Mencegah Trauma Penderita Kanker Anak

PENGALAMAN menderita kanker di masa anak-anak berpotensi meninggalkan trauma. Keharusan untuk menjalani perawatan dan kehilangan kesempatan bermain akan menimbulkan rasa rendah diri. Karena itu, dunia anak-anak harus tetap dihadirkan dan dihidupkan saat mereka menjalani perawatan kanker. 

"Pengalaman pahit menjalani perawatan kanker sepuluh tahun lalu masih membekas dalam ingatan saya," ujar Nalarini, 24, dalam diskusi mengenai perawatan kanker anak, di RS Dharmais, Jakarta, beberapa waktu lalu.

Pada usia 12 tahun, Nalarini menderita kanker darah (leukemia). Gadis yang kini bekerja sebagai sekretaris Indonesia Journal of Cancer di RS Kanker Dharmais itu, mengaku pernah terbelenggu oleh perasaan minder saat harus menjalani perawatan kanker selama tiga tahun di RS Cipto Mangunkusumo.
Mengingat pengalamannya yang tidak menyenangkan, Nalarini yang kini aktif mendampingi anak-anak penderita kanker di RS Dharmais itu mengatakan kalau cara perawatan kanker pada anak harus dibedakan dengan perawatan orang dewasa. Menurutnya, dunia anak-anak harus tetap dihidupkan meskipun mereka sedang menjalani perawatan kanker.    

Pernyataan Nalarini dibenarkan spesialis anak RS Dharmais dr Anky Tririni Kusumaning SpA. "Perawatan kanker pada anak memang harus dibedakan dengan orang dewasa. Menganggap anak sebagai orang dewasa yang dikecilkan menurut saya tidak pada tempatnya karena anak sedang dalam masa pertumbuhan dan perkembangan," ujar Anky dalam seminar bertema Perawatan pada kanker anak di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Alat bermain
Perawatan kanker pada anak, terang Anky, harus dilakukan dengan pendekatan yang memadukan faktor klinis, psikologis, dan sosial. Anak harus dirawat senyaman mungkin dan tidak merasa sakit. Sebagai contoh, terangnya, jika hendak dilakukan pengambilan darah atau pengambilan sumsum tulang belakang, anak diberi obat anestesi terlebih dahulu. Dengan begitu, saat ia terbangun, semua proses sudah  selesai tanpa dia merasa trauma karena sakit.

Pemberian obat kanker, lanjutnya, akan menimbulkan efek samping perut mual-mual. Untuk mengantisipasi ini, anak terlebih dahulu diberi obat mual. Dengan begitu, ia akan tetap merasa nyaman.

Selain itu, lanjutnya, ruangan perawatan dirancang sesuai dengan dunia anak  dengan dilengkapi alat-alat bermain. Para dokter dan perawat juga bisa mengenakan rompi bergambar karakter lucu seperti gambar kartun. (*/S-7)   

Postingan populer dari blog ini

Awet Muda: Tubuh Bugar