MENGENAL LAPAROSKOPI ATAU "OPERASI LUBANG KUNCI"
Seiring perkembangan teknologi di bidang medis, penanganan maupun pengobatan saat ini semakin canggih. Salah satunya, teknik bedah yang disebut dengan laparoskopi. Teknik operasi yang dikenal juga dengan sebutan keyhole surgery atau operasi lubang kunci ini berkembang di Indonesia dalam 10 tahun terakhir.
Laparoskopi merupakan teknik bedah modern, yaitu operasi abdomen melalui irisan kecil, biasanya antara 0,5 hingga 1 sentimeter. Bandingkan dengan prosedur bedah tradisional yang memerlukan irisan yang lebih besar, yaitu tangan ahli bedah masuk ke dalam tubuh pasien.
Dokter Bedah Siloam Hospitals TB Simatupang dr Roys A Pangayoman SpB FinaCS menjelaskan dengan teknik laparoskopi, pasien akan dibius total. Setelah itu, dokter bedah akan membuat sayatan kecil sekitar 1 hingga 1,5 sentimeter di sekitar tali pusar. Melalui sayatan itu, ahli bedah akan memasukkan alat-alat berupa trocars dan teleskop, yaitu sebuah tabung kecil yang memiliki kamera dan lampu kecil pada ujungnya.
"Kamera atau teleskop kecil itu akan memperlihatkan kondisi di dalam rongga perut dan panggul pada sebuah monitor sehingga memudahkan dokter bedah untuk melakukan operasi. Pada saat bersamaan, perut akan diiisi oleh gas karbon dioksida agar lebih mengembung. Dengan demikian, rongga perut akan menjadi lebih luas sehingga dokter bedah dapat bekerja dengan lebih leluasa. Dengan teknik laparoskopi, dokter bedah dapat melihat organ dalaman perut dengan lebih jelas," terang dr Roys.
Secara sederhana, operasi dengan teknik laparoskopi seperti orang bermain gim dan kendali joystick. Dari lubang kecil di pusar tersebut, dokter bedah akan memasukkan tiga alat yang menjadi perpanjangan tangan operasi. Satu alat merupakan kamera mini yang akan memancarkan gambar kondisi di dalam rahim ke monitor. Dua lainnya berupa alat yang berfungsi sebagai pengiris, pemotong, penghancur, sekaligus pemegang misalnya usus buntu yang akan dikeluarkan.
Karena itu, tangan ahli bedah tidak menyentuh secara langsung organ dalam perut pasien. Dokter hanya memegang alat kendali dan melakukan tindakan operasi dengan melihat di layar monitor yang disiapkan semua ini membutuhkan skill tinggi agar operasi dengan alat-alat kecil ini dapat berlangsung lancar dan sukses.
Kegunaan
Teknik pembedahan laparoskopi saat ini sudah banyak dilakukan untuk menangani penyakit-penyakit di saluran pencernaan, misalnya cholecystectomy atau pengangkatan kantong empedu dan appendectomy atau pengangkatan usus buntu yang meradang.
Saat ini, teknik bedah laparoskopi juga dapat digunakan untuk beberapa kondisi lain, seperti untuk mengangkat kehamilan ektopik (kehamilan di luar rahim), Mengangkat fibroid (tumor jinak yang tumbuh di dalam rahin), memperbaiki hernia, serta mengangkat organ tubuh yang terkena kanker, seperti hati, usus, ginjal, ovarium, prostat atau kandung kemih.
"Operasi laparoskopi disebut juga minimal invasive, karena bagian tubuh dibuka dengan sedikit sayatan saja. Alhasil, kerusakan pada jaringan tubuh dan jumlah pendarahan pun dapat diminimalkan, pasien pun dapat pulih dengan lebih cepat."
Menurut dr Roys, selain mengobati, laparoskopi bisa digunakan untuk mendiagnosis penyakit. "Jadi, selain untuk terapi atau pengobatan, laparoskopi dapat dilakukan untuk mendiagnosis penyakit yang sulit dilihat dengan pencitraan seperti scan atau MRI," paparnya.
Keuntungan teknik laparoskopi, antara lain, kerusakan jaringan lebih sedikit, nyeri pasca-operasi lebih ringan, lama perawatan lebih singkat, risiko infeksi lebih kecil, sisi kosmetik lebih baik karena sayatan yang minimal, serta masa pemulihan yang lebih cepat.
Pemeriksaan awal
Meski risiko dari teknik operasi laparoskopi terbilang rendah, pemeriksaan awal kondisi pasien tetap sangat penting dilakukan. Hal ini dilakukan karena tak semua pasien dapat ditangani dengan melakukan teknik bedah ini.
Penting bagi dokter bedah yang akan melakukan laparoskopi harus mengetahui hasil laboratorium dan riwayat kesehatan pasien yang jelas sebagai dasar tindakan medis dan keakuratan diagnosis. Kesehatan pasien harus dalam kondisi baik pada saat laparoskopi dilaksanakan, di antaranya seperti tidak memiliki riwayat sakit jantung dan obesitas.
"Untuk pasien, kami akan melihat kondisinya. Untuk pasien-pasien yang memiliki penyakit jantung berat, pernapasan terganggu, atau kondisi lainnya yang berisiko untuk dilakukan bedah laparoskopi dan lebih aman menjalani bedah konvensional, akan dilakukan bedah dengan teknik konvensional," ujar dr Roys. (ACH)
Ada 2 tipe laparoskop, yaitu: 1.Sistem teleskop batang yang biasanya dihubungkan dengan kamera video (single chip atau three chip). 2. Laparoskop digital di mana change couple device ditempatkan pada ujung laparoskop.
Elemen kunci pada laparoskopi adalah penggunaan laparoskop.