Penderita Kanker yang Tak Mau Menyerah

Informasi minim mengenai kanker tiroid membuatnya resah. Apalagi ia  pun sempat dioperasi gara-gara mengidap kanker itu. Semangat membaranya demi membantu sesama, membawanya layak dinobatkan sebagai Perempuan Inspiratif NOVA 2017 dari ketegori Perempuan dan Kesehatan.

Kanker tiroid mungkin tidak sepopuler kanker serviks atau kanker payudara. Namun ganasnya tak kalah serius. Tapi, informasi mengenai penyakit ini - dulu - tak begitu mumpuni dan melimpah di dunia maya. Itulah sebabnya. Astriani Dwi Aryaningtyas, berkolaborasi dengan bunga Ramadani, membuat sebuah organisasi yang kini telah legal bernama Pita Tosca.

Pita Tosca bukan sembarang pita. Komunitas ini diharapnya jadi pusat informasi kanker tiroid.

Tapi kenapa Astri - panggilan akrabnya - begitu bersemangat bikin komunitas semacam itu? 

"Awalnya tahun 2013, saya didiagnosis tiroid. Itu sejak saya kuliah, usia 21 tahun. Jadi waktu itu ada benjolan di kelenjar tiroid, di bagian leher depan, atas tulang dada. Waktu diperiksa, rupanya ada bubble-bubble gitu, tidak terlihat dari luar, tapi menekan ke dalam. Sebenarnya saya harus melakukan serangkaian pemeriksaan lagi. Saat itu saya merasa, lho, ini waktunya saya bekerja, tapi kok saya harus menghadapi seperti ini? Jadi saya mikirnya, ya udah deh, nanti-nanti saja saya periksa," kenang perempuan, sarjana Psikologi ini.
Yang kemudian terjadi?

Setelah satu tahun, Astri baru menyempatkan waktu untuk memeriksakan lagi kondisinya. "Ternyata sudah ada penyebaran. Kemudian seperti ini, oh, udah kanker yah? Ini terdiagnosis kanker. Waktu itu dokter memutuskan ambil semua kelenjar tiroidnya. Saya setuju, keluarga setuju. Lalu saya berpikir, ya Alllah, satu tahun saya sudah banyak perubahan dan penyebaran yang terjadi," katanya sambil menarik napas dalam.

Sulit Cari Informasi
Nyatanya, menjadi seorang penyintas (survivor) kanker tiroid tidak membuat hidup Astri terpuruk. Berbekal niat dan keinginan melanjutkan kelangsungan hidup, dirinya mencari informasi lebih seputar kanker tiroid dan penanganannya di Indonesia. Sayang, harapan itu sirna. Pembahasan mengenai penyakit ini ternyata minim dan tidak ada perhatian lebih terhadap kanker jenis ini. Padahal, dampak yang dialami pejuang tiroid seperti dirinya sangat besar.

"Waktu itu 2014, informasi sangat minim. Jurnal-jurnal medis masih sangat sedikit. Sementara gangguan tiroid ini menyerang kelenjar paling besar, yakni kelenjar endokrin. Ini butuh tiga dokter spesialis, dari endokrin, onkologi kalau kena kanker, dan kedokteran nuklir. Sementara jumlah spesialisasi ini masih sangat sedikit di Indonesia. Banyak penyebaran info masih secara general, tidak spesifik," imbuhnya dengan suara sedikit serak.

Menghadapi kenyataan tersebut, Astri lantas berpikir. "kalau  diri saya bisa membantu sesama, saya mungkin bisa sehat lagi, bisa bugar lagi."

Dan pada akhirnya, hal itulah yang dilakukan oleh Astri.

"Tiroid, kan, punya gangguan ke emosi juga. Makanya saya rasa mereka (para penderita, red) butuh suatu tempat. Gagasan saya awalnya hanya support group. Kemudian saya cari teman, mau enggak nih bareng-bareng kita bentuk. Kebetulan ada satu orang, saya malah ketemu dia di organisasi luar. Jadi (yang gerak) ada saya sama Bunga. Memang idenya dari saya, tapi kita menggerakkan berdua. Baru-baru kumpul dapat sepuluh orang saja sudah happy," celoteh perempuan kelahiran tahun 1991 ini.

