MAKIN BANYAK! WANITA MUDA KENA MIOM
Mengapa wanita muda? Meski tidak berbahaya, tumbuhan di rahim ini dapat menggugurkan kandungan dan mengganggu kesuburan wanita. Apa kaitannya dengan makanan modern?
Menjelang hari pernikahannya Mia malah terpuruk sedih di sudut kamar. Apa pasal? Calon pengantin ini mengikuti nasihat dokter untuk melakukan general check up. Semua hasil pemeriksaan baik, kecuali di rahimnya ditemukan miom yang beratnya sudah 5 kilogram! Dan calon pengantin ini mau tak mau harus menjalani operasi. Sebab, menurut dokter, miom itu akan mengganggu kesuburannya sebagai calon ibu baru.
Berita buruk yang mendadak terungkap setelah pemeriksaan kesehatan ini, seperti diungkapkan oleh dokter Dwiana Ocviyanti, spesialis Obstetri dan Ginekologi dari Bagian Obstetri dan Ginekologi FKUI/RSCM, banyak terjadi di berbagai rumah sakit di Jakarta. Kasus miom sekitar 5 kilogram sering juga ditemukan di RSCM, bahkan pernah juga ditemukan kasus miom, sampai 20 kilogram!
Beberapa penelitian melaporkan bahwa penderita miom di Indonesia meningkat. Sebelum perang dunia kedua (1934), frekuensi mioma uteri di kalangan wanita Indonesia hanya 4,8 persen. Sementara penelitian yang dilakukan tahun 1977 menunjukkan kenaikan angka sekitar 10,30 dan 11,87 persen. Suatu penelitian di John Hopkins Hospital, Amerika Serikat, tahun 1975 sekitar 27 persen dari kasus bedah mayat pada wanita usia 35 tahun, ditemukan mioma uteri.
Nah, tampaknya, secara umum ada peningkatan kejadian miom ini pada wanita. Adakah kaitannya dengan pola makan dan gaya hidup? Adakah gejala-gejala yang dapat dijadikan patokan untuk mengdeteksinya pada tahap dini?
Jaringan otot yang tumbuh abnormal
Miom adalah jaringan otot yang tumbuh abnormal (biasa dikenal dengan istilah tumor jinak atau neoplasma) dan terjadi karena otot rahim tumbuh secara berlebihan (abnormal). Karena pertumbuhannya berlebihan, maka jumlah sel-selnya otomatis lebih banyak dari jaringan normal lainnya. Sehingga bentuknya berupa jaringan padat yang lebih padat daripada jaringan otot biasa. Beberapa sumber mengungkapkan bahwa jenis miom yang kini sering ditemukan adalah miom yang tumbuh pada korpus uteri atau badan rahim (sekitar 97 persen) yang disebut mioma uteri. Selebihnya ditemukan di daerah serviks uteri atau leher rahim.
Ada dua teori yang menerangkan proses terjadinya miom. Teori cell nest (sel induk) dan teori stimulasi hormon estrogen. Teori pertama mengungkapkan bahwa ada sel yang belum dewasa pada sel induk yang kemudian tumbuh akibat mendapat rangsangan hormon estrogen yang terus menerus.
Teori kedua, yaitu teori stimulasi estrogen mengungkapkan bahwa miom ini merupakan tumor yang estrogen dependent (pertumbuhannya dipengaruhi oleh hormon estrogen). Jadi, menurut teori ini, bila penderita sudah mengalami menopause (masa haid sudah berakhir), dengan sendirinya miom tersebut akan mengecil.
Estrogen memang diketahui bersifat merangsang, baik terhadap miometrium (jaringan otot uterus) normal maupun mioma uteri. Pada wanita yang masih dalam usia reproduksi, ukuran, besar, dan jumlah otot pada jaringan uteus akan dipertahankan oleh pengaruh estrogen. Begitu produksi estrogennya terhenti atau sudah waktunya menopause, otot ini akan mengecil, begitu juga miom uterinya.
