Agama Tidak Melarang Marah

PADA hari-hari terakhir ini kita semua sering mendengar orang marah. Bahkan "Mahkamah Konstitusi", sebuah lembaga hukum yang tinggi dan amat terhormat, hari-hari ini sedang berhadapan dengan dua kelompok besar orang yang boleh disebut sedang marah.

Lalu, bolehkah orang, atau orang-orang itu marah ? "Monggo wae!" Silakan saja ! Bukankah agama pun tidak melarang orang marah-marah? Cuma agama memuji orang-orang yang bisa menahan atau mengendalikan kemarahannya. Di dalam Kitab Suci Al-Quran Surat Ali Imron ayat 174, Allah Swt memuji orang-orang yang bisa mampu mengendalikan kemarahan dengan pujian: "Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak ditimpa suatu bencana dan mereka mengikuti keridaan Allah. Allah memiliki karunia yang besar." Tetapi Allah Swt sama sekali tidak melarang orang untuk marah selama sesuai dengan kemestiannya. Rasulullah Saw pun pernah marah ketika ada sahabat beliau yang bertengkar dengan suara keras saat mereka mempersoalkan masalah takdir. Masing-masing mengutip ayat Quran yang dijadikan alasan dan landasan untuk membenarkan pendapat mereka.


Abdullah Ibnu Umar r.a putra Umar Ibnu Khatthab r.a Salah satu dari empat khalifah utama, melukiskan wajah Rasulullah Saw merah bagaikan disiram perasan delima karena amarah beliau meninggi. Lalu beliau bersabda, "Apakah seperti ini kalian diperintahkan? Apa untuk ini kalian diciptakan? Kalian mempertentangkan sebagian Al-Quran dengan sebagian yang lainnya? Tindakan seperti inilah yang mengakibatkan umat-umat sebelum kalian binasa." (Hadis Riwayat Ibnu Majah)

SILAKAN MARAH TAPI JANGAN SALAH
AL-QURAN Surat Al-Araf ayat 150 Allah Swt menggambarkan bagaimana marahnya Nabi Musa a.s ketika beliau tahu umatnya menyembah sapi? Beliau marah tetapi disertai dengan sesal yang besar. Bak kata pepatah "silakan marah tapi jangan salah."

Pertama, jangan melontarkan kemarahan yang tidak pada tempatnya. Kedua, janganlah marah melewati keharusan yang sepatutnya. Kalau marah sudah meledak-ledak dan akal sudah dikalahkan nafsu, maka marah itu sudah menjadi salah. Di kondisi seperti itulah, menurut Ahmad dan Abu Daud, rasulullah Saw menitahkan orang marah mengubah posisinya. Dari berdiri ke posisi duduk. Dari duduk ke posisi tidur. Dan tinggalkan tempat untuk pergi berwudhu.

Di dalam kesempatan yang lain beliau Saw bersabda "Amarah itu bersumber dari setan, sedangkan setan tercipta dari api. Api akan padam bila terkena air. Maka apabila salah seorang di antara kalian ada yang marah, maka berwudhulah." (Hadis Riwayat Abu Dawud dan Bukhari dalam Tarikhnya)

Ada pendapat yang mengatakan bahwa menahan amarah akan menimbulkan depresi. Kalau begitu, ingatlah pesan Al-Quran Surat Ali Imron ayat 134 yang berbunyi: "Orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan."

dan As-Syuara ayat 37 yang berbunyi, "Niscaya mereka akan mendatangkan semua penyihir yang pandai kepadamu."

Sementara itu kepada Abu adDarda yang bertanya bagaimana cara masuk ke surga, Rasulullah Saw menjawab "Jangan marah! Engkau (akan) memperoleh surga!" Demikian hadis riwayat Muslim. Wallahu a'lam bisshawab. (***)

Postingan populer dari blog ini

Awet Muda: Tubuh Bugar