Bila Tubuh Mulai 'Berlemak'...

INGIN tampil ideal, di sisi lain makan ingin enak dan gampang tetapi malas berolahraga, sering menjadi siklus yang tidak pernah sinkron. Dan, orang lebih sering terjebak menjalani pola makan enak dan malas berolahraga. Baru, ketika tubuh sudah mulai 'berlemak', mereka panik untuk membuang lemak itu. Salah satunya dengan diet. Tetapi, celakanya, jarang pula yang paham bagaimana diet yang betul. 

Terutama di kalangan wanita, penampilan menjadi hal utama. Wanita mulai stres ketika harus dihadapkan dengan bentuk tubuh yang tidak ideal lagi. Lemak tumbuh di sekitar perut, paha, dan pantat. Mereka pun mulai berebut mengambil berbagai program pelangsingan tubuh atau diet untuk menguruskan badan. 
Tetapi, ironisnya, program diet yang diambil cenderung merupakan program jalan pintas; ingin tampil langsing dalam sekejap. Semua ini memang tidak terlepas dari iklan produk peramping yang sering berlebihan.

Menurut dr HR Rachmad Soegih, spesialis gizi medik dari RS Metropolitan Medicl Centre (MMC), untuk menurunkan berat badan tidak bisa dengan cara short cut (jalan pintas).

"Diet itu sifatnya sepanjang hidup. Tidak bisa dalam satu bulan minta turun 10 kilo. Harus dimengerti apa itu diet. Diet bukan berarti tidak boleh makan ini itu, tetapi pengaturan pola makan, agar tubuh tetap sehat dan terhindar dari penyakit. Sebab, orang yang kelebihan berat badan rawan penyakit jantung, kanker, diabetes, stroke, dan  sebagainya," ujar dr Rachmad.  

Diet yang bertujuan untuk mengurangi berat badan memang lebih banyak dilakukan oleh orang dengan kondisi tubuh sehat. Misalnya, karena ingin langsing. "Sedangkan diet untuk orang sakit banyak macamnya. Misalnya penderita diabetes harus melakukan diet gula."

Bagi mereka yang sehat tetapi memiliki berat badan berlebihan tentunya harus dikurangi agar mencapai berat badan yang ideal. "Diet yang benar harus tetap mempunyai nilai gizi. Karena, gizi yang kurang, jelas akan memengaruhi kesehatan dan produktivitas. Diet yang salah bahkan bisa menimbulkan banyak penyakit."

Pada intinya, sambung dr Rachmad, diet untuk mengurangi berat badan ditujukan untuk mengurangi lemak dan kalori. Untuk itu, makanan yang mengandung lemak harus dikurangi. "Hidrat arang dan lemak harus dikurangi sedangkan protein tetap ada. Menurut WHO, diet untuk mengurangi berat badan adalah diet rendah kalori dan cukup protein. Kebutuhan kalori setiap hari pada orang yang memiliki berat badan normal antara 1.800-2.000 kalori. Bagi mereka yang obese (gemuk) maka kebutuhan kalori sehari harus dikurangi antara 600-1.000 kalori."

Diet lainnya yang dikenal adalah diet sangat rendah kalori (very low calorie diet/VLCD) yang dianjurkan hanya 400-800  kalori. "Ada juga diet yang khusus bagi mereka yang sakit, seperti sakit jantung, akan menjalani operasi, dan sebagainya.

Grace Prasada Judio, MD, MSc, manajer medis PT Roche Indonesia, menjelaskan bahwa sering terjadi salah persepsi di kalangan masyarakat dalam memahami antara kegemukan dan kelebihan berat badan. Akibatnya, dalam penatalaksanaan diet pun juga salah. "Kegemukan (obesitas) kini telah menjadi penyakit. Kegemukan adalah kondisi berat badan melebihi normal dan kelebihan lemak tubuh sehingga berat badan juga di atas normal. Sedangkan kelebihan berat  badan (overweight) adalah kondisi berat badan yang melebihi berat badan normal."

Diet yang benar, lanjut dr Grace, harus dengan pengawasan dokter, "Yang perlu diperhatikan dalam diet yang sehat ini terminologinya pengaturan zat-zat makanan yang benar yang disesuaikan dengan individu. Orang yang sakit hipertensi harus bisa mengatur asupan garam dan air. Orang yang obesitas harus bisa membatasi asupan lemak. Semua ini tentunya mesti di bawah pengawasan dokter."

Obesitas bisa menjadi penyakit kronis karena tidak bisa disembuhkan melainkan hanya bisa dikontrol. Akibat obesitas, akan muncul banyak penyakit, dari ujung kaki hingga ke seluruh badan seperti asam urat, gangguan empedu, sakit sendi, kelainan hormon, diabetes melitus, fertilitas, hingga stroke. 

Untuk menentukan dengan pasti perbedaan antara kelebihan berat badan dan obesitas, tidak hanya dilihat dari bentuk tubuh, tetapi juga melalui penilaian indeks massa tubuh (IMT).