Teori yang kedua, ini diajukan mengingat antara lain, bahwa mioma uteri seringkali tumbuh lebih cepat pada masa hamil, tidak pernah ditemukan sebelum haid, dan mengalami atrofi (pengecilan) setelah menopause. Hanya saja masih ada para ahli yang meragukan kebenaran teori ini karena, jika benar rangsangan estrogen menjadi penyebab tumbuhnya mioma uteri, mengapa tidak semua wanita usia reproduktif terkena miom ini (hanya sekitar 20% saja). Keraguan ini disanggah ahli lain yang berpendapat bahwa hal itu bisa saja terjadi karena kepekaan tubuh wanita terhadap estrogen tidak sama.
Respon tiap tubuh wanita terhadap estrogen terbukti memang berbeda-beda. Misalnya, dosis estrogen yang sama akan berpengaruh lain pada wanita berbeda. Pada wanita yang respon estrogennya normal, dosis tersebut hanya cukup untuk mengembangkan otot normal. Sementara untuk yang sensitif dapat mengakibatkan pertumbuhan sel menjadi lebih banyak. Hal ini terjadi juga pada jaringan-jaringan, seperti payudara.
Kehadiran miom dalam ukuran kecil sebenarnya tidak mengganggu karena sifatnya tidak ganas. Keberadaannya sama seperti tahi lalat, kutil, atau tumor jinak lainnya. Bedanya, miom hanya tumbuh pada rahim. Itulah sebabnya miom tidak harus selalu dioperasi. ukuran miom yang masih bisa ditoleransi tanpa harus dioperasi adalah sekitar ukuran telur angsa yang berdiamter 12 centimeter dan selama tidak menimbulkan keluhan.
Rentan pada orang gemuk
Karena letaknya di dalam rahim, mau tidak mau miom akan berpengaruh juga terhadap kehamilan. Antara lain, miom dapat meningkatkan risiko keguguran dan mengganggu kesuburan. Kehadirannya juga bisa mengakibatkan kelainan pada letak janin yang sedang dikandung, seperti letak bayi sungsang atau lintang. Hal ini terjadi karena keberadaan miom bisa menghambat perputaran janin dalam rahim untuk mencapai letak normal.
Miom yang tumbuh sebelum janin terbentuk, akan tumbuh membesar sejalan dengan terjadinya proses kehamilan. Membesarnya otot kehamilan selama proses kehamilan dapat diikuti oleh pembesaran miom karena cikal bakalnya memang adalah otot rahim pula. Yang semula hanya 2 sentimeter, misalnya, dengan proses kehamilan bisa menjadi 6 sentimeter. Pertumbuhannya pun bisa menimbulkan nyeri akibat penekanan pada dinding perut sekitarnya.
Karena pertumbuhannya itu pula, miom dapat mengakibatkan keguguran. Sebab miom tumbuh melekat pada otot rahim yang berlokasi pas di bagian bawah lapisan yang kelak menjadi tempat bayi menempel. Dengan terus membesar, ia akan menghambat pembuluh darah yang akan masuk ke endometrium (selaput lendir rahim). Sehingga kalau di tempat tersebut tumbuh janin, maka janin tersebut tidak akan bertahan karena tidak mendapat makanan. Sehingga terjadilah keguguran.
Miom yang tumbuh di bagian atas rahim (fundus uteri) juga dapat mengakibatkan penekanan pada saluran telur sehingga kiri kanan saluran ini tertutup oleh desakan rahim. Ini dapat mengganggu kesuburan wanita.
Pada wanita yang tidak hamil, miom bisa mengakibatkan perdarahan haid yang abnormal. Menurut dokter Dwiana, beberapa penderita miom datang dengan keluhan perdarahan yang tidak biasanya pada saat menstruasi. Rata-rata dapat menghabiskan 5 sampai 6 (atau lebih) pembalut sehari. Selain perdarahan lebih banyak, miom pun menyebabkan masa haid lebih panjang dan atau tidak teratur. Ini terjadi karena massa miom yang membesar menyebabkan rongga rahim bertambah besar, sehingga jumlah lapisan bagian dalam rahim yang akan keluar bersama darah haid menjadi relatif lebih banyak. Dengan demikian, perdarahan haid yang terjadi menjadi lebih banyak dan lebih lama.
