Anak Autis Bisa Produktif

JAKARTA, KOMPAS - Anak autis dapat produktif menghasilkan karya jika orangtua memberi stimulus positif. Salah satu wujudnya ialah band yang tampil pada seminar "Diagnosa Akurat Pendidkan Tepat, dan Dukungan Kuat Anak Autis" yang diselenggarakan Kementerian Kesehatan di Jakarta, Selasa (9/4).

Band yang diawaki enam anak autis itu menyita perhatian para hadirin saat memainkan lagu Chrisye "Seperti yang Kau Minta".

Mereka bisa memainkan 25 lagu, namun di acara ini diminta memainkan enam lagu saja. Setiap Selasa dan Jumat, mereka rutin latihan," kata Sita Dewi guru di Yayasan Bina Abyakta yang memberi edukasi informal bagi anak autis.

Berdasarkan data Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO) tahun 2001, tercatat 35 juta penyandang autis di dunia. Di Indonesia, data Biro Pusat Statistik tahun 2010 menyebut, jumlah anak usia 5-19 tahun ada 66.000.805 jiwa. Maka, Kementerian Kesehatan memperkirakan terdapat lebih dari 112.000 anak autis pada usia 5-19 tahun. Penyandang autis memiliki hambatan dalam kemampuan komunikasi sosial, kemampuan motorik kasar, dan motorik halus, dengan gejala yang berbeda pada tiap penyandang.

"Orangtua perlu melakukan deteksi dini terhadap kemungkinan anak mengidap autis. Gejalanya, pada usia dua tahun anak belum bisa bicara, suka bermain sendiri, tidak ada kontak emosional dengan orang terdekat, dan tidak ada kontak mata. Deteksi dini penting agar secepatnya anak autis bisa diintervensi medis. Intervensi yang cepat bisa membantu memperbaiki kualitas hidup penyandang autis," kata Akmal Taher, Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan.

Sejak 2007, 60 persen puskesmas melayani konsultasi autisme. Namun, hingga 2013, baru 2.000 puskesmas dari sekitar 9.000 puskesmas di Indonesia yang mendapat pelatihan deteksi dini dan penyuluhan tentang autis dari Kementerian Kesehatan. Keterbatasan ini disiasati dengan menangani autis oleh psikiater.

"Ada 33 rumah sakit jiwa (RSJ) di Indonesia. Belum semua provinsi memiliki RSJ karena jumlah psikiater terbatas, sekitar 800 orang. Ke depan, kami akan memberdayakan psikiater untuk memberi pelatihan kepada dokter puskesmas agar mampu mendeteksi dan melakukan intervensi dini. Pelatihan deteksi dini juga akan diberikan kepada para guru di Pendidikan Anak Usia Dini," kata Diah Setia Utami, Direktur Bina Upaya Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan. (K03)    

Postingan populer dari blog ini

Awet Muda: Tubuh Bugar