Dan, gagasan Astri mendirikan komunitas Pejuang Tiroid Indonesia terwujud dengan nama Pita Tosca, pada Oktober 2015.    

Lantas, mengapa tosca?

"Tosca adalah salah satu warna yang melambangkan kepedulian terhadap kanker tiroid, secara internasional. Sebetulnya ada tiga warna, ungu, pink, dan tosca. Tapi mengapa tosca? Karena tosca melambangkan healing process," jelasnya.

Setelah dibentuk, Pita Tosca langsung menuai respon positif. Anggotanya pun tidak hanya penyintas kanker tiroid, melainkan juga dari para penderita.

Dukungan Semesta
Astri pantas bersyukur. Pita Tosca yang didirikannya sebagai pusat informasi kesehatan tiroid di Indonesia mendapat dukungan.

Dukungan pertama datang saat ia menggelar program kampanye Diskusi dan Edukasi Kesehatan Tiroid Indonesia (DEKAT), dengan mengusung tema Kenali Tiroidmu.

Berkolaborasi dengan para caregiver, tenaga medis profesional, dan para pejuang tiroid, kampanye itu terus bergulir, bahkan menjadi agenda rutin di beberapa kota di Indonesia, yakni Jakarta, Surabaya dan Yogyakarta sejak tahun 2015. Dan terus berlanjut hingga sekarang, terutama di bulan-bulan peduli kesadaran tiroid internasional seperti Januari, Februari, Mei, dan September.

"Selain melaksanakan kegiatan DEKAT yang merupakan seminar awam untuk masyarakat, Pita Tosca juga melakukan kegiatan pertemuan rutin yang dilakukan minimal sebulan sekali pada setiap regional Pita Tosca. Sekarang Pita Tosca sudah punya 5 grup regional, yaitu Jabodetabek, Jawa Barat - Banten, Jawa Tengah - DIY, Jawa Timur, Sumatera, Bali - Nusa Tenggara, Kalimantan, dan Sulawesi. Kemudin akan segera disusul Maluku - Papua," beber Astri. 

Soal kendala, tentu ada. Namun menurut Astri, dalam membentuk Pita Tosca ini, kendala bukan datang dari pihak luar, melainkan dari diri sendiri. Entah itu rasa malu atau kecenderungan lebih tertutup terhadap orang-orang di sekitar. Padahal di sisi lain, diri para penderita penyakit kanker ini membutuhkan wadah untuk membuka diri dan melepaskan curahan hati mengenai apa yang diderita. Sebab, pasca divonis terkena kanker, yang justru dibutuhkan adalah keterbukaan dan keiklasan menerima kondisi diri.

"Prinsip itu yang dipegang untuk membentuk komunitas. Setelah pegang prinsip ini, kendalanya pasti sirna sendiri. Malah mungkin orang berpikir, dengan adanya komunitas, aku justru lebih merasa dihargai sebagai pasien," bilang perempuan yang sedang hamil 32 minggu ini.  

Tak bisa dipungkiri, perempuan berkacamata ini tentu melewati banyak pengalaman sampai akhirnya bisa menginspirasi. Berjuang di kala terpaan penyakit yang tentu menyedihkan, sekaligus menjadi inspirasi bagi sesama lewat komunitasnya.

Melaui Pita Tosca, Astri berharap dapat memberikan dampak positif bagi bangsa. Minimal, para penderita gangguan tiroid tidak merasakan pengalaman yang ia rasakan dulu, ketika sulit mendapatkan informasi.

"Selain menjadi pusat informasi tiroid di Indonesia, kita juga menjadi wadah untuk merangkul pasien-pasien. Kita ingin support sisi psikologis pasien, lewat Pita Tosca. Saya pribadi berpikir, karena lulusan psikologi, mikirnya harus kerja gimana gitu. Namun kemudian, people development ternyata tidak harus kantoran. Melalui Pita Tosca semoga saya bisa melakukan sesuatu buat orang lain, sekaligus mengembangkan passion saya. Kebetulan, tahun depan saya akan S2 Psikologi Kesehatan, di Universitas Gadjah Mada. Doakan, ya," tutupnya.

Doa dan selamat selalu buat Astri.

Jeanett Verica       

Postingan populer dari blog ini

Awet Muda: Tubuh Bugar