PEMBESARAN PROSTAT TIDAK TERKAIT AKTIVITAS SEKSUAL

ANGKA kejadian (prevalensi) kasus pembesaran prostat jinak (benign prostatic hyperplasia/BPH) di Indonesia sekitar 20% terjadi pada pria berusia 41-50 tahun. Prevalensi itu meningkat hingga 50% pada pria 51-60 tahun dan bertambah lagi hingga 90% pada pria di atas 80 tahun.

"Bertambahnya usia memang menjadi faktor risiko terkena BPH, seperti halnya pengaruh usia yang menyebabkan rambut memutih," ujar Gideon, dokter spesialis urologi dari RS IMC Bintaro, Tangerang, pada seminar tentang kesehatan kaum lanjut usia di RS tersebut, pekan lalu.

Menurut Gideon, penyebab BPH hingga saat ini belum sepenuhnya dipahami. "Ada pengaruh hormonal. Adapun anggapan di masyarakat bahwa BPH disebabkan aktivitas seksual yang kurang atau sebaliknya hanya mitos," tegasnya.

Ia menjelaskan pertumbuhan dan perkembangan kelenjar prostat dipengaruhi oleh hormon testosteron dan hasil metabolismenya, dehidrotestosteron, selain itu, faktor keturunan juga berperan.

"Seseorang yang ayahnya menderita BPH mungkin juga akan mengalami BPH," kata Gideon.

Yang terpenting, lanjut Gideon, seseorang harus segera memeriksakan diri ke dokter bila mengalami gejala BPH. Gejala itu antara lain sulit atau tidak lancar saat buang air kecil, juga merasa proses berkemih tidak tuntas. "Dengan segera memeriksakan diri, pengobatannya dapat diberikan lebih dini dan dapat menghindari komplikasi yang mungkin terjadi," pungkasnya. (Bay/H-3)     

Postingan populer dari blog ini

Awet Muda: Tubuh Bugar