Formula Baru Sembuhkan Luka Diabetes
LUKA yang tak kunjung sembuh (kronis) menurunkan produktivitas penderitanya. Dalam beberapa kasus, seperti luka pada penderita diabetes, bahkan berujung pada amputasi organ yang terluka demi mencegah berlanjutnya infeksi.
Dunia kedokteran terus berupaya mencari solusi terbaik. Salah satu harapan muncul dari hasil penelitian tim dari Institute of Health and Biomedical Innovation, Australia, yang dipimpin pakar biomedis Profesor Zee Upton. Mereka menemukan formulasi salep yang bisa mempercepat penutupan luka kronis.
Penelitian itu dimulai pada 2002 saat Upton menemukan tiga jenis protein yang bergabung membentuk senyawa kompleks. Senyawa tersebut merupakan faktor pertumbuhan. Ia menamakannya Vitro Gro. Protein itu merangsang sel keratinosit yang berada pada kulit luar yang sehat untuk saling menempel dan akhirnya menutup luka. Senyawa tersebut diformulasi dalam sediaan berbentuk salep cair lengket yang dioleskan ke atas luka.
"Teknologi kami berusaha untuk menggantikan fungsi scaffold (penunjang) yang biasa ditanam pada kulit pasien yang mengalami luka. Scaffold membuat jaringan tepi ikut sulit bergerak. Dengan teknologi ini kami merangsang jaringan kulit untuk bermigrasi dan menutup luka," ujar Upton dalam seminar bertajuk Wound Management: Developing New Technologies, Tools, Therapies, and Clinical
Applications. di Jakarta, pekan lalu.
Uji klinik telah dilakukan ke sejumlah pasien untuk mengetahui efektivitasnya. Salep itu diaplikasikan ke berbagai jenis luka, seperti luka akibat diabetes, luka akibat tekanan pada pembuluh darah, dan luka akibat tekanan beban.
Hasilnya menunjukkan salep tersebut bisa menutup luka. Dengan penutupan luka yang lebih cepat, teknologi itu sekaligus menurunkan risiko infeksi.
"Teknologi ini memungkinkan luka sembuh secara efektif, tetapi tidak menyembuhkan penyakit penyebab luka tersebut."
Penelitian dilanjutkan untuk mencari metode menekan biaya produksi salep tersebut. Hal itu dilakukan dengan ekstraksi komponen-komponen terpenting dari ketiga protein tersebut. Hasil ekstraksi digabungkan membentuk protein baru yang dinamai Vitro Gro ECM.
Protein tersebut mengandung faktor pertumbuhan IGF-I yang akan disambungkan ke protein vitronectin secara lebih sederhana. Penggabungan tersebut berhasil menekan biaya produksi tanpa mengurangi khasiatnya.
"Saat ini kami masih melakukan uji klinik di Jerman dan Inggris untuk memastikan efektivitas Vitro Gro dalam penyembuhan beragam luka yang tidak bisa direspons dengan pengobatan konvensional," jelas Upton.
Bila seluruh tahapan uji ilmiah memberikan hasil baik, tentunya salep itu bisa dimanfaatkan oleh banyak orang yang membutuhkan. (Din/H-3)