Wanita dengan postur tubuh tertentu (berisi-tipe yang peka terhadap estrogen) cenderung mudah terkena miom. Demikian juga dengan orang gemuk. Pada orang gemuk, jaringan lemak tubuhnya bisa menjadi bahan dalam pembentukan estrogen (selain berasal dari ovarium, estrogen pun bisa diperoleh dari luar ovarium, misalnya dari jaringan lemak). Walau pun begitu, bukan berarti orang kurus otomatis terbebas dari miom ini.
Makanan tampaknya juga meninggalkan pengaruh. Mereka yang menggemari makanan siap santap (fastfood) dari hewani yang perkembangbiakannya dirangsang dengan hormon estrogen juga termasuk kelompok yang rentan untuk menumbuhkan miom dalam rahimnya. Penelitian tentang pengaruh makanan terhadap pembentukan miom memang belum ada, tetapi yang pasti, estrogen dalam makanan dapat masuk dan menumpuk di dalam tubuh. Jadi, tak ada salahnya berhati-hati mengonsumsi makanan, terutama, yang diduga tercemar estrogen. (Produsen yang nakal diduga menggunakan hormon estrogen untuk mengembangbiakan ternak mereka).
Di samping itu, faktor keturunan juga berperan. Mereka yang tubuhnya memang memproduksi estrogen berlebihan (hiperestrogenik), misalnya, sudah tentu lebih mudah terjangkit miom. Faktor lain, adalah ras. Di Amerika, misalnya, miom lebih sering ditemukan pada wanita Amerika keturunan Afrika daripada kulit putih. Sayang belum diketahui faktor penyebabnya secara pasti. Apakah karena kebanyakan wanita Amerika keturunan Afrika berpostur gemuk, sampai saat ini, tidak diketahui secara jelas.
Ditemukan Secara Kebetulan
Hampir separuh kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan dalam (pemeriksaan organ-organ di rongga panggul). Para penderita memang tidak mempunyai keluhan apa-apa dan tidak sadar bahwa dalam rahim mereka tumbuh miom, seperti yang dialami calon pengantin, Mia. Bahkan, bila besarnya belum mencapai sebesar kepala orang dewasa, penderita belum akan menyadarinya.
Hal ini amat disayangkan para dokter yang menangani kasus miom. Sebab miom yang masih kecil masih mungkin diatasi dengan pengobatan ringan. Dua orang ahli kandungan dari Amerika (Beck dan Whitehouse) mengungkapkan bahwa 55 persen dari semua mioma uteri tidak membutuhkan suatu pengobatan dalam bentuk apa pun. Terutama pada mioma uteri yang masih kecil (tidak lebih besar dari tinju) dan tidak menimbulkan gejala. Dan khususnya bagi penderita yang mendekati masa menopause, pengobatan juga tidak diperlukan. Cukup dilakukan pemeriksaan dalam, rutin 3 sampai 6 bulan. Namun, perlu diketahui, bahwa dengan adanya mioma uteri, datangnya menopause bisa terlambat.
Pada pemeriksaan dalam, pertumbuhan miom yang cepat atau adanya komplikasi juga dapat diketahui. Kini, dengan pemeriksaan yang dilengkapi dengan USG, keberadaan miom sekecil apa pun segera dapat dideteksi, juga tingkat keganasannya.
Pada miom-miom 'bandel' - yang mengakibatkan perdarahan berlebihan pada saat haid, yang menyebabkan infertilitas, atau bahkan yang berisiko menjadi kanker (tumor ganas) - biasanya perlu dilakukan tindakan lebih lanjut. Dari mulai observasi sampai tindakan operasi.
Makanan tampaknya juga meninggalkan pengaruh. Mereka yang menggemari makanan siap santap (fastfood) dari hewani yang perkembangbiakannya dirangsang dengan hormon estrogen juga termasuk kelompok yang rentan untuk menumbuhkan miom dalam rahimnya. Penelitian tentang pengaruh makanan terhadap pembentukan miom memang belum ada, tetapi yang pasti, estrogen dalam makanan dapat masuk dan menumpuk di dalam tubuh. Jadi, tak ada salahnya berhati-hati mengonsumsi makanan, terutama, yang diduga tercemar estrogen. (Produsen yang nakal diduga menggunakan hormon estrogen untuk mengembangbiakan ternak mereka).
