Artroskopi, Solusi Memulihkan Cedera Lutut
PERTANDINGAN taekwondo antar universitas di GOR Bulungan Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu, menjadi peristiwa tak terlupakan bagi Egawati, 20.
Saat bertanding di babak semifinal. Ia jatuh terpeleset dengan posisi lutut kanan tertekuk miring. Saat itu, meski merasakan sakit di bagian lutut kanannya, ia tetap memaksakan diri menyelesaikan pertandingan.
Tak disangka, beberapa waktu kemudian nyeri itu makin terasa. Lututnya pun membengkak. Ia mencoba terapi ke tukang urut, tetapi tidak membuahkan hasil. Hingga kemudian, melalui program corporate social responsibility Rumah Sakit Premier Bintaro (RSPB) Tangerang, ia menjalani pemeriksaan dan terapi medis.
Berdasarkan pemeriksaan, ia dinyatakan cedera anterior cruciate ligament (ACL) pada lutut kanannya. Ia pun menjalani operasi pemulihan dengan metode artroskopi.
"Sudah operasi Senin lalu, sekarang masih belum boleh gerak dulu. Masih dalam tahap pemulihan," ujar Ega saat ditemui di ruang rawat inapnya di RSPB, Rabu (20/2).
Menurut salah satu dari tim dokter Sport Clinic RSPB yang menangani Ega, dr Sapto Adji SpOT, cedera ACL, memang kerap dialami baik seorang atlet maupun kalangan umum saat melakukan olahraga yang melibatkan gerak aktif lutut seperti sepak bola, futsal, bulu tangkis, voli, dan beladiri. Umumnya, cedera ACL disebabkan kejadian jatuh yang menyebabkan sendi lutut terputar, kadang disertai bunyi 'krek', serta diikuti pembengkakan.
"ACL ialah salah satu dari empat urat yang menjaga kestabilan sendi lutut. Ketika ACL robek atau putus, sendi lutut pun menjadi tidak stabil," ujar Sapto.
Masalahnya, tak seperti kulit yang ketika tersayat bisa membaik sendiri, ACL yang robek tidak dapat pulih dengan sendirinya. Satu-satunya terapi untuk kasus cedera ACL ialah operasi penggantian ACL. Melalui operasi itu urat ACL yang rusak diganti dengan urat baru yang diambil dari area paha.
"Jadi, operasi diawali dengan pengambilan urat tendon di area hamstring dengan alat stripper, untuk kemudian dipasang menggantikan ACL yang rusak. Prosedur ini sudah menjadi standar baku penanganan cedera ACL," jelas dokter spesialis bedah ortopedi itu.
Dulu, lanjut Sapto, operasi penggantian ACL dilakukan dengan membedah sendi lutut dengan sayatan sekitar 10 cm. Namun, saat ini dengan metode artroskopi, operasi bisa dilakukan tanpa pembedahan. Operasi itu hanya memerlukan dua sayatan berdiameter 1 cm.
Sayatan pertama untuk memasukkan kamera khusus. Kamera yang menghasilkan gambar di layar monitor itu menjadi perpanjangan 'mata' dokter dalam melakukan prosedur operasi. Adapun sayatan kedua untuk memasukkan alat yang digunakan dalam pekerjaan-pekerjaan operasi seperti memotong dan menjahit jaringan.
"Metode artroskopi lebih menguntungkan daripada cara konvensional. Dengan sayatan yang kecil, proses pemulihan bisa lebih cepat, risiko infeksi dan perdarahan pun lebih ringan."
Jangan diurut
Saat seseorang mengalami cedera ACL, mungkin saja ia masih bisa beraktivitas. Namun harus diingat, cedera itu tidak boleh dibiarkan. Bila dibiarkan, sendi lutut yang tidak stabil akan memudahkan ausnya tulang rawan dan bantalan (meniscus) sendi lutut. Hal itu membuat problem makin berkembang.
"Lebih baik, saat cedera, segera bawa ke dokter untuk memastikan jenis cedera dan penanganannya. Hindari pergi ke tukang urut karena penekanan yang salah pada sendi justru bisa menambah parah cedera," imbau Sapto.
Sport Clinic RSPB hadir memberi layanan yang terpadu dan komprehensif untuk menangani berbagai masalah yang timbul akibat aktivitas olahraga. Informasi lebih lanjut dapat diperoleh dengan menghubungi nomor telepon 021-27625500 ext. 3338. (Nik/H-25)