Artroskopi Tangani Cedera Olahraga
KURANGNYA pemanasan, benturan, dan melakukan gerakan yang salah dapat memicu cedera saat berolahraga. Salah satu jenis cedera olahraga yang kerap terjadi ialah robekan pada jaringan anterior cruciate ligament (ACL), yaitu ligamen (urat) pada sendi lutut yang menghubungkan tulang kering dengan tulang paha.
"Dari semua jenis cedera olahrga di dunia, cedera ACL, paling sering terjadi, mencapai 100 ribu kasus per tahunnya. Atlet sepak bola, basket, dan ski yang paling sering mengalaminya," ujar dokter spesialis ortopedi dari RS Premier Bintaro, Sapto Adji Hardjosworo, pada seminar kedokteran bertajuk The Management of Sport Injury Center di rumah sakit tersebut, Tangerang, Sabtu (19/12).
Ia menjelaskan cedera ACL, biasanya terjadi ketika seseorang berhenti tiba-tiba ke kanan atau ke kiri saat berlari, meloncat, atau karena kecelakaan yang menyebabkan urat tersebut teregang. "Biasanya, pada orang yang mengalami cedera ACL lututnya jadi bengkak selama beberapa jam dan dia tidak dapat melanjutkan olahraga saat itu."
ACL yang robek harus diperbaiki. Jika tidak, lutut tidak akan stabil. Melalui operasi, ACL yang robek diganti dengan urat yang diambil dari bagian tubuh yang lain. "Saat ini, operasi perbaikan ACL itu bisa dilakukan dengan teknik sayatan kecil, artroskopi.
Pada artroskopi, lutut tidak dibedah, tetapi hanya disayat kecil untuk memasukkan peralatan operasi termasuk kamera serat optik. Kamera itu memproyeksikan gambar live di monitor. Dengan melihat monitor, dokter bisa memantau kondisi dalam lutut dan melakukan prosedur operasi.
"Dengan artroskopi, masa pemulihan sekitar 3-6 bulan, lebih singkat daripada operasi terbuka yang perlu waktu enam bulan lebih. Dari perspektif fungsional, banyak atlet yang cedera ACL, bisa berprestasi lagi setelah dioperasi," kata Sapto.
Pada kesempatan itu, Sapto juga menjelaskan pertolongan pertama saat cedera olahraga. Metode itu disebut RICE, kependekan dari rest, ice, compression, dan elevation.
"Pertama, rest (istirahat), langsung hentikan aktivitas. Kedua, ice (es), berikan es pada bagian yang cedera," tambahnya.
Ketiga, lanjut Sapto, compression, bebat bagian yang cedera dengan perban elastis. Terakhir, elevation (pengangkatan), yaitu menempatkan bagian yang cedera lebih tinggi dari posisi jantung. (*/H-3)