MINUMAN ISOTONIK BUKAN SATU-SATUNYA PENGGANTI CAIRAN TUBUH

SELAMA beraktivitas fisik atau olahraga, tubuh banyak mengeluarkan keringat. Tetapi jangan biarkan keringat mengucur dalam jangka waktu lama tanpa diimbangi pengisian cairan ke dalam tubuh. Sebab, tubuh bisa mengalami dehidrasi. Apalagi bila usai menjalani aktivitas fisik tubuh memperlihatkan tanda-tanda seperti rasa lelah, mual, muntah, nyeri kepala, kejang pada otot betis, lengan, dan perut, berarti tubuh sudah dalam kondisi dehidrasi. 

SAAT dehidrasi, tubuh mengalami peningkatan suhu secara drastis (hyperthermia). Akibatnya, tekanan darah dan denyut jantung meningkat serta daya tahan tubuh menurun.

Kehadiran minuman isotonik semakin menambah panjang deretan jenis minuman yang ditujukan untuk kepentingan kesehatan. Di Indonesia, minuman isotonik mulai dikenal pada 1990-an, yang dipelopori salah satu produk minuman isotonik asal Jepang. 

Setelah itu bermunculanlah minuman isotonik merek baru. Semua produk mengklaim dapat menggantikan cairan dan elektrolit tubuh dengan cepat. Minuman isotonik pun disebut-sebut sangat sesuai untuk mendukung aktivitas sehari-hari. Benarkah?

Menurut spesialis gizi dari Melinda Hospital Bandung dr Johanes Chandrawinata, minuman isotonik didefinisikan sebagai minuman yang kepekatannya (osmolaritas) identik dengan plasma darah manusia. Formulasi kepekatan yang identik dengan kepekatan plasma darah itu mempermudah penyerapan minuman isotonik dalam usus.

"Hal itu disesuaikan dengan tujuan pembuatan minuman isotonik, yakni sebagai pengganti cairan tubuh dan elektrolit yang hilang saat tubuh mengeluarkan banyak keringat. Keringat keluar apabila tubuh melakukan aktivitas atau beban fisik berat, serta sebagai sumber energi instan bagi tubuh," jelas dr Johanes, kepada Media Indonesia beberapa waktu lalu. 

Formulasi minuman isotonik, lanjutnya, sebetulnya lebih ditujukan untuk mendukung performance para olahragawan atau atlet yang dalam latihan atau saat bertanding banyak mengeluarkan keringat.

Johanes mengatakan, pada dasarnya keringat merupakan  salah satu bentuk pengeluaran cairan tubuh selain urine dan air dalam udara yang dihembuskan saat bernapas.   

Bisa kronis 
Penelitian menunjukkan, atlet menghentikan olahraganya pada saat tubuh mencapai suhu kurang lebih 39,7ooC. Kelebihan maupun kurangnya tidak lebih 0,15ooC di atas atau di bawah 39,7ooC. Dehidrasi kata Johanes, akan berdampak pada volume darah, mengingat sekitar 92% kandungan plasma darah terdiri dari air.

Menurutnya, berkurangnya volume darah sebesar 5% saja dapat menurunkan performance sampai dengan 30%. Hal itu berhubungan dengan fungsi vital darah sebagai penghantar oksigen dan zat gizi yang dibutuhkan sel dalam aktivitasnya. Bila dehidrasi terus berlanjut, bisa mengakibatkan koma bahkan kematian.  

Senentara itu, dihubungi secara terpisah spesialis kedokteran olahraga dari Slim + Health Sport Therapy, dr Michael Triangto SpOK mengungkapkan, pengeluaran keringat pada atlet menyebabkan kehilangan mineral-mineral tubuh, misalnya, kehilangan sodium (Na). Padahal mineral tersebut berfungsi mengatur pH darah, keseimbangan cairan dan tekanan osmosis sehingga tidak terjadi pengerutan sel akibat perbedaan tekanan, serta membantu penyerapan air dalam usus. "Selain itu tubuh juga kehilangan mineral potasium (K) yang berfungsi mengatur pH, keseimbangan cairan dan tekanan osmosis pada cairan intraseluler serta magnesium (Mg) yang berfungsi dalam relaksasi otot, mencegah kejang-kejang atau kram".

"Sifat muatan listrik negatif dan positif yang dimiliki mineral-mineral tersebut juga dibutuhkan dalam pengaturan mekanisme kerja otot tubuh dan jantung. Sedangkan kekurangan elektrolit K bisa menyebabkan rasa kesemutan," ujar dokter di Pengurus Besar Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PB PBSI) itu lagi.

Tetapi, tambah dokter Johanes, minuman isotonik buatan industri bukanlah satu-satunya untuk memperoleh kandungan mineral yang dibutuhkan tubuh. Minuman alami, seperti air kelapa, juga diketahui kaya akan kalium.

Sejumlah ahli, katanya lagi, berpendapat air kelapa berpotensi untuk dijadikan minuman isotonik. Meski untuk itu diperlukan pengolahan lebih lanjut antara lain untuk menyesuaikan kepekatannya agar bersifat isotonis.

"Sebenarnya, kita juga telah lama mengenal minuman semacam isotonik yang mengandung elektrolit, yaitu oralit yang bisa kita buat dengan melarutkan gula dan garam. Garam  yang ditambahkan pada larutan gula membuat oralit cukup mengandung Na dan Cl," imbuh dr Michael. (Nik/S-4)


Postingan populer dari blog ini

Awet Muda: Tubuh Bugar