Promosi dan Deteksi Dini Penting untuk Cegah Kasus

JAKARTA, KOMPAS - Deteksi dini dan sosialisasi kanker serviks penting untuk mencegah pertambahan jumlah penderita. Dari beberapa metode, inspeksi Visual Asam Asetat menjadi cara deteksi dini yang mudah, aman, dan terjangkau.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, ada 15.000 kasus kanker serviks per tahun ditemukan di Indonesia. Sekitar 70 persen, penderita datang ke rumah sakit pada stadium lanjut.

Ketua Yayasan Kanker Indonesia Pusat Nila Moeloek menyatakan dalam peluncuran "Bulan Cegah Kanker Serviks", Selasa (14/5), di Jakarta, dengan deteksi akan ditemukan lebih banyak kasus dalam stadium dini.

"Di wilayah DKI Jakarta, setelah sering dilakukan deteksi dini, ditemukan banyak kasus kanker serviks. Hal ini membuat peringkat penyakit ini naik dari posisi kelima menjadi posisi ketiga paling banyak diderita di DKI Jakarta. Setiap 3 hari ada 2 perempuan di Jakarta meninggal karena kanker ini," kata Nila.

Hal yang sama disampaikan Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Dien Emawati.

Dalam program Bulan Cegah Kanker Serviks di wilayah DKI Jakarta, akan dilakukan layanan deteksi dini gratis kepada 9.000 perempuan dan penyuluhan kepada 30.000 perempuan. Selain itu, ada juga edukasi kesehatan reproduksi dan pencegahan kanker serviks ke SMP dan SMA.

Deteksi dini gratis akan dilakukan pada Mei-Juni 2013 menggunakan metode Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA). Metode IVA adalah pemeriksaan dini kanker serviks oleh dokter atau bidan terlatih dengan mengoleskan asam asetat (cuka dapur) yang diencerkan ke serviks (leher rahim) untuk melihat kondisinya. Jika terdeteksi ada lesi (kerusakan) prakanker, akan dilanjutkan dengan krioterapi (terapi pembekuan untuk membuang lesi prakanker dengan nitrogen).

Laila Nuranna, Koordinator Female Cancer Program Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-RSCM, mengatakan, dibandingkan pap smear, metode ini selain mudah dan biaya terjangkau juga bisa dijalankan tenaga kesehatan di tingkat puskesmas. 

"Kalau pap smear perlu waktu seminggu untuk mengetahui hasilnya karena harus diperiksa di laboratorium IVA hanya perlu beberapa menit. Sensitivitas IVA tinggi, sekitar 70-80 persen," kata Laila.

Titi Syahrir, warga Pondok Kelapa, Jakarta Timur, yang rutin melakukan deteksi dini sejak 2011, menuturkan, metode IVA sangat membantu karena lebih terjangkau. "Untuk IVA saya hanya bayar Rp 15.000, untuk pap smear bisa Rp 90.000," ujarnya.

Titi rajin periksa untuk memastikan terbebas dari kanker serviks. "Riwayat keluarga mulai dari ibu, bapak, hingga nenek, penderita kanker, jadi harus periksa rutin," katanya.  (K12)    

Postingan populer dari blog ini

Awet Muda: Tubuh Bugar