Berapa Kali Sexual Intercourse yang Normal, Dok?
Pak Dirjen kemarin minta dibuatkan resep obat kuat. Tidak jelas mengapa. Tapi dia tahu persis nama obatnya. Dokternya didikte agar membuka resep kapsul A sebanyak 20. Dan begitu selalu permintaan rutinnya setiap bulan. Ajudannya hapal betul, kalau Bapak yang hampir pensiun ini langganan kapsul, konon, entah pengakuan dari mana, sang kapsul telah berhasil membuatnya bertambah beringas. Konon menurut kabar burung pula, Pak Dirjen cemas karena tidak kuat setiap minggu lagi. "Maklum, istri beliau kan 20 tahun lebih muda, Dok!"
Surat yang bertanya soal berapa kali normalnya seks suami istri itu tergolong banyak. Hampir semua suami mencemaskannya karena ternyata memang tidak mungkin lagi sesering dulu. "Apakah kalau cuma sebulan sekali masih normal, Dok?"
Rata-rata suami menjadi cemas kalau-kalau istrinya menyeleweng gara-gara kurang dicukupi kebutuhan biologisnya. Dari kecemasan ini masuk akal, karena kebutuhan seks selalu bersifat individual. Sangat dipengaruhi oleh profil hormon seks masing-masing. Harus dibedakan antara hormon yang memicu libido dengan hormon seks. Terobosan farmakologi belakangan ini menemukan formula PCPA, turunan hormon golongan dopamine di otak. Hormon ini dihambat oleh hormon otak lain, yaitu serotonin yang menghambat rangsangan seksual dibangkitkan.
Sedangkan hormon seks pada pria maupun wanita yang aktif sejak pubertas merupakan hormon pemelihara fungsi profil gender, termasuk untuk produksi sel telur dan sperma. Tanpa adanya picu di otak, libido tak bangkit, sekalipun sperma diproduksi.
Jadi pria dikategorikan jantan jika berlibido, sperma pun diproduksi. Sehingga mampu melakukan kegiatan seksual normal kapan saja dikehendaki.
Tapi potensi biologis pria sangat dipengaruhi oleh unsur kejiwaannya sendiri. Sebagian besar kasus impotensia berhulu pada situasi kejiwaan. Mulai dari yang paling ringan sampai yang terberat. Masalah pribadi, masalah dengan istri, dan masalah yang lebih makro. Sering mau namun tak mampu.
Kasus Pak Dirjen di atas, cenderung berkategori kurang mau tapi juga kurang mampu. Sehingga tidak jelas bagaimana hormon seks dalam kapsul bisa mengkatrol keduanya. Kecuali jika Pak Dirjen memilih pasangan seks bukan dengan istri sendiri. Semua pria menjadi lebih hot jika berpasangan bukan dengan istri.
Suami yang mengaku loyo menghadapi istri pertama, dan sangat prima dengan istri mudanya, sudah menjadi cerita yang sangat lumrah. Pola dasarnya karena sesungguhnyalah penampilan dan kiat istri memelihara libido suami banyak menentukan kinerja seksual suaminya.
Suami istri modern yang serba sibuk dan dikejar waktu tanpa sengaja telah menciptakan suasana nyaris tanpa seks. Fenomena seks instant berkembang dari memanfaatkan situasi kapan ada waktu luang. Mutu seks begini yang menjebak banyak pasangan suami istri, merasa bosan dengan seks di rumahnya sendiri dan berselingkuh menjadi nilai baru yang boleh sangat dilumrahkan.
Normal jika seks suami istri semakin jarang dengan bertambahnya usia perkawinan. Keindahan perkawinan toh bukan cuma pada seks semata. Jika kesibukan lain berhasil menambah romantika kehidupan suami-istri, berkurangnya seks tidak sampai mengurangi kebahagiaan pasangan.
Masalahnya, apakah suami dan istri masih merasa sama-sama bahagia dengan kenyataan seks yang berkurang itu. Apakah suami bahagia karena sibuk bisnis dan lupa seks dengan istri yang menganggur di rumah? Juga jika suami yang murung menganggur dan tak mau seks dengan istri yang sibuk bekerja? Atau jika suami dan istri sama-sama sibuk dan sama-sama tidak memperoleh kebahagiaan dari kesibukannya, ditambah kehilangan seks pula? Kasus-kasus seperti inilah yang akan bermasalah.
Jika seks normal itu jika komitmen di antara suami dan istri adalah bisa rela sama-sama saling mencukupi kebutuhan seks masing-masing. Komitmen itu pada pasangan yang satu bisa seminggu sekali, pada pasangan yang lain mungkin sebulan sekali.
Seks suami-istri yang normal adalah jika setiap pasangan bisa memenuhi komitmennya masing-masing, tanpa ada pihak yang sampai terganggu. Namun kesulitan timbul jika ada salah satu dari pasangan yang seksnya ekstrem. Buat pihak istri yang suaminya minta saban hari tanpa ia sukai, tidaklah seberat jika istri yang minta lebih sering tanpa suaminya sendiri mampu memberikannya.
Tapi kebahagiaan rumah tangga bukan cuma pada seks semata. Seks hanya satu dari butir-butir keindahan yang bisa diterima setiap pasangan suami istri, yang laik bahagia.
Dr Handrawan Nadesul