PANGAN ORGANIK, BIKIN KANTONG & BADAN SEHAT
Kesadaran untuk hidup sehat ternyata mendorong lahirnya lahan bisnis baru. Yaitu produk pangan organik yang langsung memperoleh tempat di hati masyarakat. Tak tanggung-tanggung, nilai penjualannya saat ini diperkirakan berkembang 12% dengan nilai US$ 11,75 miliar pada 2002.
Kondisi itu jelas menggambarkan pangan organik kini menjadi kegiatan usaha yang menjanjikan keuntungan. Minat konsumen di wilayah dunia lain memperlihatkan tren meningkat. Buktinya, produksi tanaman organik meningkat di seluruh dunia.
Pada 2002, total nilai bisnis pangan organik di pasar global diperkirakan mencapai US$ 23 miliar. Kendati penjualan tersebut sebagian besar terpusat di negara industri maju seperti Eropa Barat dan Amerika Utara.
Situasi seperti itu, dimana permintaan konsumen terhadap pangan organik terbatas hanya pada negara-negara industri maju, sebagian besar disebabkan oleh harga produk organik yang secara rata-rata lebih tinggi daripada produk konvensional (premium price).
Di negara berkembang, sebagian besar dari populasinya masih hidup di bawah garis kemiskinan, dan hal ini menyulitkan dalam pengembangan pasar bagi produk pangan organik.
Menurut data yang diperoleh Departemen Pertanian Indonesia pasar pangan organik di Asia, negara Jepang merupakan pasar utama di wilayah Asia.
Hal ini barangkali tidak mengejutkan, karena Jepang adalah negara yang memiliki tingkat perekonomian terbesar kedua di dunia, dan juga negara yang paling makmur di Asia itu. Penjualan pangan organik di Jepang diperkirakan US$ 350 juta pada 2002.
Dibandingkan dengan pasar di dunia, yakni di Eropa Barat yang merupakan pasar pangan organik terbesar di dunia, namun saat ini telah tersusul oleh Amerika Utara, penjualannya telah mencapai US$ 10,5 miliar.
Namun, disinyalir saat ini pasar Eropa telah mencapai titik kejenuhan akibat ketidakseimbangan supply-demand.
Di sejumlah negara-negara telah menunjukkan kondisi suplai yang berlebih di beberapa sektor seperti industri daging dan susu, sedangkan sektor lain seperti gandum dan biji-bijian padi (cereals and grain) tetap kekurangan suplai.
Alasan untuk keadaan ini adalah bahwa sebagian besar petani yang melakukan konversi menuju organik adalah para peternak dan penghasil susu, sementara tingkat konversi petani menuju organik di sektor lainnya sangat rendah.
Amerika Utara, seperti diutarakan di atas, posisinya dilaporkan sebagai pertumbuhannya paling tinggi di dunia saat ini. Nilai penjualannya diperkirakan berkembang 12% dengan nilai US$ 11,75 miliar pada 2002.
Namun, permintaan konsumen terhadap produk organik terus meningkat dan diperkirakan wilayah ini akan menjadi pasar pangan organik terbesar di masa yang akan datang.
Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) mengimplementasikan apa yang dinamakan dengan National Organic Programme (NOP) pada Oktober 2002. NOP hanya memperbolehkan produk organik yang sesuai dengan peraturan USDA yang dapat dipasarkan sebagai produk organik di pasar AS.
Hal ini memberi dorongan bagi industri organik untuk menciptakan produk organik yang bermutu di pasar dan meningkatkan kesadaran konsumen.
Produk organik harus memenuhi standar nasional AS untuk memperoleh logo organik dari pemerintah dan hal ini memperkuat kepercayaan konsumen terhadap produk organik.
NOP juga menyebabkan produk organik dapat memasuki jaringan pemasaran utama sehingga sejumlah supermarket Amerika saat ini menawarkan makanan dan minuman organik.
Pasar pangan organik Jepang sebelumnya diperkirakan di atas US$ 3 miliar, namun kemudian dengan adanya regulasi pemerintah di bidang pertanian dan pangan organik menyebabkan penerimaan menyusut di atas sepuluh kali lipat pada 2001.
