Keluhan Gigi dan Mulut Tertinggi
JIKA Anda ingin gigi tetap sehat, sikatlah gigi secara benar dan teratur. Itulah prinsip umum menjaga kesehatan gigi. Sebuah prinsip yang tentunya telah dikenal masyarakat luas, tua maupun muda. Bahkan, kalangan anak-anak pun dipastikan telah mengenal; prinsip tersebut dari guru mereka di taman kanak-kanak.
Sayangnya, meski dikenal secara luas, praktik menyikat gigi teratur belum menjadi kebiasaan sebagian besar masyarakat.
Ingin bukti? Lihatlah hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2001. Hasil survei tersebut menunjukkan bahwa dari 10 kelompok penyakit terbanyak yang dikeluhkan masyarakat, penyakit gigi dan mulut menduduki urutan pertama (60%) dengan karies gigi dan penyakit periodental (radang jaringan pendukung gigi) sebagai gangguan yang paling sering dikeluhkan.
Demikian dikatakan Humas Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PB PDGI) drg Hartanto Endro dalam acara Dental Outlook 2007 yang diselenggarakan di Jakarta beberapa waktu lalu. "Prevalensi (angka kejadian) karies pada umur 10 tahun ke atas adalah 71,2 % sedangkan penyakit periodental memiliki prevalensi 70%."
Padahal, penyakit gigi dan mulut terbukti berpengaruh secara signifikan terhadap menurunnya produktivitas. Lebih jauh lagi, penyakit gigi dan mulut juga dapat mengakibatkan penyakit lain yang lebih parah, seperti penyakit jantung. "Namanya focal infection, infeksi pada satu organ yang menyebabkan infeksi pada organ lainnya. Prosesnya, bakteri perusak gigi, melalui pembuluh darah di saluran gigi masuk ke jantung dan menyebabkan sumbatan."
Kurangnya kesadaran masyarakat, mengenai arti penting menjaga kesehatan gigi dan mulut, ditengarai menjadi penyebab utama tingginya prevalensi penyakit gigi dan mulut di masyarakat Indonesia. "Soal menyikat gigi misalnya, sebagian besar masyarakat sudah tahu manfaatnya, tapi yang mau melaksanakannya masih sedikit. Padahal, menyikat gigi secara teratur dapat mencegah hampir semua jenis gangguan gigi dan mulut," ujarnya.
Ada juga beberapa faktor lain yang berpengaruh. Seperti, mahalnya biaya perawatan dan pengobatan gigi serta banyaknya dokter gigi yang cenderung pasif dan masih memberikan porsi lebih besar pada tindakan kuratif (pengobatan) ketimbang preventif (pencegahan).
Karena itu, ke depan, PDGI bersama pemerintah dan berbagai elemen terkait berencana untuk terus mengampanyekan pencegahan dan perawatan gigi.
Hal ini yang juga menjadi perhatian PDGI adalah rendahnya rasio dokter gigi terhadap jumlah penduduk, yaitu 1:21.000, jauh dari perbandingan ideal yakni 1:2.000. Untuk itu, bekerja sama dengan kolegium kedokteran gigi Indonesia. PDGI akan mendorong terbentuknya fakultas kedokteran gigi baru. (Nik/S-5)