Bruksisme, Pencuri di Malam Hari
PERNAHKAH Anda mengeluhkan sakit kepala atau telinga ketika bangun tidur dan kemudian rasa sakit ini perlahan-lahan menghilang seiring dengan meningginya matahari? Kalau pernah, Anda boleh mencurigai adanya pencuri yang bekerja pada rongga mulut Anda selama Anda tidur.
Pencuri itu ada di dalam tubuh Anda sendiri, bernama bruksisme. Pencuri ini bekerja perlahan-lahan, sedikit demi sedikit, sampai akhirnya Anda merasakan gejala yang disebutkan di atas dan gigi Anda mengalami kerusakan permanen.
Bruksisme adalah kebiasaan menggertakkan gigi, atau mengatupkan gigi geligi atas dan bawah dengan tekanan yang besar. Munculnya biasa terjadi pada malam hari, pada fase awal tidur. Tetapi, ada juga yang mengalaminya pada siang hari. Kapan pun munculnya, kebiasaan itu merupakan kebiasaan yang tidak disadari.
Bruksisme umum terjadi di masyarakat kita. Sekitar 50-96 persen orang dewasa pernah mengalaminya. Umumnya kebiasaan ini tidak disadari oleh pelakunya karena pada tingkat ringan kebiasaan ini tidak mengganggu. Kebiasaan ini tidak mengganggu pelakunya, tetapi justru mengganggu teman tidurnya karena bunyi yang dihasilkan cukup keras. Seseorang baru menyadarinya setelah teman tidurnya memberitahu atau dokter giginya menemukan kelainan-kelainan dalam rongga mulutnya.
Gejala klinis awal berupa retakan pada gigi akibat bruksisme baru muncul setelah bertahun-tahun. Karena itu, sulit untuk memperkirakan apalagi menghitung jumlah penderita bruksisme.
Gerakan yang merusak
Sampai saat ini penyebab bruksisme tidak diketahui secara pasti. Diduga penyebab paling umum adalah faktor emosional, seperti stres di siang hari, kecemasan, kemarahan, rasa sakit dan frustasi. Selain itu, oklusi (cari gigi geligi rahang atas dan bawah mengatup), yang tidak normal dan gigi ompong juga diduga menyebabkan bruksisme. Selain faktor-faktor penyebab di atas, bruksisme akan diperparah jika penderitanya mengonsumsi alkohol dan obat-obatan tertentu.
Ketika seseorang mengunyah makanan, tekanan yang ditimbulkan oleh gesekan gigi-geligi atas dan bawah diserap oleh makanan. Dalam keadaan tidak sadar, gerakan rahang menimbulkan tekanan yang jauh lebih besar daripada ketika mengunyah. Dan seluruh tekanan yang terjadi diserap oleh gigi-geligi dan jaringan penyangganya. Tekanan yang terjadi lebih kurang 10 kali tekanan mengunyah normal. Bayangkanlah beban yang ditanggung oleh gigi-geligi dan jaringan penyangganya.
Penulis yang bekerja sebagai praktisi pernah menjumpai kasus bruksisme yang sudah berlangsung cukup lama. Seluruh gigi belakang pada penderita bruksisme ini mempunyai permukaan yang datar sehingga tidak memungkinkan lagi dipakai untuk mengunyah atau menghaluskan makanan.
Tanda lain yang sering dijumpai pada penderita bruksisme adalah terbentuknya cekungan di daerah perbatasan mahkota dan akar gigi. Cekungan ini terjadi karena email di bagian ini tipis sehingga patah ketika mendapat tekanan berlebihan. Tanda ini sering disalahtafsirkan sebagai akibat kesalahan dalam menyikat gigi.
Tanda-tanda klinis yang disebutkan di atas, kecuali bila gigi menjadi sensitif terhadap dingin, tekanan, dan rangsangan lain. Seseorang dengan bruksisme memerlukan waktu bertahun-tahun untuk merasakan gangguan bagi dirinya sendiri. Pada tingkat lebih lanjut, gigi bisa goyang bahkan lepas dari soketnya.
Selain gejala pada gigi, keluhan yang umum dirasakan adalah rasa sakit dan lemas pada rahang bawah atau wajah ketika bangun tidur. Ada juga yang mengeluhkan rasa sakit kepala atau telinga pada pagi hari. Gejala-gejala ini umumnya hilang seiring dengan berjalannya hari.
Pengobatan
Sampai saat ini belum ada terapi yang pasti untuk mengobati bruksisme karena penyebabnya juga tidak diketahui dengan pasti. Biasanya dokter gigi akan menganjurkan penggunaan pelat pelindung yang digunakan pada malam hari. Pelat ini menutupi permukaan kunyah seluruh gigi, untuk mengurangi besarnya tekanan akibat bruksisme terhadap gigi-geligi yang melindungi. Pelat ini tentu saja tidak akan menghilangkan kebiasaan menggertakkan gigi.
Ada beberapa terapi yang bisa dilakukan untuk menghilangkan kebiasaan ini, mulai dari pengasahan gigi secara selektif, penggunaan obat antidepresi dan suplemen mineral, sampai hipnotis. Ada juga alat yang dapat dipakai selama tidur yang berfungsi untuk membuat penderita terbangun ketika gerakan abnormal terjadi. Pilihan terapi yang akan digunakan biasanya disesuaikan dengan dugaan faktor penyebabnya.
Drg Melinda
Praktisi tinggal di kota Tangerang