The Japanese Agriculture Standard (JAS) hanya memperbolehkan pangan bersertifikat organik dari lembaga sertifikasi terakreditasi dapat dipasarkan sebagai produk organik. Hal ini menyebabkan banyak produk organik kehilangan status organiknya pada 2001, dan akibatnya pasar semakin mengecil.
Pasar penting lainnya untuk produk organik adalah China, Korea Selatan, Singapura, Hong Kong, dan Taiwan. Terdapat pasar yang kecil di wilayah-wilayah tersebut, namun pertumbuhannya cukup menjanjikan.
Di negara-negara seperti Malaysia, Thailand, dan India diperkirakan pasarnya akan terus bertumbuh, karena para petani di wilayah-wilayah ini sudah memulai sistem pertanian organik.
Pemasaran organik
Walaupun lahan pertanian organik terus bertambah luas lahannya di seluruh dunia, kebanyakan penjualan pangan organik terbatas hanya di negara-negara industri maju, yakni Eropa Barat dan Amerika Utara yang menguasai pasar global sebesar 97%. Pasar penting lainnya adalah Australia dan Jepang.
Dua faktor penting yang diperkirakan berperanan besar mengapa permintaan konsumen terhadap pangan organik hanya terkonsentrasi di negara-negara maju.
Harga produk organik yang tinggi (premium price) membatasi permintaan hanya pada negara-negara yang konsumennya memiliki daya beli yang tinggi. Ini menjadi faktor mengapa kebanyakan penjualan berada pada negara-negara yang populasi penduduk kelas menengah ke atasnya besar.
Faktor kedua adalah pendidikan, dan secara lebih rinci adalah pemahaman terhadap produk organik. Jika konsumen lebih terdidik dan mengetahui isu-isu tentang pangan, semakin tinggi pula keinginan mereka untuk membeli produk organik, apakah itu disebabkan berbagai faktor seperti keamanan pangan, perhatian terhadap lingkungan, atau alasan kesehatan.
Walaupun produksi tanaman organik meningkat di seluruh dunia, pasar regional diharapkan dapat dikembangkan dimana petani organik akan memproduksi produk organik untuk konsumen di wilayahnya.
Ini diharapkan merangsang penjualan produk organik di banyak negara berkembang, terutama di negara-negara seperti Brasil, China, India, Indonesia dan Afrika Selatan di mana pembangunan ekonomi berkembang dengan pesat dan akan lebih banyak masyarakat yang tingkat pendidikannya semakin tinggi dan konsumen kelas menengah ke atas semakin besar.
Tuntutan gaya hidup masyarakat global yang lebih sehat mendorong permintaan makanan yang bebas bahan kimia kian meningkat.
Indonesia adalah salah satu negara yang berpotensi menghasilkan pangan organik. Indonesia mempunyai udang dan hortikultura organik.
Pakar Perikanan Universitas Diponegoro yang juga Kepala Dinas Perikanan Jateng Budi Prayitno mengatakan keunggulan udang organik karena proses budi dayanya tidak menggunakan bahan-bahan antibiotik atau kimia, yang belakangan semakin banyak dijauhi oleh konsumen.
Pembenihannya juga tidak mengandalkan proses artifisial, seperti penyuntikan, tetapi tetap alami, sehingga dari proses awal hingga pemanenan memang terbebas dari bahan kimia dan antibiotik.
"Begitu pula dalam pemilihan tambak, lingkungan harus bebas dari pencemaran, seperti limbah pabrik dan polutan lainnya," kata Budi Prayitno.
Dia menyebutkan masyarakat Jepang yang banyak mengonsumsi produk perikanan, termasuk udang, sangat potensial dijadikan sasaran udang organik apalagi harga udang jenis ini juga hampir tiga kali lipat dari udang tambak intensif. Harga udang organik bisa melampaui US$ 20 per kilogramnya.
Menurut dia, meski di sejumlah daerah pesisir di Jateng banyak yang sudah tercemar, di sejumlah daerah provinsi ini masih potensial dikembangkan budi daya udang organik, seperti di Kendal, Brebes, Tegal, dan Pati.
Dia menambahkan cukup banyak petani tambak yang mengembangkan udang windu dan udang putih organik dalam lahan yang terbatas, banyak produksinya memang tidak sebesar udang tambak intensif.
