Waspadai Campak Jerman yang Mulai Serang Jakarta

JAKARTA, KOMPAS - Menyusul meninggalnya dua anak balita yang dibarengi dengan banyaknya anak terkena campak di Bogor, saat ini di Jakarta dan Bekasi mulai muncul serangan campak Jerman (rubela). Penyakit yang berpotensi menjadi kejadian luar biasa ini menyerang orang dewasa dan anak-anak. Akan tetapi, Dinas Kesehatan DKI Jakarta sampai saat ini belum memantau penyakit tersebut.

Salah satu korban rubela adalah Indrawati Tirta Ayu (27) dan anaknya. Perawat di sebuah rumah sakit swasta di Jakarta itu mengatakan dirinya terkena rubela beberapa hari lalu. Dia tidak menyangka bahwa penyakit yang dideritanya adalah rubela karena dia tidak merasa sakit.

"Saya tidak panas sama sekali. badan juga tidak terasa sakit. Cuma mata ini rasanya sakit, apalagi kalau untuk melihat cahaya atau melihat ke atas dan melirik," kata Ayu, Selasa (7/6).

Selama dua hari mata Ayu terasa nyeri. Setelah nyerinya agak berkurang, pada seluruh badan Ayu muncul bintik-bintik merah. Setelah keluar bintik-bintik, badan Ayu terasa meriang.

Penyakit yang diderita Ayu ini menular kepada anaknya, Athaya (7 bulan). Athaya tertular rubela satu minggu setelah Ayu sembuh. Ayu juga tidak menyangka anaknya tertular rubela karena Athaya tidak demam. 

Ayu menduga Athaya terkena rubela karena muncul bintik merah di seluruh tubuhnya. Dokter menyatakan Athaya positif rubela. Setelah diberi obat antivirus, bintik-bintik di seluruh tubuh  Athaya hilang.

Namun, setelah bintik-bintik itu hilang, tubuh Athaya panas. Setelah panas, Athaya mengalami batuk-batuk. Menurut dokter yang memeriksa Athaya, gejala rubela memang terbalik dengan campak biasa (morbili). Kalau morbili, biasanya penderita mengalami panas/demam terlebih dahulu. Setelah demam muncul bintik-bintik di seluruh tubuh.

Meskipun Ayu dan anaknya terkena rubela, keduanya tidak dirawat di rumah sakit. Dokter yang menanganinya memang tidak menganjurkan Athaya dirawat inap karena masih bisa makan dan minum dengan baik. Dokter juga menyatakan kondisi paru-paru Athaya tidak ada masalah sehingga tidak perlu dirawat inap.

Tidak tahu
Lain  lagi cerita Haryani (29). Warga Bekasi ini menyatakan anak bungsunya, Raya (1 tahun 8 bulan), terkena rubela beberapa minggu lalu. Sebelum anaknya terkena rubela, beberapa anak tetangganya mengalami hal serupa.

Berkaitan dengan hal tersebut, Kepala Seksi Promosi Kesehatan Dinas Kesehatan DKI Jakarta Zelvino mengatakan tidak ada pasien rubela di Jakarta. Hal senada diungkapkan Kepala Seksi Survei Epidemiologi Dinas Kesehatan DKI Paripurna Harimuda Sediyono.

Menurut Paripurna, dia belum mendapat laporan bahwa ada kasus rubela di Jakarta.

Rubela dikenal sebagai penyakit campak Jerman. Virus rubela tidak sama dengan virus campak pada umumnya. Rubela ditularkan melalui sekresi mulut dan tenggorokan. Bahaya utama penyakit rubela adalah jika menyerang ibu hamil. Virus rubela bisa menginfeksi bayi yang sedang dikandung. Bayi yang terkena rubela di kandungan berisiko cacat.

Merebaknya penyakit rubela ini sudah terdengar di kalangan masyarakat .Beberapa warga mulai resah dengan munculnya penyakit tersebut.

Sebenarnya penyakit rubela bisa dicegah dan imunisasi MMR (mumps, meningitis, rubela). Namun, banyak ibu enggan memberi anaknya imunisasi MMR karena ada isu bahwa vaksin MMR bisa menjadi penyebab autisme.

Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Hasbullah Thabrany menyatakan sebenarnya efek vaksin tidak seburuk yang dikhawatirkan masyarakat.

Tidak bertambah
Dari Bogor dilaporkan tidak ada tambahan jumlah korban tewas akibat campak yang menyerang belasan anak balita di RT 03 RW 05 Kelurahan Empang Bogor Selatan. "Sampai Selasa ini jumlah penderita campak sebanyak 18 anak. Hari ini yang dirawat masih lima anak dan yang meninggal tercatat dua anak. Keduanya meninggal hari Rabu (25/5) bulan lalu," kata  Ny Yati, Kepala Posyandu Rose di Jalan Lelongok Gang 7 RT 05 RW 05 Kelurahan Empang.     

Ia juga membantah adanya informasi yang berkembang bahwa anak balita dari Bogor diisolasi untuk tidak keluar Bogor. Sebab, informasi yang ia terima dari Dinas Kesehatan Kota Bogor lewat puskesmas setempat hanyalah berupa imbauan agar anak-anak yang terserang campak tidak dibawa ke luar rumah.

Bersamaan dengan penimbangan rutin sekaligus vaksinasi anak balita di posyandu tersebut, Selasa kemarin dilaksanakan pula penyuluhan oleh tim dari DKK dan Kepala Puskesmas Empang tentang campak dan gejalanya serta langkah apa yang harus dilakukan segera agar anak yang terserang campak dapat tertolong.

"Kegiatan rutin timbang dan vaksin bayi hari Selasa minggu kedua bulan ini cukup sibuk menyusul munculnya anak balita dan anak-anak di atas usia lima tahun yang terserang campak di  RT 03," kata Ny Yati.

Mengenai korban tewas, Yati menyatakan bahwa kedua anak yang tewas itu terlambat ditangani. Selain itu, juga ada dugaan bahwa kematian mereka buka semata-mata karena menderita campak, melainkan juga karena mengalami radang saluran pernapasan dan gizi buruk. Keterangan Ny Yati ini dibenarkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Bogor dr Triwendha Elan. (PUN/IND) 

Postingan populer dari blog ini

Awet Muda: Tubuh Bugar