Ahli Farmasi Diminta Berinovasi
BANDUNG, KOMPAS - Ahli farmasi Indonesia diminta kreatif dan inovatif menghasilkan beragam obat bermutu. Selain potensial meningkatkan daya saing Indonesia dengan negara produsen lain, obat berkualitas buatan dalam negeri berperan menunjang ketahanan kesehatan masyarakat.
Menteri Kesehatan Nila Djuwita Moeloek mengemukakan hal itu dalam Seminar Internasional Farmakologi dan Farmasi Klinik bertema "Tren Terkini Farmakologi Molekular dalam Uji Klinik dan Pengembangan Obat", di Bandung, Jawa Barat, Kamis (1/9).
"Tantangan perkembangan penyakit amat pesat, mulai dari penyakit yang dipicu cacing hingga virus zika yang kini menimbulkan kepanikan. Itu harus diimbangi inovasi bidang pengobatan," kata Nila.
Namun, menurut Nila, banyak bahan baku obat yang dibuat di Indonesia masih diimpor. Itu memicu ketergantungan dan tingginya biaya produksi untuk mendapat bahan baku obat.
Karena itu, ahli farmasi Indonesia diharapkan berinovasi untuk mendapat bahan baku obat bermutu tanpa bergantung pada negara lain. Misalnya, pengembangan obat dengan teknologi molekular terbuka dikembangkan. "Jika itu terwujud, warga Indonesia bisa menikmati banyak obat bermutu sekaligus menekan ketergantungan bahan baku dari negara lain," ujarnya.
Pasar potensial
Menurut Dekan Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung Daryono Hadi Tjahjono, dengan jumlah penduduk 250 juta orang Indonesia jadi pasar potensial bagi negara produsen obat. Di Asia Tenggara, pesaing terbesar Indonesia ialah Thailand yang jadi produsen obat sejak 1970-an.
"Untuk menghadapi potensi masuknya obat dari negara lain, inovasi jadi komponen terpenting. Jika fondasi di dalam negeri tak kuat, banyak obat impor membanjiri Indonesia," ujarnya.
Potensi kemandirian bidang kesehatan di Indonesia besar. Misalnya, PT Biofarma sukses memproduksi vaksin dengan konsumen di 125 negara. Pihak ITB mengembangkan beragam riset terkait inovasi bidang obat. Dalam setahun, sekitar 100 riset dilakukan ITB. Sebagian riset itu dilakukan bersama produsen obat ternama untuk diterapkan lebih lanjut.
"Dengan potensi itu, kemampuan anak bangsa bidang kesehatan tak perlu diragukan. Kami berharap warga Indonesia tak ragu memilih produk dalam negeri. Mutunya setara, mungkin lebih baik dibandingkan produk luar negeri," ujarnya. (CHE)