mata kuning, perut sangat besar, muntah darah, BAB hitam dan tidak sadar.
Pada gejala ringan pengobatan dilakukan dengan cara menghentikan virus penyebab sirosis. Dengan demikian liver ia memperbaiki dirinya sendiri. Untuk gejala sedang dengan cara menghindari obat-obatan dan bahan-bahan yang meracuni hati. Tapi untuk sirosis liver berat salah satu penyembuhannya adalah dengan cangkok hati.
Pengobatan pada pengerasan liver ringan dan sedang bisa mengembalikan fungsi liver seperti semula. "Mulus kembali mungkin sulit. Tapi fungsi 100 persen bisa dicapai, ibarat motor, meskipun bodinya lecet tapi tarikannya masih tetap enak," ungkapnya.
Tentang gejala linglung yang ditemukan pada sebagian penderita menurut Poernomo karena zat neurotransmitter yang diproduksi liver untuk otak tidak dihasilkan secara sempurna. *gun
Liver yang mengalami pengerasan akan berubah bentuk. Liver yang sehat warnanya merah hati dan terlihat segar. Organ yang dipenuhi pembuluh darah itu begitu lunak. Ketika terinfeksi, pembuluh-pembuluh tersebut berubah menjadi jaringan ikat dan berdungkul kecil-kecil.
"Seperti buah pala yang dibelah menjadi dua. Ada bintik-bintik dan keras. Warnanya merah kehitaman," kata Ratih.
Ketika kelainan itu mencapai 30 persen penderita masih bisa bertahan dan terlihat sehat. Namun jika di atas 30 persen penderita bermasalah dan biasanya lemas.
Akibat dari pengerasan itu fungsi liver tidak berfungsi secara baik. Liver tidak bisa lagi menghilangkan racun dalam tubuh. Ketika liver sudah tidak bisa menyaring racun, tubuh akan keracunan. Gejala yang mudah terlihat adalah bingung, mata kuning karena kadar bilirubin meningkat dan koma.
Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan vena porta (pembuluh darah yang memberi makan liver) tersumbat dan bengkak, akibatnya perut besar, tangan kemerahan disertai bercak darah, biasanya di kulit perut terlihat seperti varises.
Apabila tidak segera ditangani varises tersebut akan jebol dan terjadi pelebaran pembuluh darah di saluran makan bagian atas.
"Kalau terjadi kasus penderita sampai meninggal dunia, itu karena kebanyakan pendarahan di lambung. Darah tidak bisa dihentikan," jelas Ratih.
Sementara itu, dr Poernomo Boedi, SpPD-KGEH dari RSUD dr Soetomo menjelaskan, penyebab perlemakan liver ada dua, yaitu alkohol dan non alkohol.
Di Indonesia banyak disebabkan non alkohol atau disebut juga dengan sindroma metabolik. Yang termasuk sindroma metabolik adalah obesitas atau kegemukan terutama pada perut, penderita kencing manis, gangguan lemak (trigliserida tinggi - HDL rendah) dan tekanan darah tinggi.
Perlemakan tersebut, lanjut Poernomo, aman-aman saja dan bisa diatasi dengan olahraga. Namun jika sudah mengganggu fungsi hati bisa dikatakan parah. Seperti salah satunya gangguan tidak bisa membuat albumin.
Ketika perlemakan liver ini tidak segera ditangani bisa menjadi pengerasan liver. "Diperlukan waktu 15 sampai 25 tahun untuk terjadinya pengerasan liver," ungkap Poernomo.
Itu karena liver bisa memperbaiki jaringan yang berubah menjadi jaringan parut. "Begitu berubah menjadi jaringan parut, liver akan memperbaiki dirinya. Jelek lagi, diperbaiki lagi. Ini yang membutuhkan waktu yang lama," papar Poernomo.
Gejala pengerasan hati bergantung dari derajat kerusakannya. Pengerasan liver ringan tidak ada gejala yang muncul. Karena itu penderita bisa beraktivitas seperti biasa.
Derajat sedang ditunjukkan dengan gejala kegagalan fungsi hati seperti mata kecokelatan, sering lesu, perut buncit. Sedangkan derajat berat ditunjukkan dengan mata kuning, perut sangat besar, muntah darah, BAB hitam dan tidak sadar.
Pada gejala ringan pengobatan dilakukan dengan cara menghentikan virus penyebab sirosis. Dengan demikian liver ia memperbaiki dirinya sendiri. Untuk gejala sedang dengan cara menghindari obat-obatan dan bahan-bahan yang meracuni hati. Tapi untuk sirosis liver berat salah satu penyembuhannya adalah dengan cangkok hati.
Pengobatan pada pengerasan liver ringan dan sedang bisa mengembalikan fungsi liver seperti semula. "Mulus kembali mungkin sulit. Tapi fungsi 100 persen bisa dicapai, ibarat motor, meskipun bodinya lecet tapi tarikannya masih tetap enak," ungkapnya.
Tentang gejala linglung yang ditemukan pada sebagian penderita menurut Poernomo karena zat neurotransmitter yang diproduksi liver untuk otak tidak dihasilkan secara sempurna. *gun