MUAL DAN KEMBUNG TIDAK SELALU MAAG

Nyeri ulu hati, mual, dan kembung juga bisa menandakan ada gangguan serius pada sejumlah organ tubuh.

SAAT mengalami rasa nyeri di ulu hati, mual, kembung dan begah, umumnya orang menganggap hal itu sebagai gejala sakit maag yang cukup ditangani dengan obat warung. Padahal, gejala-gejala itu juga  bisa menandakan adanya penyakit yang lebih 'serius'.

Dokter spesialis penyakit dalam dari RS. Antam Medika Dr Kusmardi, SpPD menjelaskan apa yang disebut sebagai maag oleh masyarakat merupakan kumpulan gejala yang dalam dunia medis diistilahkan sebagai sindrom dispepsia. 

 

Dispepsia terjadi pada 25% populasi dewasa. Karena merupakan sindrom, dispepsia perlu dicari penyebabnya agar bisa ditanggulangi," katanya.

Sindrom dispepsia, lanjut Kusmardi, bisa jadi timbul karena masalah psikis misalnya stres dan kecemasan. Kasus yang demikian disebut sindrom dispepsia fungsional. Selain itu, sindrom dispepsia juga bisa timbul karena ada masalah pada organ tubuh. Kasus demikian disebut dispepsia organik.

Sebuah penelitian di Fakultas Kedokteran Indonesia menunjukkan bahwa kejadian dispepsia fungsional lebih besar daripada yang organik, yaitu mencapai 70%-80% kasus keluhan sakit maag. Meksi demikian, tidak berati bahwa itu mengurangi kewaspadaan terhadap dispepsia organik yang melibatkan gangguan organ.

"Mungkin penyebab organik pada keluhan sakit maag tersebut tetap perlu dipikirkan," imbuh Kusmardi.    

Sindroma organ di rongga perut bisa berasal dari lambung atau di luar lambung seperti hati dan empedu, pankreas, ginjal, kandung kemih, usus 12 jari, usus halus, usus buntu, dan usus besar. 

"Jadi, sumber timbulnya gejala dispepsia cukup beragam. Untuk memastikan diperlukan pemeriksaan lebih lanjut."

Dispepsia fungsional bisa diatasi  dengan terapi psikologis dan obat penetrasi asam lambung yang banyak dijual bebas. Namun bila gejala yang dialami tidak kunjung reda, sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter. 

Biasanya, lanjut Kusmardi, dokter akan melakukan pemeriksaan yang lebih fokus pada daerah dada, perut, dan punggung. Kemudian ditambah pemeriksaan penunjang seperti hasil laboratorium, radiologi, ultrasonografi, dan endoskopi.

Tanda bahaya

Pemeriksaan yang lebih mendetail dilakukan ketika sindrom dispepsia disertai 'alarm' tanda bahaya. Seperti, terdapat anemia yang ditandai kelopak mata bawah bagian dalam pucat serta kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 12 g/dl. Gejala muntah darah kehitaman, feses lengket kehitaman, atau disertai darah segar, juga menjadi tanda bahaya.

"Selain itu, penurunan berat badan yang mencolok dalam beberapa minggu tanpa sebab yang jelas dan tekanan darah menurun hingga 20 mmHg dari biasanya juga perlu diperiksa lebih lanjut," papar Kusmardi.

Orang yang mengalami sindrom dispepsia berulang dan memiliki riwayat keluarga menderita diabetes melitus, sakit jantung, batu empedu atau ginjal, dan tuberkulosis juga memerlukan pemeriksaan lebih lanjut. Sebab, bisa jadi, orang tersebut juga menderita penyakit-penyakit tersebut dan sindrom dispepsia yang dialami merupakan gejala dari penyakit-penyakit itu. 

Dalam pengobatan, biasanya dokter spesialis penyakit dalam atau konsultan gastroentero-hepatologi (saluran cerna dan hati) akan memulainya dengan rawat jalan jika masalah dispepsia dicurigai hanya kelalaian ringan di lambung dan atau usus 12 jari atau dispepsianya tergolong fungsional. 

"Jika sederhana, dispepsia akan diobservasi dengan rawat jalan maksimal dalam 8 minggu. Jika masalahnya sedang sampai berat, rawat inap diperlukan untuk obervasi maupun tindakan,"pungkas Kusmardi. (H-2) eni@mediaindonesia.com  

Postingan populer dari blog ini

Awet Muda: Tubuh Bugar