WASPADAI KEBUTAAN AKIBAT KATARAK
Saat ini 1,2% dari 200 juta penduduk Indonesia mengalami kebutaan. Dari jumlah tersebut, 70% disebabkan katarak. Bahkan, jumlah kasus kebutaan di Indonesia tertinggi dibanding negara Asia lainnya seperti India (0,7%), Bangladesh (1%) dan Thailand (0,3%). Bagaimana menyikapi penyakit pada indera vital ini dan langkah pencegahan apa yang perlu dilakukan?
Selain katarak, penyebab utama kebutaan adalah glaukoma, kelainan refraksi dan penyakit lain yang berhubungan proses penuaan. Sebagian besar penyebab kebutaan karena katarak yang jumlah penderitanya tiap tahun mencapai 210.000 orang, sekitar 80.000 orang katarak di antaranya berhasil disembuhkan melalui operasi.
Dengan demikian terjadi penumpukan jumlah penderita katarak yang belum disembuhkan, karena setiap tahun terdapat 130.000 penderita yang tidak bisa operasi, akibat jauh dari pusat pelayanan kesehatan mata dan tidak memiliki biaya untuk operasi mata katarak.
Katarak adalah kekeruhan pada lensa mata yang mengakibatkan penglihatan menjadi kabur. Pada mata sehat, lensa yang jernih berfungsi meneruskan sinar/cahaya ke dalam mata, sehingga mata dapat memfokuskan objek dari jarak yang berbeda-beda.
Sebaliknya pada penderita katarak, lensa mata yang keruh menyebabkan jalannya sinar berkurang atau terhambat, sehingga lensa tak dapat fokuskan sinar yang masuk.
Katarak disebabkan oleh penambahan cairan lensa atau hidrasi, denaturasi protein lensa, dan proses penuaan (degeneratif). Meskipun tidak jarang ditemui pada orang muda, bahkan pada bayi yang baru lahir sebagai cacat bawaan, infeksi virus (rubela).
Pada masa pertumbuhan janin, genetik, gangguan pertumbuhan, penyakit mata, cedera pada lensa mata, peregangan pada retina mata dan pemaparan berlebihan dari sinar ultraviolet.
Kerusakan oksidatif oleh radikal bebas, diabetes mellitus, rokok, alkohol, dan obat-obatan steroid, serta glaukoma (tekanan bola mata yang tinggi), juga diyakini dapat meningkatkan risiko terjadinya katarak.
Munculnya penyakit ini ditandai dengan penglihatan kabur, daya penglihatan berkurang secara progresif, adanya selaput tipis yang menghalangi pandangan, sangat silau jika berada di bawah cahaya yang terang, namun mata tidak sakit dan tidak berwarna merah.
Pada perkembangan selanjutnya penglihatan semakin memburuk, pupil akan tampak berwarna putih, sehingga refleks cahaya pada mata menjadi negatif. Penderita juga dapat merasa silau pada siang hari atau jika terkena sinar lampu mobil. Namun, penglihatan pada malam hari yang lebih baik.
Selain itu, pada gejala awal terdapat perbaikan penglihatan dekat tanpa memakai kaca mata atau second sight. Bila dibiarkan, katarak dapat menyebabkan komplikasi seperti glaukoma dan kebutaan.
Hal itu disebabkan lensa keruh menghalangi pemeriksaan bagian dalam mata yang lain, seperti perubahan pada keadaan retina atau kerusakan saraf mata yang meneruskan perintah dari mata ke otak.
Data yang dilansir Gloria Cyber Ministries menyebutkan penyakit katarak di Indonesia terjadi pada usia lebih muda, yakni 45 tahun. Sedangkan negara maju seperti AS, Inggris, dan Jepang, kasus katarak terjadi pada usia 60 tahun. Sementara data WHO mencatat, ada 50 juta kebutaan di dunia, dan terbanyak menyerang penduduk di negara miskin.
Bisa sembuh
Katarak dapat disembuhkan, terlebih dengan semakin majunya teknologi kedokteran. Upaya pengobatan katarak yang paling efektif adalah dengan pembedahan. Lensa mata yang telah keruh diangkat dan diganti dengan lensa buatan (keratoplasti) yang ditanam (intra occular lens).
Dengan teknologi terbaru yang menggunakan gelombang suara berfrekuensi tinggi (phacoelmusification), maka luka yang dibuat/sayatan untuk mengambil lensa yang keruh menjadi lebih kecil selain itu, penderita katarak dapat juga mengenakan kaca mata khusus yang telah diatur ketebalannya (kacamata aphakia).
Katarak dapat dicegah, dengan menjaga kadar gula darah selalu normal pada penderita diabetes mellitus, senantiasa menjaga kesehatan mata dengan mengonsumsi makanan yang dapat melindungi kelainan degeneratif pada mata dan antioksidan.
Seperti buah-buahan banyak yang mengandung vitamin C, minyak sayuran, sayuran hijau, kacang-kacangan, kecambah, buncis, telur, hati dan susu yang merupakan makanan dengan kandungan vitamin E, selenium, dan tembaga tinggi.
Vitamin C dan E dapat memperjelas penglihatan. Vitamin C dan E merupakan antioksidan yang dapat meminimalisasi kerusakan oksidatif pada mata, sebagai salah satu penyebab katarak.
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 3.000 orang dewasa selama lima tahun menunjukkan orang dewasa yang mengonsumsi multivitamin atau suplemen lain yang mengandung vitamin C dan E selama lebih dari 10 tahun, ternyata risiko terkena katarak 60% lebih kecil.
Seseorang dengan konsentrasi plasma darah yang tinggi oleh dua atau tiga jenis antioksidan (vit C, vit E, dan karotenoid) memiliki risiko terserang katarak lebih rendah dibandingkan orang yang konsentrasi salah satu atau lebih antioksidannya lebih rendah. (algooth.putranto@bisnis.co.id)