Produk Kimia Berbasis Air Laut

Indonesia dikenal sebagai negara dengan sumber daya alam hayati dan non hayati yang sangat banyak dan beraneka ragam. Salah satu sumber daya alam yang berpotensi besar untuk digali dan dimanfaatkan adalah laut. Luas lautan yang hampir mencakup 2/3 wilayah kita mengandung banyak senyawa-senyawa kimia yang hingga kini belum termanfaatkan secara optimal, struktur industri kimia dasar yang sangat rapuh, Karena masih banyak bergantung pada produk-produk impor. Impor bahan kimia dasar pada tahun 1997 untuk 13 bahan kimia dasar utama (antara lain untuk industri zat  warna, obat-obatan, kosmetik, adhesive) menurut data DEPERINDAG telah mencapai angka US$ 2.259.514.000 dan selama rentang tahun 1993-1997 tingkat pertumbuhan nilainya mencapai 6,25 %.

Air laut merupakan unsur utama lautan dan diketahui mengandung sejumlah unsur kimia yang bermanfaat antara lain: natrium, magnesium, kalsium, kalium, sulfat, klorida dan beberapa unsur renik lainnya. Sejak dari dulu sebenarnya air laut telah dijadikan sebagai sumber utama bahan baku pembuatan garam, terutama untuk keperluan konsumsi dan dilakukan oleh petani garam serta beberapa perusahaan swasta di lahan pegaraman menggunakan sistem penguapan dengan bantuan energi matahari. Tetapi seperti kasus di atas kitapun hingga saat ini masih tetap mengimpor beberapa jenis garam untuk keperluan industri tertentu. 

Untuk mengatasi masalah tersebut sudah saatnya kita harus mengoptimalkan laut sebagai sumber bahan baku beberapa produk kimia/farmasi antara lain:

Garam NaCl Farmasi

Garam NaCl farmasi adalah garam yang diperlukan untuk keperluan industri farmasi/obat dan kosmetik. Garam ini, menurut Farmakope Indonesia IV antara lain harus mempunyai kandungan NaCl minimal 99% serta persyaratan kandungan logam dan unsur lain dalam batas bpj (bagian perjuta) Garam farmasi banyak digunakan di industri farmasi untuk kebutuhan sediaan infus, bahan pengisotonis larutan injeksi, bahan bantu sediaan tablet dan kapsul, bahan baku cairan dialisat untuk proses cuci darah dan sediaan oralit. Sedangkan untuk industri kosmetik garam farmasi digunakan untuk campuran dalam pembuatan shampoo dan garam mandi.

Volume kebutuhan garam farmasi Indonesia berkisar antara 600-700 ton per tahun dan dengan angka pertumbuhan sekitar 10%. Hingga saat ini kebutuhan tersebut masih dipenuhi dari produk impor. Garam farmasi dapat diproduksi dengan cara kristalisasi larutan garam/brine yang telah melalui proses pemurnian.

Barium Sulfat

Sumber bahan baku utama barium sulfat adalah hasil samping industri hidrogen peroksida (H202), pengolahan tambang  barite, proses pengendapan (blanc fixe) dari larutan barium klorida, barium sulfida atau barium karbonat. Selain itu barium sulfat dapat diproduksi pula dari air laut (brine) atau sebagai produk samping proses produksi garam farmasi.

Barium sulfat banyak digunakan dalam industri kimia dan industri farmasi. Dalam industri kimia barium sulfat digunakan pada pembuatan kertas fotografik dan berwarna, fiber, dan resin, bahan pengisi karet, cat dan tekstil, penahan radiasi pada bangunan, pemberat pada pengeboran minyak, sebagai fluks untuk meningkatkan titik leleh pada industri gelas dan keramik sebagai peredam dalam industri karpet.

Dalam dunia kesehatan dan farmasi barium sulfat banyak digunakan untuk keperluan endoskopi yaitu sebagai media kontras sinar-X dalam pemeriksaan radiologi pada saluran pencernaan. Suspensi garam tersebut harus diminum oleh pasien yang akan diperiksa atau dimasukkan melalui lobang anus (untuk keperluan pemeriksaan kolon), sehingga bila seberkas sinar dilewatkan tidak akan menembus barium sulfat tersebut dan menimbulkan bayangan gambar yang jelas pada foto Rontgen. Hal ini berdasarkan sifat barium sulfat yang inert, tidak dapat diserap, dan tidak mengganggu fungsi normal fisiologi tubuh. Untuk keperluan ini disyaratkan barium sulfat dengan kadar lebih besar dari 97,50%. 

   



 

Postingan populer dari blog ini

Awet Muda: Tubuh Bugar