Salah Kaprah Soal Kuman dalam Rongga Mulut
Bu, jika Anda berpikir bahwa kuman dan bakteri di rongga mulut selalu menimbulkan penyakit, itu salah kaprah. Ada beberapa jenis kuman dan bakteri yang bersemayam di rongga mulut, sejak kita lahir. Kuman-bakteri ini bersifat baik. Lantas, dari mana datangnya kuman bakteri yang memicu masalah kesehatan gigi, mulut, hingga tenggorok?
Pekan ini, kami bertemu Ketua Divisi Laring Faring Departemen THT Fakultas kedokteran Universitas Indonesia/RSCM Jakarta, dr. Syahrial M. Hutauruk, SpTHT-KL(K). Syahrial menyebut, dalam rongga mulut manusia banyak kuman yang disebut flora normal. Mereka tidak menyebabkan penyakit. Mereka ada untuk mencegah infeksi dari luar. Kuman penyebab penyakit tidak ada di dalam rongga mulut, melainkan datang dari luar.
"Beberapa kuman yang masuk ke dalam rongga mulut dan membawa penyakit antara lain Streptococcus, Beta-hemolitico, Haemophilus influenzae, serta Bacteroides species. Mereka yang menyebabkan penyakit radang tenggorok," ulas Syahrial dalam workshop "Sore Throat Will Not Slow Me Down" bersama Betadine di Jakarta. Karenanya, Anda patut mengingatkan suami serta anak-anak untuk menjaga kebersihan gigi dan rongga mulut.
Dimulai dengan langkah sederhana seperti menyikat gigi dua kali sehari dilanjutkan dengan berkumur dengan obat kumur (bila perlu) gigi dan rongga mulut yang tidak terjaga rawan infeksi. infeksi diawali fase akut. Beberapa infeksi akut menjelma kronis. Perubahan dari akut menjadi kronis dipicu banyak faktor. Salah satunya, eksistensi kuman.
"Streptococcus misalnya, sebagian besar menjadi kronis jika hanya ditangani dengan obat-obatan standar atau tidak ditangani dengan pengobatan komprehensif dengan pengawasan langsung dari dokter. Misalnya, pasien membeli dan mengonsumsi antibiotik sendiri dengan jumlah maupun jenis yang tidak sesuai rekomendasi dokter," Syahrial menukas.
Atau, antibiotik yang diberikan dokter tidak dihabiskan. Kemungkinan lainnya, pasien tinggal di lingkungan yang kurang bersih sehigga mudah tertular penyakit dari orang lain. "Saya perkirakan dari 100 persen kasus, 25 persen yang menjadi kronis. Sisanya, sembuh dengan sempurna," sambungnya. Jika Anda mengalami infeksi tenggorok kronis, Anda butuh penanganan khusus. Jika tidak, fase kronis akan menjalar menjadi komplikasi.
Radang di tenggorok, misalnya, menyebabkan pilek serta penyumbatan pada hidung. Yang terjadi kemudian, menutup saluran sinus. Tertutupnya saluran sinus memicu terjadinya sinusitis dan infeksi bisa merambah ke area telinga. Mengingat, tenggorok, hidung, dan telinga satu area. Pengobatan pada fase akut harus ditangani dengan baik dan benar agar tidak menjadi kronis. Ada kalanya, Anda membutuhkan pemeriksaan penunjang apabila hasil diagnosis sebelumnya masih membingungkan. Atau, jika radang tenggorok yang Anda idap sudah diobati namun tidak kunjung sembuh.
Beberapa pemeriksaan yang ditempuh di antaranya:
1. Pemeriksaan darah perifer lengkap (DPL) untuk melihat ada tidaknya peningkatan leukosit. Jika ada, golongan leukosit apa saja yang meningkat? Ini membantu tim medis menentukan jenis pengobatan yang lengkap untuk pasien.
2. Pemeriksaan swab tenggorok, dilanjutkan ke pemeriksaan kultur dan resistansi. Kalau sudah diberi antibiotik standar namun belum juga sembuh, tunggu 3-5 hari. lalu, kontrol ke dokter. Apabila hasil kontrol masih memperlihatkan tanda infeksi, jalanilah dua pemeriksaan di atas. Dokter akan memberikan antibiotik second line (generasi kedua).
3. Pemeriksaan swab tenggorok dan pemeriksaan resistansi antibiotik. Kemudian, dokter akan memberi antibiotik definitif sesuai kuman yang bersemayam di tenggorok Anda.
4. Pemeriksaan radiologi. Ini dilakukan apabila dokter menduga ada pembesaran amandel di belakang hidung yang tidak terlihat, tapi bisa diambil gambarnya lewat teknologi foto sinus paranasal untuk penanganan lebih cermat.
5. Pemeriksaan ASTO (anti streptolisin O). Pemeriksaan ini diperlukan pada kasus pengobatan antibiotik tidak kunjung sembuh atau kasus krisis kambuhan secara periodik.