Di samping itu, faktor keturunan juga berperan. Mereka yang tubuhnya memang memproduksi estrogen berlebihan (hiperestrogenik), misalnya, sudah tentu lebih mudah terjangkit miom. Faktor lain, adalah ras. Di Amerika, misalnya, miom lebih sering ditemukan pada wanita Amerika keturunan Afrika daripada kulit putih. Sayang belum diketahui faktor penyebabnya secara pasti. Apakah karena kebanyakan wanita Amerika keturunan Afrika berpostur gemuk, sampai saat ini, tidak diketahui secara jelas.
Ditemukan Secara Kebetulan
Hampir separuh kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan dalam (pemeriksaan organ-organ di rongga panggul). Para penderita memang tidak mempunyai keluhan apa-apa dan tidak sadar bahwa dalam rahim mereka tumbuh miom, seperti yang dialami calon pengantin, Mia. Bahkan, bila besarnya belum mencapai sebesar kepala orang dewasa, penderita belum akan menyadarinya.
Hal ini amat disayangkan para dokter yang menangani kasus miom. Sebab miom yang masih kecil masih mungkin diatasi dengan pengobatan ringan. Dua orang ahli kandungan dari Amerika (Beck dan Whitehouse) mengungkapkan bahwa 55 persen dari semua mioma uteri tidak membutuhkan suatu pengobatan dalam bentuk apa pun. Terutama pada mioma uteri yang masih kecil (tidak lebih besar dari tinju) dan tidak menimbulkan gejala. Dan khususnya bagi penderita yang mendekati masa menopause, pengobatan juga tidak diperlukan. Cukup dilakukan pemeriksaan dalam, rutin 3 sampai 6 bulan. Namun, perlu diketahui, bahwa dengan adanya mioma uteri, datangnya menopause bisa terlambat.
Pada pemeriksaan dalam, pertumbuhan miom yang cepat atau adanya komplikasi juga dapat diketahui. Kini, dengan pemeriksaan yang dilengkapi dengan USG, keberadaan miom sekecil apa pun segera dapat dideteksi, juga tingkat keganasannya.
Pada miom-miom 'bandel' - yang mengakibatkan perdarahan berlebihan pada saat haid, yang menyebabkan infertilitas, atau bahkan yang berisiko menjadi kanker (tumor ganas) - biasanya perlu dilakukan tindakan lebih lanjut. Dari mulai observasi sampai tindakan operasi.
Observasi diperlukan untuk pengamatan pertumbuhan miom itu sendiri. Siapa tahu, misalnya, miom akan mengecil setelah masa menopause. Tindakan operasi biasanya dilakukan untuk menghindarkan penderita dari anemia berat. Sebelum akhirnya dilakukan tindakan operasi, biasanya dapat dilakukan terapi antiestrogen (dilakukan dengan cara pemberian obat anti estrogen). Terapi ini bisa membuat miom mengecil, sehingga mempermudah operasi. Setelah miom diangkat, obat anti estrogen akan dihentikan, sehingga proses reproduksi dalam tubuh akan kembali berjalan normal.
Dikenal dua istilah pengobatan operatif untuk menanggulangi miom ini, miomektomi dan histerektomi. Miomektomi adalah operasi pengangkatan miom tanpa mengorbankan rahim. Dilakukan pada jenis miom yang bertangkai atau jika fungsi rahim masih hendak dipertahankan. Sementara histerektomi adalah pengangkatan miom sekaligus rahimnya. Ini dilakukan jika sulit untuk memisahkan miom dengan tempat tumbuhnya.
Operasi, terutama miomektomi, tidak selalu membuat rahim bersih dari miom. Sehingga tidak menutup kemungkinan bahwa miom akan tumbuh kembali, dan kembali harus dioperasi. Menurut dokter Dwiana, rumah sakit kadang-kadang melakukan operasi miom kedua kali. Risikonya? Tentu saja bergantung pada kondisi miom dan pasien. Ada yang kemudian terpaksa diambil dengan rahimnya, atau kembali hanya miomnya saja. Namun, pada umumnya operasi kedua dan seterusnya, memang lebih sulit karena adanya risiko perlengketan antara rahim dengan organ-organ di rongga panggul lainnya akibat operasi terdahulu.
