Ketika Antibodi Menyerang Tubuh

Belum banyak orang tahu apa penyebab penyakit lupus. Hanya dengan meningkatkan kewaspadaan dan menjaga kesehatan, lupus bisa dicegah. 

LUPUS tokoh imajiner karya Hilman Hariwijaya adalah sosok yang lucu, ngocol, dan suka usil. Banyak remaja menyukainya. Tapi, Lupus yang satu ini tidaklah demikian. Lupus adalah penyakit yang menakutkan.

Kalangan medis pun belum menemukan penyebab spesifik penyakit misterius itu. 

Pada hari ini, warga di seluruh dunia memperingati Hari Lupus. Momentum ini merupakan sesuatu yang cukup baik untuk mewaspadai penyakit yang dijuluki dengan penyakit seribu wajah itu. 

Saat ini jumlah orang dengan penyakit lupus (odapus) semakin banyak contohnya Yayasan Lupus Amerika menyebutkan sedikitnya 5 juta orang hidup berdampingan dengan lupus. Sekitar 300 ribu orang di antaranya adalah orang Indonesia.

Lupus merupakan penyakit autoimun kronis yang menyebabkan daya tahan tubuh (antibodi) tubuh menjadi hiperaktif dan menyerang jaringan tubuh lainnya.

Akibatnya terjadi inflamasi dan menimbulkan gejala yang beragam. Dampak lainnya adalah aktivitas sel darah putih berlebihan  (overacting) dan bisa menyerang organ tubuh sendiri.

Pemerhati lupus dari Yayasan Lupus Indonesia dr Nyoman Kertia SpPD (KR) mengibaratkan penyakit lupus itu seperti tentara yang menembaki rumah warganya sendiri. "Padahal seharusnya antibodi atau tentara itu melindungi," jelas Nyoman yang sehari-hari bertugas di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta ini.

Dia pun mengakui telah terjadi fenomena peningkatan odapus sejak 2002. "Peningkatan itu entah karena masyarakat semakin peduli lalu memeriksakan diri atau memang ada faktor lain," imbuhnya. 

Untuk melihat adanya indikasi seorang terkena lupus biasanya ditandai adanya nyeri sendi berkepanjangan, kelainan kulit seperti pipi merah, kulit bersisik, rambut rontok, sering seriawan, dan demam. 

Dalam kesempatan terpisah, dr Andika Prahasta SpM menambahkan lupus juga menyerang banyak organ tubuh dan memiliki manifestasi klinis yang sangat bervariasi.

Menurut Andika, gejala klinis lupus bisa juga berupa kelainan kulit, kelainan di saluran pencernaan, paru-paru, jantung, hati, ginjal, pembuluh darah, tulang dan sendi, kelainan darah, sistem saraf, dan lainnya.

Sementara itu, penyakit lupus bersifat kronis ditandai adanya remisi (masa penyakit tidak bergejala) dan eksaserbasi (masa penyakit memperlihatkan gejala yang khas). Pada umumnya lupus menyerang usia produktif yakni 15-45 tahun. "Biasanya banyak terjadi pada perempuan dengan perbandingan 9:1," kata Andika.

Jenis lupus
Ada empat jenis lupus yakni cutaneous lupus, hanya terbatas pada kulit seperti ruam yang muncul di muka, leher, atau kulit kepala. Biasanya tidak gatal dan berwarna merah. 

Systemic lupus erythematosus (SLE), lupus yang menyebabkan inflamasi. Biasanya menyerang paru-paru, ginjal, darah, ataupun organ lain.

Tipe lain adalah drug-induced lupus terkait dengan pemberian obat-obat tertentu seperti antihipertensi dan obat jantung. Bila pengobatan dihentikan, gejala penyakit akan lenyap.

Terakhir adalah jenis neonatal lupus, menyerang kulit, darah, jantung, dan lever pada janin atau bayi baru lahir.

Pencegahan
Hingga saat ini belum ada obat yang bisa menyembuhkan lupus. Hanya tersedia obat-obat mengurangi dampak penyakit tidak menular itu.

Namun, Nyoman mengimbau untuk mencegahnya, sebaiknya konsumsi sayur dan buah-buahan, supaya cadangan antioksidan di dalam tubuh mencukupi. 

Selain itu menjaga tubuh selalu bugar dengan berolahraga, stop begadang, dan menghindari udara kotor atau berdebu. Bila sudah terlihat ada indikasi lupus, segeralah periksa ke dokter. Jangan sampai terlambat. (M-6)   

asofullah@mediaindonesia.com     

Postingan populer dari blog ini

Awet Muda: Tubuh Bugar