Kenali Gejala Asma Jauhi Pencetusnya

PEMAHAMAN pasien terhadap penyakit yang dideritanya sangat dibutuhkan demi kesuksesan terapi yang dijalankan. Penyakit asma yang memang tidak bisa disembuhkan, tetapi bisa dikendalikan pun tidak terkecuali.

"Dalam penanganan asma, yang penting itu memahami pencetusnya. Kalau pasien tidak teredukasi, ia enggak akan tahu dan enggak akan kenal pencetusnya apa. Akibatnya, ia akan terus terpapar oleh faktor pencetusnya dan terus kambuh," ujar dokter spesialis paru dari Departemen Pulmonologi dan Ilmu kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Triya Damayanti dalam diskusi yang diselenggarakan Yayasan Asma Indonesia, di Jakarta, Senin (3/3).
Menurut Triya, faktor-faktor pencetus yang dapat menyebabkan serangan asma antara lain alergen (bulu binatang, debu, tungau, tepung sari bunga, kecoa), perubahan cuaca, makanan, aktivitas berlebihan, polusi udara termasuk asap rokok, infeksi saluran napas, emosi yang berlebihan, dan zat kimia serta obat-obatan.

"Sejak awal disarankan harus terdiagnosis kalau dia asma dan segera ditangani. Goalnya, asma harus terkontrol, bukan sembuh, karena asma itu selalu ada. Nah, agar dia bisa hidup bebas seperti orang normal dan tidak takut terhadap serangan dadakan serta bisa tetap produktif, asmanya harus terkontrol," papar dokter yang berpraktik di RS Persahabatan itu. 

Menurut Triya, asma disebut terkontrol bila gejalanya minimal, tidak ada serangan di malam hari, tidak ada keterbatasan aktivitas, parameter fungsi paru normal, pemakaian obat pelega napas yang minimal, dan tidak ada kunjungan ke unit gawat darurat.  

"Penyandang asma harus paham tanda-tandanya. Antara lain napasnya pendek-pendek, dada terasa berat akibat sesak napas, batuk-batuk menjelang subuh, mengi (napasnaya berbunyi ngik-ngik). Kalau sudah seperti itu, harus ditangani dengan obat pelega dan pengontrol," tambahnya.

Triya menyarankan penggunaan obat inhaler (dihirup) daripada obat tablet. Dosisnya lebih kecil dan kerjanya lebih cepat karena obat langsung menuju ke paru-paru sehingga efek sampingnya minimal. 

Ia menambahkan, obat asma ada dua jenis, yakni pelega dan pengontrol. Obat pengontrol diberikan untuk mengatasi peradangan saluran napas. Penggunaannya rutin setiap hari dan fungsinya mengurangi frekuensi serta intensitas serangan asma. "Obat pelega digunakan saat timbul serangan asma. Fungsinya melebarkan saluran napas yang menyempit."

Olahraga
Triya menambahkan, olahraga terbukti membantu mengontrol asma. Olahraga bermanfaat memperkuat otot-otot pernapasan. Otot pernapasan yang kuat sangat dibutuhkan untuk menghadapi serangan sewaktu-waktu.

Pasien asma disarankan berolahraga tiga kali seminggu. Pilihan yang disarankan ialah senam aerobik, berenang, atau jogging selama 30-45 menit.

"Sebelum olahraga, pasien harus menghirup inhaler setengah jam sebelumnya untuk menghindari serangan saat berolahraga," pungkas Triya. (8/H-3) 

Postingan populer dari blog ini

Awet Muda: Tubuh Bugar