FISIK DAN MENTAL SEHAT BERKAT KEGIATAN LUAR

Ajak anak melakukan aktivitas di luar dengan cara sederhana, seperti berlari atau bermain sepeda. Jangan biarkan anak fokus dengan komputer atau lebih betah di kamar. Ini demi fisik dan mental anak agar sehat.

"Duh susah banget deh, ngajak Amir naik sepeda. Senangnya main komputer di kamar. Kalaupun  mau main sepeda, paling cuma 10 menit saja," keluh Natasha pada sahabatnya Dita. "Lah, masih mending Amir mau main sepeda, si Anto malah enggak mau sama sekali. Pulang sekolah langsung main game online. Sebel banget lihatnya," omel Dita panjang lebar.

Keluhan tersebut mungkin sering terdengar ketika ibu-ibu mengobrol entah di sekolah atau di rumah. Jika anak pendiam dan senang bermain di kamar, kesannya anak kalem dan penurut. Sementara yang banyak main di luar kesannya nakal.

Memang ada benarnya makin ke sini, makin banyak anak yang lebih senang memilih kamar dan komputer menjadi tempat beraktivitasnya. Dan jumlah anak yang bermain di luar makin sedikit. "Sesuai dengan riset Children & Nature Network, 2008, hanya 6% anak-anak usia 9-13 tahun yang bermain di luar," kata Ine Indriani, M.Psi., Psikolog.

Namun, kalau terus menerus di kamar, tidak melakukan kegiatan luar sama sekali, apa jadinya dengan fisik dan mentalnya? "Menurut American Academy of Pediatrics, 2008, satu jam dalam setiap harinya melakukan kegiatan bermain  akan membuat fisik dan mental anak sehat."

Sedangkan menurut Burdette and Whitaker, 2005; Ginsburg et al, 12007, anak-anak yang banyak beraktivitas di luar akan lebih aktif, kreatif dalam bermain, lebih agresif, dan tingkat konsentrasinya sangat baik. 

Aktivitas Sederhana
Dari fakta-fakta tersebut terlihat sebuah aktivitas luar (outdoor) anak sangat banyak manfaatnya. "Manfaatnya mulai dari mengurangi tekanan darah tinggi, tekanan darah lebih stabil, secara sensorik motorik terasah, mengeluarkan energi anak, lebih kreatif dan lebih lepas, mengeluarkan emosi dan lebih bahagia."

Apa, sih, yang dimaksud dengan kegiatan outdoor? "Bentuknya adalah aktivitas sederhana seperti jalan-jalan tapi bukan menggunakan motor atau mobil tapi sepeda. Lalu, lari-lari, main pasir, melihat pohon-pohon, main air di pantai, merasakan daun, tanah, main ke rawa, pengunungan, pantai, kebun  teh, berkuda, main di halaman rumput, becek-becekan."

Bisa juga mengenali berbagai jenis tanaman. "Sehingga anak-anak tak hanya mengenal nama bunga dan tanaman, tapi sekaligus juga warna, daun, batang, akar, dan teksturnya."

Sedangkan kegiatan terstruktur seperti main bola, benteng, atau karet membuat anak-anak bersosialisasi dengan teman yang lain. "Ada baiknya orangtua tidak hanya menemani bermain tapi juga ikut bermain. Ini yang akan membuat anak-anak lebih percaya diri, semangat dan terbuka kepada orangtua. Orangtua juga akan lebih relaks, bonding dengan anak."

Kurang dari 1 Jam
Apa pun permainan yang dilakukan bersama anak dan orangtua, akan membantu meningkatkan kedekatan orangtua. "Anak merasa aman, mendapat support, lebih tenang, terkontrol dan lebih mudah diajak kerja sama dengan orangtua. Sehingga orangtua akan lebih mudah memberi instruksi kepada anak."

Kegiatan di luar disarankan dilakukan kurang lebih 1 jam per hari. "Sayangnya. anak-anak sekarang jangankan bermain 1 jam, paling betah hanya 15 menit saja. Apalagi jika tidak didukung orangtua, anak pun akan merasa malas melakukannya."

Itulah pentingnya bagi anak-anak di bawah usia 5 tahun melakukan kegiatan outdoor karena mereka sedang mengalami proses sensorik motorik. "Di usia tersebut anak perlu banyak bergerak sampai energinya dihabiskan dulu, tahap mengembangkan intelegensi, beradaptasi dengan kotor, tekstur, lingkungan, alam, sehingga anak lebih terstimulasi."

Sehingga ketika anak sudah memasuki usia 6 tahun atau sekolah, anak bisa lebih banyak diam. "Karena energinya sudah tersalurkan dan sensorik motoriknya sudah lebih matang."

Biaya Bukan Halangan
Aktivitas yang dilakukan akan memengaruhi anak dalam fase sensorik motorik. "Motorik yang bagus akan berpengaruh ke otak, konsentrasi struktur tubuhnya lebih bagus, lebih fokus, penerapan oksigennya lebih banyak,sehingga belajar pun akan lebih baik."

Begitu juga dengan pengaruh pada kecerdasan kinestetik. "Anak akan menerima pelajaran lebih mudah, emosinya lebih bagus karena melepas emosi dengan tertawa dan teriak saat bermain."

Sebaiknya, anak yang berdiam di rumah saja secara terus-menerus, main gadget dan nonton televisi sampai berjam-jam berarti tidak pernah menghadapi masalah sebenarnya. "Aktivitas di luar itu, kan, bisa saja membuat anak terjatuh atau terluka, anak pun merasakan sesuatu yang kurang enak."

Akibatnya, jika terlalu sering di dalam rumah membuat energi anak tidak keluar, sehingga saat melakukan aktivitas tidak fokus. "Banyak anak yang tidak konsentrasi karena bisa jadi karena kurang stimulasi outdoor. Cenderung emosional karena emosinya tidak keluar dan bisa memecahkan masalah dengan instan. Apalagi ditambah dengan permainan yang berisi agresivitas, kecerdasan naturalistik tidak terasah dan logika matematikanya kurang."

Ine menandaskan, jangan sampai biaya menjadi halangan untuk melakukan aktivitas, cobalah mencari dengan cara sederhana. Jika anak tidak mau, orangtua harus mencari cara yang kreatif. "Paling tidak lakukan di rumah, lari, berjemur di rumput saat pagi hari, main bola, seminggu sekali ke Monas, Taman Suropati atau Lembang."

NOVERITA K. WALDAN

Postingan populer dari blog ini

Awet Muda: Tubuh Bugar