Merawat Gigi Susu, Merawat Cita-Cita
Masa kanak-kanak adalah waktu yang subur untuk menyemai cita-cita. Rasa ingin tahu anak-anak tinggi. Jiwa mereka terbuka untuk menerima hal baru. Antusiasme untuk melakukan berbagai aktivitasnya pun amat besar. Di sinilah mereka menempa diri untuk menyiapkan masa depan.
Tema BKGN sengaja mengedepankan pentingnya kesehatan gigi dan mulut untuk masa depan yang cerah. "Tema tahun ini dipilih untuk mengingatkan kembali peran penting orangtua untuk membantu mewujudkan cita-cita anak mereka yang bisa dimulai dari merawat gigi susu," ujar Professional Relationship Manager Oral Care PT Unilever Indonesia drg Ratu Afifah GCClindent MDSc.
Menurut AFDOKGI Prof Dr. drg. H Eky S Soeria Soemantri SpOrt(K) secara anatomi, gigi susu lebih rentan terhadap risiko terjadinya gigi berlubang yang jika dibiarkan dapat menyebabkan rasa sakit, abses, dan tanggal sebelum waktunya. "Bila ini terjadi, tulang rahang tidak dapat tumbuh secara maksimal, sehingga ketika gigi permanen tumbuh, tidak terdapat ruang yang cukup dan mengakibatkan gigi tumbuh berjejal," jelas Soeria. Selain itu, masalah pada gigi susu berakibat pada gangguan fungsi pengunyahan dan kesulitan pelafalan huruf dalam berbicara.
Kepercayaan diri berperan penting dalam membentuk karakter anak dan kemampuan anak untuk bersosialisasi dengan lingkungan. Ketua Umum PB PDGI drg. Zaura Rini Anggraeni MDS mengatakan, jika tampilan gigi buruk, anak dapat merasa rendah diri. Beberapa cita-cita pun dapat terhambat mengingat beberapa profesi seperti pilot, model, tentara, astronot, pramugari, atau pembawa berita menuntut penampilan dan kesehatan gigi yang baik.
Lebih lanjut Rini menambahkan penjelasan tentang pentingnya merawat gigi susu anak, anak tertinggal dalam pelajaran, memengaruhi konsentrasi. Saat belajar, dan jika dibiarkan dapat mempengaruhi keberhasilan akademiknya."
Aktivitas bermain pun akan berkurang karena rasa sakit yang dialami. Padahal, bermain juga merupakan cara anak untuk belajar. Dengan bermain, anak mengembangkan rasa ingin tahunya, mengamati, serta mengeksplorasi sekitarnya. Rangsangan yang dilakukan dalam suasana bermain akan merangsang pembentukan cabang-cabang sel otak dan melipatgandakan jumlah hubungan antarsel otak sehingga sirkuit otak akan menjadi lebih canggih dan kuat. Kecerdasan anak pun semakin tinggi dan bervariasi.
Pentingnya teladan
Ki Hajar Dewantara pernah mengatakan "Ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani." Artinya, yang di depan memberi contoh, di tengah memberi semangat, di belakang memberi dorongan. Semboyan ini antara lain menyiratkan bahwa seseorang butuh sosok untuk diteladani. Bagi anak-anak, orangtualah contoh paling dekat.
Setiap orangtua menginginkan anaknya memiliki masa depan yang sukses, tak terkecuali Nirina Zubir, artis dan ibu yang memiliki dua anak balita. "Di usia anak saya saat ini, Zivara Ruciragati (3 tahun) dan Jadyn Anvaya (1 tahun) gigi susunya mulai muncul. Saya dan suami sering penasaran memperhatikan gigi mereka. Terus terang ada kekhawatiran gigi yang tumbuh tidak teratur dan giginya mudah tanggal. Hal itu kelak berpengaruh pada penampilan mereka, apalagi dengan pengalaman buruk dengan kesehatan gigi di masa kecil. Oleh karena itu, meski belum ada masalah saya sudah membawa anak-anak saya ke dokter gigi dan membantu mereka menyikat gigi sebelum tidur malam."
Keluarga berperan penting dalam membentuk kebiasaan menyikat gigi dengan benar di waktu yang tepat. Sayangnya, hasil survei memperlihatkan data bahwa sekirar 46 persen responden di Jakarta menyikat giginya hanya sekali sehari dengan frekuensi terbannyak dilakukan di pagi hari saat mandi. Didapatkan pula bahwa frekuensi rata-rata ibu menyikat gigi 1,5 kali sehari dan anak-anak hanya 1,3 kali dengan waktu rata-rata kurang dari 2 menit.
Di Indonesia, 79 persen orangtua dan 85 persen anak tidak menyikat gigi di malam hari sebelum tidur. Frekuensi anak tidak menyikat gigi di malam hari juga lebih tinggi daripada orangtua. Sementara itu, sekitar 50 persen anak menyikat gigi selama satu menit atau kurang.
Cara menjaga kesehatan gigi paling dasar, yaitu menyikat gigi dengan gerakan memutar vertikal dari arah gusi ke gigi minimal dua kali sehari setelah sarapan dan malam hari sebelum tidur pun belum diterapkan dengan baik, menurut laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, hanya 7,2 persen penduduk Indonesia yang menyikat gigi setiap hari di waktu yang tepat.
Akibat kebiasaan menyikat gigi yang salah, kesehatan gigi dan mulut pun terganggu. Kondisi kesehatan gigi dan mulut anak-anak Indonesia masih terbilang rendah. Sekitar 80 persen anak-anak di bawah usia 12 tahun mengalami karies atau gigi berlubang. Untuk memperbaiki kondisi ini, upaya yang dapat dilakukan antara lain mengadakan pendidikan kesehatan gigi dan mulut di sekolah termasuk memberi pengetahuan tentang cara dan waktu menyikat gigi yang benar.
Saat ini, telah lebih dari delapan juta anak di 12.500 sekolah pada 65 kota di seluruh Indonesia mendapatkan edukasi tentang kesehatan gigi dan mulut dan sekitar 10.000 orang di 21 kota telah menjadi kader kegiatan sosial yang dilakukan oleh Pepsodent. Dengan penambahan jumlah kota yang dikunjungi dari rangkaian kegiatan sosial Pepsodent yang dilakukan bekerja sama dengan PDGI, AFDOKGI, dan pihak lainnya, akan semakin banyak masyarakat yang teredukasi. Semakin banyak pula masyarakat yang memiiliki kondisi gigi dan mulut yang sehat.
"Kapan terakhir kali berkunjung ke dokter gigi? Mari manfaatkan kesempatan di Bulan Kesehatan Gigi Nasional ini untuk melakukan pemeriksaan dan perawatan gigi, ajak seluruh anggota keluarga," ujar Mirah penuh semangat.
Setiap anak Indonesia berhak memiliki senyum sehat, dimulai dari kondisi gigi susu yang bebas masalah. Karena dengan berbekal senyum itu, mereka akan mewujudkan cita-cita. (IKLAN/NOV)