Demikian juga dengan produk hortikulturanya. Terbetik kabar, delegasi Sumbar berkunjung ke Singapura guna meninjau pelaksanaan kerja sama ekspor sayuran organik dan buah-buahan yang telah disepakati bersama dalam satu memorandum of understanding (MoU) yang ditandatangani pada 2004.
Delegasi Sumbar dipimpin langsung Kepala Dinas Pertanian Tanaman dan Hortikultura (Diperta) Provinsi Sumbar, Syahrial Syam, berangkat 12 April 2005 ke Singapura guna membicarakan pelaksanaan MoU dengan perusahaan eksportir Singapore, Food Bex Global.
Menurut Yulmar Jastra, Wakil Kepala Diperta Provinsi Sumbar, dalam MoU itu Sumbar akan memasok sayuran organik (non pestisida) secara berkelanjutan ke Singapura. Ekspor perdana, sudah dilaksanakan dengan dua kali pengiriman sayuran organik ke Singapura dan satu kali ke Malaka, Malaysia.
Pengiriman pertama 18 September 2004 tujuan Singapura sebanyak 7,8 ton sayuran berupa kubis, bawang merah, wortel, lobak putih, sawi putih, buncis, tomat, labu siam dan buah-buahan markisa.
Ekspor kedua 25 Oktober tujuan Singapura sebanyak enam ton berupa tomat, buncis,. bawang putih kupas, bawang merah kupas dan buah-buahan jeruk nipis. Pengiriman ketiga pada 3 November tujuan Malaka sayuran kubis sebanyak 15 ton.
Kunjungan delegasi Sumbar tersebut ke Singapura guna membicarakan peningkatan volume ekspor sayuran organik dan buah-buahan ke negara tetangga itu berkaitan dengan selesainya dibangun sarana pendukung utama serta perluasan kebun tanaman sayuran organik.
Unit proses berupa ruang pendingin (cold storage) sudah dibangun di Nagari Lundang Kecamatan IV Angkat Candung, Kabupaten Agam, yang akan difungsikan untuk perbaikan pasca panen sayuran.
Food Bex Global, kata Yurmal, salah satu eksportir hortikultura terbesar di Singapura. Perusahaan itu tiap bulan melakukan reekspor sekitar 6.000 ton sayuran dan 40.000 ton buah-buahan ke seluruh dunia.
"Sumbar akan memanfaatkan peluang yang diberikan Food Bex Global secara maksimal," ujar Yulmar, menambahkan di daerah itu terdapat ratusan hektare lahan kawasan dataran tinggi pada ketinggian 750 meter hingga 1.000 m di atas permukaan laut, cocok untuk pengembangan tanaman sayuran organik.
Yulmar Jastra mengatakan peluang ekspor sayuran organik cukup bagus dan diyakini akan sangat menguntungkan para petani. Pengembangan sayuran organik dapat dilakukan dengan memanfaatkan lahan sawah berpengairan setengah teknis, pengairan sederhana, pengairan desa dan sawah tadah hujan dengan sistem dua kali padi dan satu kali sayuran atau bergantian padi dan sayuran.
Pemanfaatan lahan dengan tanaman sayuran organik merupakan peluang yang perlu dipacu, karena permintaan eksportir di luar negeri, seperti dari perusahaan Food Bex Global Singapura, cukup tinggi.
"Mereka (eksportir luar negeri) sangat berharap pengiriman sayuran organik dari Sumbar dilakukan terus-menerus atau secara bekelanjutan," katanya.
Selain itu, sayuran organik asal Sumbar tersebut banyak diminati para konsumen di berbagai daerah di Sumatera dan Jakarta.
Sarana pendukung utama sayuran tersebut, yakni unit proses berupa ruang pendingin (cold storage) sudah dibangun di Nagari Lundang Kecamatan IV Angkat Candung, Kabupaten Agam, yang difungsikan untuk perbaikan pasca panen sayuran.
Jenis sayuran organik yang dibutuhkan untuk eskpor meliputi wortel, bawang merah, kubis, sawi putih, bunci, tomat dan labu siam.
Martin Sihombing