NONTON KONSER GRATIS DAN DITAKUT-TAKUTI

Berprofesi sebagai paramedik selain harus sigap dalam bertindak, juga siap diterjunkan ke berbagai situasi dan kondisi. Simak suka-duka dua paramedik ini dalam menjalani tugas mereka.

Cita-cita sebagai paramedik tidak pernah dibayangkan Sumiyati ketika kecil, namun saat diharuskan magang di Pusat Layanan Ambulans 118, ia malah jatuh cinta dengan profesi tersebut. "Dibandingkan dengan bekerja sebagai perawat di Rumah Sakit, di sini lebih bervariasi dan penuh tantangan, lagipula ada kepuasan tersendiri bisa menolong orang lain," kata perempuan berusia 27 tahun ini. 

Lain lagi Suhadi, ia mengaku bahwa ini merupakan pekerjaan pertama yang ia lamar ketika merantau ke Jakarta. "Saya suka pekerjaan yang tidak penuh rutinitas," aku pria yang sudah mengabdi sebagai paramedik di Pusat Layanan Ambulans 118 selama 13 tahun ini.

Sumiyati mengaku sangat menyukai pekerjaannya ini terutama ketika sedang banyak kasus, baik itu menangani demo atau menjemput pasien biasa. "Ketika menangani pasien, rasa takut akan keselamatan jiwa sendiri hilang, meskipun daerah sekitar sedang ricuh," tutur perempuan lulusan D3 Keperawatan ini. 

Sedangkan Suhadi, sangat mensyukuri profesinya. Selain kaya pengalaman berjaga saat demo, ancaman bom, atau saat konser musik, ia juga mengaku bisa jalan-jalan ke berbagai kota berkat tugasnya, kini Suhadi memang sering ditugaskan memberikan training di luar kota, baik itu untuk perawat dan masyarakat umum. Saat ditugaskan ke Aceh, Suhadi mengaku sangat sedih menyaksikan para korban bencana Tsunami di sana. Selama dua minggu bertugas di Aceh, pria berusia 36 tahun ini mengaku tidak terlalu sulit beradaptasi meskipun harus beristirahat 2 jam saja sehari atau makan seadanya.

"Suatu sore salah satu oknum Gerakan Aceh Merdeka (GAM) menakut-nakuti pasien kami di Rumah Sakit, mereka berteria-teriak bahwa ada air bah yang datang, padahal itu bohong belaka," cerita bapak satu anak ini menyesali adanya pihak yang tega berbuat begitu. 

Pada dasarnya, semua paramedik diharapkan pandai mengemudikan ambulans, "Lebih enak jadi kru saja, kalau jadi pilot (supir ambulans) mau tak mau jadi stres juga, takut terlambat sampai ke tempat tujuan,"jelas pria asal Ngawi, Jawa Timur ini. Untungnya sekarang pos jaga ambulans terus ditambah hingga mencakup seluruh pelosok JABODETABEK dan daerah lainnya.

Akan tetapi, keluhan yang datang memang tidak bisa dihindari. Misalnya akibat keterlambatan ataupun kehilangan nyawa pasien. Kalau sudah begini Sumiyati dan Suhadi akan berusaha meminta maaf terlebih dahulu, juga menerangkan bahwa apa yang mereka lakukan sudah sesuai dengan prosedur dan pihak keluarga diminta untuk pasrah dan berdoa bila kematian tidak dapat dihindari.  

Ada lagi kendala yang dihadapi Sumiyati, ia mengaku sebagai wanita terkadang menemui kesulitan bila melakukan dinas 12 jam sehari. "Di saat dinas terkadang sulit menemukan kamar mandi atau harus tidur di ambulans," kata perempuan yang sudah mengabdi di 118 selama 7 tahun ini.

Meskipun demikian, kedua paramedik ini mengaku sangat mencintai profesi mereka saat ini. Apalagi keduanya mendapat dukungan penuh dari keluarga mereka. Ok, selamat bertugas!

Silvia Devina 

Postingan populer dari blog ini

Awet Muda: Tubuh Bugar