Deteksi Dini Masih Kerap Diabaikan

JAKARTA, KOMPAS - Tingginya jumlah penderita kanker di Indonesia belum diimbangi dengan kesadaran masyarakat untuk mencegah timbulnya penyakit sedini mungkin. Pasien kanker cenderung berobat saat sel kanker sudah menyebar atau pada stadium lanjut sehingga lebih sulit diatasi

Menurut Ketua Dewan Pembina Yayasan Kanker Indonesia Karlinah Umar seusai acara "Yayasan Kanker Indonesia Cancer Walk 2016", Minggu (28/2), di Jakarta, masyarakat belum menyadari kanker stadium awal masih mungkin disembuhkan. "Kuncinya pencegahan kanker sebelum terlambat," ucapnya.

Riset yang dilakukan International Union Against Cancer memperkirakan, kanker menyebabkan 10 juta kematian per tahun pada 2020 dan mayoritas terjadi di negara berkembang. Itu karena pola makan dan gaya hidup kurang sehat. Di Indonesia, pembiayaan terapi kanker dalam Jaminan Kesehatan Nasional jadi kedua terbanyak setelah penanganan jantung dan gagal ginjal (Kompas, 27 Februari 2016). 

Ketua Bidang Pendidikan dan Penyuluhan Yayasan Kanker Indonesia Yurni Satria menambahkan, kesadaran warga terhadap pencegahan kanker rendah. Itu karena tak tahu bahaya kanker ataupun takut menemui dokter. "Sekitar 70 persen dari pasien datang ke rumah sakit saat kanker stadium lanjut," ungkapnya. 

Bisa dicegah

Pada kesempatan sama, Sekretaris Umum Yayasan Kanker Indonesia Lukiarti Rukmini mengatakan, kanker bisa dicegah dengan rutin menjaga kebugaran tubuh. Olahraga bersifat aerobik ataupun anaerobik dapat mengurangi risiko terkena kanker. "Usahakan minimal tiga kali seminggu berolahraga," ujarnya. 

Selain itu, kanker bisa dicegah dengan memperhatikan pola makan. Makanan yang mengandung banyak lemak, zat pewarna, atau zat pengawet akan meningkatkan risiko kanker. "Alkohol dan rokok juga menjadi pemicu utama munculnya kanker," katanya. 

Maka dari itu, Lukiarti menyarankan pasien yang dinyatakan terkena kanker stadium awal, lebih baik ditangani secara medis dibandingkan penanganan nonmedis. "Beranilah pergi ke dokter untuk deteksi dini kanker secara profesional," katanya.

Sejumlah warga di Jakarta mengaku rajin beraktivitas fisik untuk menjaga kebugaran. Yuda (23), misalnya, rutin olahraga lari untuk menekan risiko kena kanker tiap pagi. "Badan jadi bugar, pikiran lebih jernih," ucapnya. 

Rani (35) juga mengaku rutin berolahraga dan memeriksakan kesehatan sekali dalam setahun. "Biar kita tahu ada risiko kanker di dalam tubuh atau tidak. Jika ada, bisa dideteksi sedini mungkin," tuturnya. (Co8) 

Postingan populer dari blog ini

Awet Muda: Tubuh Bugar