Cara Olahraga yang Salah Memicu Cedera
TANGERANG SELATAN, KOMPAS - Pengetahuan masyarakat tentang cara berolahraga dan menangani cedera olahraga yang benar dinilai minim. Akibatnya, sebagian masyarakat rentan cedera saat berolahraga.
Dokter ahli ortopedi Rumah Sakit Premier Bintaro, Sapto Adji, memaparkan hal itu seusai seminar bertema "Orthopedic Update Artroscopy and Hand Surgery," di RS Premier Bintaro, Tangerang Selatan, Sabtu (16/8).
Adji mengatakan, sebagian besar masyarakat kerap mengikuti olahraga yang sedang tren, tanpa mengetahui bagaimana seharusnya olahraga dilakukan. Selain cara, pemilihan waktu dan durasi selama olahraga juga kerap tak diperhitungkan dengan baik. Akibatnya, berolahraga justru berisiko menimbulkan cedera.
Pengetahuan yang minim tentang bagaimana menangani cedera olahraga pertama kali juga menyebabkan cedera kian parah. "Orang awam amat berisiko cedera dibandingkan dengan olahragawan. Ini karena pemahaman masyarakat tentang cara olahraga dan menangani cedera umumnya minim," kata Adji.
Ia mencontohkan, sebelum berolahraga, seharusnya pemanasan dulu, baru melakukan aktivitas olahraga, lalu melaksanakan pendinginan. Namun, kenyataannya, sebagian masyarakat, yang berolahraga tak melakukan tahapan olahraga itu.
Selain itu, berolahraga di malam hari dinilai tidak baik karena secara alami malam adalah waktu untuk istirahat. Karena itu, dua jam sebelum tidur sebaiknya tak lagi beraktivitas fisik yang berat. Apalagi, aktivitas fisik sebelum tidur berpotensi menyebabkan gelisah, tak segar saat bangun tidur, ataupun mimpi buruk.
Adji menjelaskan, olahraga yang berisiko bisa menyebabkan cedera, antara lain, otot tertarik dan putusnya ligamen atau tendon. Kondisi cedera bisa kian parah lantaran penanganan pertama yang salah.
Menurut Adji, cedera olahraga sebaiknya dikompres es agar bengkak yang muncul kempis dan rasa sakit berkurang. Suhu dingan akan mengempiskan pembuluh darah yang bengkak dan membuka ujung-ujung sarafnya. "Namun, yang terjadi justru masyarakat mengoleskan balsam atau param kocok yang panas, misalnya, pada lokasi cedera," ujar dia.
Masyarakat juga cenderung berobat ke tempat pengobatan nonmedis, seperti tempat urut untuk mengatasi cedera olahraga. Tindakan itu terutama dilakukan jika cedera tak menimbulkan pendarahan.
Cedera tangan
Ahli bedah tangan di RS Premier Bintaro, Lukman Shebubakar, menjelaskan, salah satu contoh cedera yang biasanya tak langsung ditangani dokter adalah cedera tangan. Masyarakat biasanya berobat ke tempat pijat atau urut sebelum pergi ke dokter, terutama jika cedera tak berdarah.
"Cedera yang biasa terjadi adalah jari putus, patah, tangan tersayat, atau robek. Pada umumnya cedera terjadi karena kecelakaan kerja dan kecelakaan di rumah tangga. Masyarakat cenderung menganggap remeh cedera tangan," kata Lukman.
Padahal, cedera tangan harus ditangani dengan benar karena antomi tangan amat kompleks. pada bagian tangan, banyak tulang, saraf, dan pembuluh darah serta penting artinya bagi motorik manusia. Sebagian otak yang mengatur motorik hanya mengatur pekerjaan tangan.
Menurut Lukman, cedera tangan bisa ditangani dengan operasi dan nonoperasi. (ADH)