Tindakan lain yang biasa dilakukan adalah terapi sinar X dan radium. Terapi ini biasanya diberikan pada mereka yang memerlukan tindakan operasi, tetapi kesehatan umumnya tidak memungkinkan (seperti mereka yang mempunyai penyakit jantung). Dengan penyinaran biasanya fungsi ovarium dihentikan dan tumor akan mengecil. Pemberian sinar X (rontgen) pada umumnya lebih baik dari pada pemberian radium. Radium biasanya dapat menyebabkan nekrosis (perusakan jaringan) dan infeksi pada miom.
Tentu saja alternatif pengobatan kembali pada kondisi pasien itu sendiri. Yang bisa dijadikan pertimbangan, apakah pasien sudah menikah dan apakah ia ingin hamil. Begitu juga tingkat keberhasilannya tergantung dari besarnya mioma, komplikasi yang terjadi, dan riwayat operasi sebelumnya.
Nah, tentu Anda tak ingin terpuruk sedih seperti Mia menjelang hari penting, apa pun bentuknya. Seperti juga masalah kesehatan lain, penemuan dini jauh lebih baik dan pencegahan adalah yang terbaik. Dan bila Anda memilih makanan sehat, mungkin Anda tidak hanya terbebas dari miom, melainkan juga penyakit modern lainnya.
SUSANDIJANI
Dikenal dua istilah pengobatan operatif untuk menanggulangi miom ini, miomektomi dan histerektomi. Miomektomi adalah operasi pengangkatan miom tanpa mengorbankan rahim. Dilakukan pada jenis miom yang bertangkai atau jika fungsi rahim masih hendak dipertahankan. Sementara histerektomi adalah pengangkatan miom sekaligus rahimnya. Ini dilakukan jika sulit untuk memisahkan miom dengan tempat tumbuhnya.
Operasi, terutama miomektomi, tidak selalu membuat rahim bersih dari miom. Sehingga tidak menutup kemungkinan bahwa miom akan tumbuh kembali, dan kembali harus dioperasi. Menurut dokter Dwiana, rumah sakit kadang-kadang melakukan operasi miom kedua kali. Risikonya? Tentu saja bergantung pada kondisi miom dan pasien. Ada yang kemudian terpaksa diambil dengan rahimnya, atau kembali hanya miomnya saja. Namun, pada umumnya operasi kedua dan seterusnya, memang lebih sulit karena adanya risiko perlengketan antara rahim dengan organ-organ di rongga panggul lainnya akibat operasi terdahulu.
Tindakan lain yang biasa dilakukan adalah terapi sinar X dan radium. Terapi ini biasanya diberikan pada mereka yang memerlukan tindakan operasi, tetapi kesehatan umumnya tidak memungkinkan (seperti mereka yang mempunyai penyakit jantung). Dengan penyinaran biasanya fungsi ovarium dihentikan dan tumor akan mengecil. Pemberian sinar X (rontgen) pada umumnya lebih baik dari pada pemberian radium. Radium biasanya dapat menyebabkan nekrosis (perusakan jaringan) dan infeksi pada miom.
Tentu saja alternatif pengobatan kembali pada kondisi pasien itu sendiri. Yang bisa dijadikan pertimbangan, apakah pasien sudah menikah dan apakah ia ingin hamil. Begitu juga tingkat keberhasilannya tergantung dari besarnya mioma, komplikasi yang terjadi, dan riwayat operasi sebelumnya.
Nah, tentu Anda tak ingin terpuruk sedih seperti Mia menjelang hari penting, apa pun bentuknya. Seperti juga masalah kesehatan lain, penemuan dini jauh lebih baik dan pencegahan adalah yang terbaik. Dan bila Anda memilih makanan sehat, mungkin Anda tidak hanya terbebas dari miom, melainkan juga penyakit modern lainnya.
SUSANDIJANI