HOSPITAL EXPO 2008. AJANG SINERGI SEKTOR KERUMAHSAKITAN

Lebih dari 200 perusahaan di bidang kerumahsakitan berpartisipasi dalam Hospital Expo 2008 dari Jakarta Convention Center, 4-7 November 2008. Pameran tersebut bisa menjadi ajang sinergi seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) di bidang kerumahsakitan.

LEBIH dari 300 stan mengisi ruang pameran Hospital Expo 2008 di Jakarta Convention Center. Mayoritas adalah milik produsen dan pemasar alat-alat kesehatan. Tidak ketinggalan, sejumlah rumah sakit, perusahaan farmasi, dan klinik/laboratorium juga turut serta.

"Kami berharap agar acara ini bisa menjadi titik temu para stakeholders di bidang kerumahsakitan agar tercipta sinergi yang kukuh," ujar Ketua Hospital Expo 2008 dr Robert Imam Sutedja di sela pembukaan pameran tersebut, kemarin.   

Menurut Imam, sinergi para pemangku kepentingan di bidang kerumahsakitan sangatlah penting. Terutama di era globalisasi dan pasar bebas yang tengah kita songsong saat ini. Era tersebut bisa menjadi peluang sekaligus penuh tantangan, tergantung kesiapan sektor kerumahsakitan Indonesia.

Robert menambahkan, nuansa globalisasi itu dapat dirasakan di Hospital Expo kali ini. Di antara peserta pameran, ada  lima yang berasal dari luar negeri. Yakni dari Malaysia, China, Korea Selatan, Taiwan, dan Pakistan. Mereka datang menawarkan alat-alat kesehatan. Mulai dari  alat diagnostik kesehatan elektronik hingga  alat operasi.

Kehadiran mereka lanjut Robert, menandakan Indonesia adalah pasar potensial dan mereka punya potensi untuk menjadikan Indonesia sebagai pasar mereka. Hal itu seharusnya dipandang sebagai peringatan agar Indonesia segera memperbaiki diri.

"Pakistan saja berani datang dengan alat-alat bedahnya. Mereka tentu ditopang industri baja yang andal. Bagaimana dengan kita? Apakah antarsektor sudah saling mendukung?" kata Robert.

Untuk itulah, Robet berharap Hospital Expo kali ini dapat menjadi ajang kolaborasi berbagai sektor di bidang kerumahsakitan. Ia juga mengungkapkan meski mayoritas peserta adalah produsen  alat-alat kesehatan yang banyak digunakan rumah sakit, bukan berarti pameran tersebut tidak cocok untuk dikunjungi masyarakat awam. Sebab, pada ajang tersebut juga tersedia berbagai jenis alat kesehatan yang bisa dipakai masyarakat secara mandiri.

'Seperti, termometer, tensimeter, dan glukometer untuk mengukur kadar gula darah dan kadar lemak. Di tengah merebaknya penyakit degeneratif timbul pada usia lebih muda, alat-alat diagnosis tersebut sangat penting, sebagai bagian dari tindakan preventif," terang Robert.

Selain itu, masyarakat bisa memanfaatkan fasilitas pemeriksaan kesehatan gratis dan mengikuti seminar kesehatan edukatif untuk awam, yang diselenggarakan sejumlah peserta pameran.

Akreditasi RS

Pada kesempatan yang sama, Menteri Kesehatan (Menkes) Siti Fadilah Supari dalam sambutannya yang dibacakan Direktur Jenderal Pelayanan Medik Depkes dr Farid Husein mengungkapkan rumah sakit (RS) di Indonesia harus meningkatan mutu pelayanan terutama yang menyangkut keamanan pasien (patient safety).

"Dari segi kuantitas, pertumbuhan RS kita menggembirakan. Namun dari segi kualitas masih kurang. Terbukti, dari total 1.390 rumah sakit, baru 60%-nya yang terakreditasi. Belum semuanya melaksanakan patient safety," ujar Menkes dalam sambutan tersebut.

Sementara itu, menurut Ketua Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia dr Adib A Yahya, sejauh ini akreditasi memang belum menjadi kewajiban bagi RS. Namun, kewajiban akreditasi akan dicantumkan dalam Undang-Undang Rumah Sakit yang direncanakan terbit akhir tahun ini.

"RS yang belum diakreditasi sebagian ada di Jakarta, sebagian lagi di daerah. Mereka belum diakreditasi karena berbagai faktor, di antaranya karena belum siap," ujar Adib. (Nik/S-4)

eni@mediaindonesia.com         

Postingan populer dari blog ini

Awet Muda: Tubuh Bugar