Menurut klasifikasi World Health Organization (WHO), jika seseorang memiliki nilai IMT 30, maka orang tersebut dikategorikan dalam kondisi kegemukan (obesitas). Dan, jika nilai IMT lebih besar atau sama dengan 25 maka orang tersebut dikategorikan dalam kondisi kelebihan berat badan (overweight).

IMT kini telah diakui sebagai metode paling praktis dalam menentukan apakah berat badan seseorang masuk dalam kategori kurang, normal, berlebih, atau gemuk. "Cara menghitungnya, kalau dulu tinggi dikurangi 100, maka sekarang ini dengan membagi berat badan(kg) dengan tinggi tubuhnya dalam meter lalu dikuadratkan."

Contohnya, bila berat badan 80 kg dan tinggi badan 160 cm (1,6m), maka IMT-nya adalah:

BB (kg)          80
---------      = ------  =  31,25 kg/m2
TB (m) 2     (1,6)2

Nilai tersebut, orang itu sudah  masuk ke dalam kategori kegemukan (obesitas).

Tabel klasifikasi Nilai Indeks Massa Tubuh
-------------------------------------------------------
IMT                              (kg/m2)               Risiko penyakit penyerta
----------------------------------------------------------------------------------
berat badan kurang    <18,5                   rendah
Normal                          18,5 - 24,9          rata-rata
kelebihan berat            25.0 - 29,9         meningkat
Obese I                           30.0-34,9           sedang
Obese II                          35.0-39,9          parah
Obese III                        40                      sangat parah

Cara lain, menurut dr Grace, untuk mengetahui seseorang kelebihan  berat badan (overweight) atau kegemukan (obesitas) dengan mengukur lingkar pinggang. Karena, kelebihan lemak pada umumnya di daerah perut, erat kaitannya dengan peningkatan risiko terhadap penyakit jantung terutama para pria.

Batas lingkar pinggang normal untuk pria <90 cm dan wanita <80 cm. Untuk menjalankan diet penurunan berat badan dengan diet yang benar, menurut dr Rahmad, harus melalui manajemen obesitas yang benar. "Manajemen obese ini dimulai dari motivasi ingin berubah, disiplin diri, diet yang benar dan teratur. Harus banyak exercise dan bisa ditambah dengan penunjang lainnya seperti obat penurun berat badan atau akupuntur."

Ia menegaskan bahwa obat-obat penurun berat badan hanyalah membantu, tetapi yang utama bagaimana menjalankan diet dengan benar dan disiplin. "Kalau tidak, kegemukan akan menjadi penyakit dan akan mempercepat kematian. Bahkan, lebih parah akibat sosialnya, sering ditinggal teman-temannya." 

Mengapa obesitas terjadi? Dr Grace Prasada Judio menjelaskan obesitas bisa terjadi karena jumlah kalori yang masuk, ke dalam tubuh  melebihi kalori yang dikeluarkan tubuh. "Kelebihan kalori ini akan tersimpan di dalam tubuh dan menjadi timbunan lemak yang tersebar di banyak bagian tubuh. Jangan dianggap remeh, lemak di bawah kulit tidak diam di tempat. Lemak ini akan memproduksi hormon dan menjadi pengganggu organ tubuh lain."

Gaya hidup dan pola makan yang lebih banyak mengonsumsi makanan dengan kadar lemak tinggi seperti gorengan, makanan bersantan, fast food, kurang olahraga atau gerak, dan ngemil bisa menyebabkan kegemukan. Faktor lain yang mendukung terjadinya kegemukan adalah keturunan, sosial ekonomi, kondisi psikologis, dan lingkungan. Ngemil merupakan kebiasaan buruk dan sangat tidak dianjurkan bagi siapa saja yang mengalami masalah kelebihan berat badan. Karena, ngemil mempunyai kontribusi lemak terbesar di dalam tubuh.

Perlu diketahui lemak merupakan penghasil kalori terbesar dibanding sumber nutrisi lainnya, seperti protein dan karbohidrat. Menurut perhitungan, satu gram lemak sama dengan sembilan kalori, sedangkan satu gram karbodhidrat atau protein sama dengan empat kalori.

Untuk itu, dalam diet, program utama yang penting adalah mengurangi lemak. Munculnya lemak di dalam tubuh melalui sebuah proses alamiah. Makanan yang dicerna di dalam lambung dengan bantuan enzim, dipecah menjadi komponen-komponen penyusunnya seperti protein, karbohidrat, dan lemak.

Dalam usus kecil, lipase enzim dari pankreas dan lambung akan mengubah lemak menjadi bulir-bulir halus yang dapat melewati dinding usus dan dialirkan ke seluruh tubuh lewat pembuluh darah. Lemak tersebut digunakan sebagai energi  dan kelebihannya akan ditimbun. Timbunan lemak yang  berlebihan inilah sumber obesitas. (Nda/V-1)  

Catatan: Lingkar pinggang menjadi patokan apakah gemuk atau langsing. Untuk memburu lingkar ideal, celakanya banyak yang terjebak oleh cara jalan pintas.   

Postingan populer dari blog ini

Awet Muda: Tubuh Bugar