Agar Bayi Prematur Tumbuh Normal

Hampir 75% penyebab kelahiran prematur ialah gizi buruk sang ibu dan 25% karena infeksi penyakit.

PEKAN lalu, sejumlah media memberitakan kematian bayi Dera Nur Anggraini di usianya yang belum genap seminggu. Bayi itu lahir prematur di usia kandungan tujuh bulan bersama kembarannya, Dara.

Akibat terlahir prematur dengan berat badan hanya 1 kg dan mengalami beberapa gangguan kesehatan, bayi Dera membutuhkan pertolongan medis segera. Ia pun dirujuk untuk dirawat di rumah sakit berfasilitas lengkap.

Sayangnya, sejumlah rumah sakit yang didatangi orangtua Dera menyatakan fasilitas perawatan intensif bayi baru lahir (NICU) yang mereka miliki terpakai semua. Bayi Dera akhirnya menghembuskan napas terakhir sebelum mendapat perawatan yang ia butuhkan.

Berkaca dari kasus tersebut, pemerintah berniat menambah jumlah NICU di sejumlah rumah sakit. Bila rencana itu terwujud, tentunya akan membawa manfaat besar bagi bayi yang kondisinya seperti Dera.

Pasalnya, bayi prematur memang membutuhkan perawatan khusus. "Bayi dikategorikan prematur bila lahir pada usia kandungan kurang dari 37 minggu. Umumnya, bayi prematur biasanya akan mengalami berat badan lahir rendah, serta organ usus, jantung, otak, ginjal, jantung, mata dan paru-paru yang belum sempurna," ujar dokter spesialis anak RS Anak & Bunda Harapan Kita, Engkie A Djauhari, di Jakarta, baru-baru ini.

Oleh karena itu, menurut Engkie, untuk mematangkan seluruh organ tersebut bayi perlu dirawat intensif menggunakan inkubator. Suhu dan kondisi inkubator yang diatur seperti dalam kandungan sang ibu sangat dibutuhkan si bayi. 

Pemberian oksigen melalui ventilator juga kerap dibutuhkan untuk membantu pernapasan sang bayi. Dalam hal ini, ada hal-hal yang harus diperhatikan agar oksigen yang diberikan tidak berlebihan.

"Oksigen merangsang pertumbuhan pembuluh darah di retina. Bila terlalu banyak oksigen, pembuluh darah yang terbentuk bisa menutupi retina dan menimbulkan kebutaan pada bayi," jelasnya.

Setelah kondisi bayi memungkinkan untuk keluar dari inkubator, perawatan lanjutan tetap diperlukan untuk memastikan tumbuh kembang bayi berjalan sebagaimana mestinya.

Tumbuh kembang bayi prematur cenderung lebih lambat daripada bayi normal. Perawatan lanjutan tetap diperlukan agar tumbuh kembang bayi prematur sama seperti bayi normal."

Kurang gizi
Ada berbagai faktor yang menyebabkan bayi berisiko lahir prematur. Faktor dari ibu, antara lain usia ibu saat hamil kurang dari 18 atau lebih dari 40 tahun, ibu menderita hipertensi, kelainan jantung, perdarahan, diabetes, preeklampsia atau eklampsia (keracunan kehamilan), trauma beraktivitas fisik yang berlebihan, dan perokok.

Adapun faktor dari janin, antara lain kelainan bawaan, kembar, infeksi, janin tumbuh lamban, serta bayi berbakat alergi dan asma yang ditandai gerakan dan tendangan bayi sangat keras selama di kandungan.

"Jadi, pencegahan kelahiran prematur dilakukan dengan menghindari faktor-faktor risiko tersebut," kata Engkie.

Secara terpisah, neonatologi dan  konsultan perinatologi dari RS Cipto Mangunkusumo, Rinawati Rohsiswanto, menekankan pentingnya pemenuhan gizi calon ibu dan kesiapan ekonomi orangtua dalam menyongong kehadiran buah hati.

"Hampir 75% penyebab prematur ialah gizi buruk sang ibu dan 25% karena infeksi penyakit." kata Rina.

Edukasi tentang kehamilan dan kecukupan nutrisi menjadi salah satu cara untuk mencegah lahirnya bayi prematur dan bayi berbobot rendah. Menurut Rina, dengan edukasi yang baik, perempuan bisa menghindari menikah dan hamil di usia yang terlalu muda, saat fisik dan organ reproduksi belum siap untuk fase kehamilan.  

"Selain itu, ekonomi menjadi fakor terpenting, sebab pemenuhan nutrisi selama kehamilan, pemeriksaan kehamilan ke dokter, dan persiapan kehamilan membutuhkan dana yang cukup," terang Rina.   

Rina menjelaskan, untuk saat ini rumah sakit pemerintah jelas tidak mampu menampung seluruh bayi yang lahir prematur. Hal itu karena terbatasnya fasilitas dan tidak sebanding dengan banyaknya bayi prematur, terutama yang berasal dari kalangan ekonomi lemah.

"Saat rumah sakit pemerintah penuh, mereka memang harus ke rumah sakit swasta berfasilitas lengkap agar bisa segera ditangani untuk menghindari risiko meninggalnya si bayi."

Terkait dengan biaya, menurut Rina, biaya perawatan bayi prematur di rumah sakit bisa mencapai 10 juta per hari. Padahal, perawatan bayi prematur yang bermasalah bisa mencapai dua bulan.

"Bisa dihitung, orangtua harus mengeluarkan dana Rp 150 juta - Rp 200 juta agar anaknya selamat. Tapi, itulah fakta yang harus dihadapi. Kesiapan ekonomi calon orangtua memang penting," pungkas Rina. (*/H-1)

eni@mediaindonesia.com

Postingan populer dari blog ini

Awet Muda: Tubuh Bugar