IMPOTENSI. MEMBANGUNKAN PRIA LOYO
Klinik dan pusat pengobatan tradisional penderita impotensi makin menjamur. Kini ada obat baru lewat oral.
SEORANG pria, sebut saja namanya Soni, dengan muka tertunduk malu duduk di deretan kursi ruang tunggu tempat praktek pengobatan tradisional Mbak Mira. Dia antre di antara puluhan pria yang ingin mendapat sentuhan pijatan Mbak Mira, wanita berusia 36 tahun yang bernama asli Musmira. Bagi pria yang mempunyai masalah kejantanan agaknya nama tempat praktek Mbak Mira di Jalan Taman Siswa, Yogyakarta sudah tidak asing lagi.
Pasien yang datang ke tempat praktek yang tidak terlalu luas itu sebagian besar adalah pria berusia 40-60 tahun. Mereka yang datang bukan hanya dari pelosok Tanah Air, melainkan juga dari mancanegara, di antaranya turis-turis dari Jepang. Biasanya mereka mempunyai keluhan impotensi, ejakulasi dini, atau gampang kelelahan. Yang mengherankan, sebagian dari mereka yang datang ada yang masih berusia 19 tahun atau mahasiswa. Yang muda-muda ini, menurut Mbak Mira, datang dengan keluhan ejakulasi dini. "Itu bisa terjadi akibat mereka sering melakukan onani sehingga saraf pada penis rusak," katanya kepada Gatra.
Resep pengobatan Mbak Mira mengandalkan pijatan, ramuan tradisional, dan akupunktur. Keterampilan memijat dan meracik jamu Jawa ini diwarisi Mbak Mira dari ayahnya, Atmo Salam, yang juga dikenal sebagai orang "pintar" mengobati pria loyo di Yogyakara. Terapi yang dilakukan, menurut wanita berkulit kuning langsat ini, adalah memijat bagian-bagian sekitar penis. Di antaranya di daerah selangkangan, juga di bawah pantat. Selain pemijatan, kata janda dua anak ini, jika pria tersebut menderita impoten berat, perlu ditambah dengan diterapi akupunktur dan ramuan tradisional. Semua proses itu perlu waktu setengah jam, dengan biaya sekali datang Rp 100.000. "Sejak saya membuka praktek sembilan tahun lampau, hingga kini belum ada pasien yang complain," katanya.
Mbak Mira memang bukan satu-satunya yang berani mengerek bendera praktek penyembuhan pria loyo secara tradisional. Praktek serupa juga dilakukan Mbak Retno, yang membuka praktek di Jakarta. Wanita ayu ini bisa disebut teman seperguruan Mbak Mira. Malah di beberapa kota sekarang ini praktek pengobatan tradisional, seperti yang dilakukan Mbak Mira dan Mbak Retno, sudah mulai menjamur. Ini bisa ditengok dari semaraknya iklan klinik tradisional di media massa, yang menawarkan berbagai jasa untuk memulihkan kejantanan pria.
Hal itu, misalnya, dilakukan klinik impotensi di Jalan Andir, Bandung. Lokasi pengobatan pria yang telah dibuka sejak tahun 1957 oleh Abdul Waheed ini juga tidak pernah sepi dari pria yang mempunyai keluhan ejakulasi dini, impotensi sampai kelainan seksual alias homo. Cara yang dilakukan pria berusia 56 tahun itu, yang mengaku belajar dari pakar pengobatan tradisional Hembing Wijayakusuma, mirip dengan pengobatan tradisional, akupunktur, dan pemijatan. "Sebelum mereka mendapat terapi, saya menanyakan soal riwayat penyakitnya. Apakah pernah mengalami trauma atau tidak," katanya.
Kepiawaian Abdul Waheed agaknya cukup membuat pasiennya puas. Salah seorang yang menikmati hasil ini adalah Makmun, sebut saja namanya begitu. Pria berusia 60 tahun ini semula mengaku sulit membuat "burungnya" tegak, atau kemampuan tegaknya hanya 20%. Namun setelah dipijat dan mendapat ramuan obat seharga Rp 200.000 dari Waheed, kata Makmum, tingkat ketegangannya kini bisa sampai 70%.
Klinik impotensi yang bertaburan ini memang tidak hanya menjanjikan menu terapi tradisional. Beberapa klinik ada pula yang mengobati dengan cara Barat, seperti dilakukan On Clinic. Pusat Therapi Kebugaran Seksual Alexandria, dan Klinik Impotensi di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta. On Clinic misalnya, merupakan sistem pengobatan dengan menyuntikkan obat langsung pada penis penderita. Klinik ini mengklaim telah menyembuhkan 3.000 pasien. Yang lebih komplet lagi agaknya Dokter Alex Pangkahila dan Dokter Wicahyakarta. Menu yang ditawarkan adalah senam, suntik, oles, atau kombinasi ketiganya.
Ramainya pasien klinik impotensi bisa menjadi pertanda makin meningkatnya jumlah pria loyo. Di Amerika, misalnya diperkirakan ada sekitar 20 juta pria impotensi. Di Indonesia memang beluma ada data yang pasti. Namun ada yang menyebutkan, 10% pria mempunyai masalah dengan keperkasaannya di ranjang.
Selama ini diketahui, impotensi terjadi akibat psikogenik dan organik. Dan ternyata, menurut dokter Sabilal Alief, penyebab organik lebih besar, yaitu sekitar 80%. Itu bisa diakibatkan diabetes, sakit jantung, tekanan darah tinggi, operasi prostat, alkoholik, atau gangguan pembuluh darah. Kalau sekarang menjamur klinik impotensi, "Sepanjang tidak menimbulkan komplikasi, tidak ada malah," kata ahli urologi pada Universitas Airlangga, Surabaya, ini kepada Khudori dari Gatra.
Yang menggembirakan, kini telah ditemukan obat impotensi oral. Padahal, selama ini sangat sulit menemukan jenis obat tersebut. Biasanya pengobatan impotensi dilakukan dengan cara injeksi atau olesan langsung ke penis. Keampuhan pil yang beredar di pasaran ini ditemukan secara tidak sengaja oleh peneliti di Inggris. Menurut Dokter Akmal Taher, manfaat pil ini cukup berarti."Semula obat ini untuk penderita jantung, tapi ternyata mampu juga mengatasi penderita disfungsi ereksi," kata ahli urologi pada Universitas Indonesia, Jakarta, ini kepada A. Latief Siregar dari Gatra.
GT, Ida Farida, dan Joko Syahban
Hal itu, misalnya, dilakukan klinik impotensi di Jalan Andir, Bandung. Lokasi pengobatan pria yang telah dibuka sejak tahun 1957 oleh Abdul Waheed ini juga tidak pernah sepi dari pria yang mempunyai keluhan ejakulasi dini, impotensi sampai kelainan seksual alias homo. Cara yang dilakukan pria berusia 56 tahun itu, yang mengaku belajar dari pakar pengobatan tradisional Hembing Wijayakusuma, mirip dengan pengobatan tradisional, akupunktur, dan pemijatan. "Sebelum mereka mendapat terapi, saya menanyakan soal riwayat penyakitnya. Apakah pernah mengalami trauma atau tidak," katanya.
Kepiawaian Abdul Waheed agaknya cukup membuat pasiennya puas. Salah seorang yang menikmati hasil ini adalah Makmun, sebut saja namanya begitu. Pria berusia 60 tahun ini semula mengaku sulit membuat "burungnya" tegak, atau kemampuan tegaknya hanya 20%. Namun setelah dipijat dan mendapat ramuan obat seharga Rp 200.000 dari Waheed, kata Makmum, tingkat ketegangannya kini bisa sampai 70%.
Klinik impotensi yang bertaburan ini memang tidak hanya menjanjikan menu terapi tradisional. Beberapa klinik ada pula yang mengobati dengan cara Barat, seperti dilakukan On Clinic. Pusat Therapi Kebugaran Seksual Alexandria, dan Klinik Impotensi di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta. On Clinic misalnya, merupakan sistem pengobatan dengan menyuntikkan obat langsung pada penis penderita. Klinik ini mengklaim telah menyembuhkan 3.000 pasien. Yang lebih komplet lagi agaknya Dokter Alex Pangkahila dan Dokter Wicahyakarta. Menu yang ditawarkan adalah senam, suntik, oles, atau kombinasi ketiganya.
Ramainya pasien klinik impotensi bisa menjadi pertanda makin meningkatnya jumlah pria loyo. Di Amerika, misalnya diperkirakan ada sekitar 20 juta pria impotensi. Di Indonesia memang beluma ada data yang pasti. Namun ada yang menyebutkan, 10% pria mempunyai masalah dengan keperkasaannya di ranjang.
Selama ini diketahui, impotensi terjadi akibat psikogenik dan organik. Dan ternyata, menurut dokter Sabilal Alief, penyebab organik lebih besar, yaitu sekitar 80%. Itu bisa diakibatkan diabetes, sakit jantung, tekanan darah tinggi, operasi prostat, alkoholik, atau gangguan pembuluh darah. Kalau sekarang menjamur klinik impotensi, "Sepanjang tidak menimbulkan komplikasi, tidak ada malah," kata ahli urologi pada Universitas Airlangga, Surabaya, ini kepada Khudori dari Gatra.
Yang menggembirakan, kini telah ditemukan obat impotensi oral. Padahal, selama ini sangat sulit menemukan jenis obat tersebut. Biasanya pengobatan impotensi dilakukan dengan cara injeksi atau olesan langsung ke penis. Keampuhan pil yang beredar di pasaran ini ditemukan secara tidak sengaja oleh peneliti di Inggris. Menurut Dokter Akmal Taher, manfaat pil ini cukup berarti."Semula obat ini untuk penderita jantung, tapi ternyata mampu juga mengatasi penderita disfungsi ereksi," kata ahli urologi pada Universitas Indonesia, Jakarta, ini kepada A. Latief Siregar dari Gatra.
GT, Ida Farida, dan Joko Syahban