Antisipasi Serangan Henti Jantung Mendadak


AMERICAN Heart Association, lembaga nirlaba yang fokus pada masalah jantung menyebutkan penyakit henti jantung mendadak (sudden cardiac arrest) penyebab kematian nonor dua setelah kanker. 

Henti jantung mendadak tidaklah sama dengan serangan jantung, tetapi lebih pada masalah kelistrikan jantung, sedangkan serangan jantung ialah penyumbatan pada koroner jantung. 

Jantung memiliki 'Generator' utama sendiri yang terletak pada bagian kanan atas di belakang jantung. 'Generator' ini sudah bekerja ketika janin memasuki usia tiga bulan dalam kandungan. Oleh karena itu, jantung ialah organ pertama yang bekerja secara sempurna. 

Ketika perangkat utama ini berhenti, dalam hitungan detik, ribuan 'generator' cadangan jantung otomatis akan bekerja.

Yang berbahaya ialah apabila kedua 'generator' bekerja secara bersamaan. Bila hal ini terjadi akan menyebabkan kerja jantung sangat cepat sehingga tidak ada darah yang dialirkan dan tekanan darah akan drop. Hal inilah yang menjadi sebab henti jantung mendadak.

Pasien yang mengalami henti jantung mendadak harus segera ditangani. Bila  tidak ditangani, bisa menyebabkan kematian. 

"Pasien henti jantung mendadak hanya memiliki waktu 10 menit untuk ditangani. Waktu paling baik adalah empat menit pertama karena keberhasilannya mencapai 50%. Terlambat satu-dua menit saja akan menurunkan persentase keselamatan," ujar dokter spesialis jantung intervensi Cardiology Centre Siloam Hospitals,  Jeffrey Wirianta, pada acara peresmian Cardiology Centre di RS Siloam, di Jakarta, Kamis (26/2). 

Acara itu dihadiri oleh founder Lippo Group Mochtar Riady, Presiden Lippo Group Theo L Sambuaga, duta besar sejumlah negara sahabat, serta Management Siloam Hospitals Group.

Cardiology Centre akan mencakup dua lokasi pelayanan, yaitu di RS Jantung Diagram Depok (RSJD) dan Siloam Hospitals Simatupang (SHTB) Jakarta.

Ciri-ciri

Ia mengatakan ciri-ciri pasien yang terkena henti jantung mendadak ialah pingsan, napas terhenti dan kealpaan denyut nadi. 

"Contoh yang terkena henti jantung mendadak adalah atlet yang lagi bermain, tiba-tiba tidak sadarkan diri," ucap lulusan kardiologi Universitas Indonesia ini. 

Sekitar 80% penyebab dari henti jantung mendadak ialah penyakit jantung koroner, 10% hingga 15% disebabkan oleh cardiomyopathy (sakit pada otot jantung sehingga jantung tidak mampu memompa darah), dan 5% hingga 10% disebabkan oleh sakit jantung genetik.

Walaupun penyebab umum henti jantung mendadak berasal dari jantung koroner, sebenarnya kedua hal ini tidak sama.

"Penderita jantung koroner bisa tiba-tiba ter-switch menjadi henti jantung mendadak bila kelistrikan jantung terganggu," ucap Jeffrey.

Tahap pertama untuk menolong pasien henti jantung mendadak ialah dengan melakukan alat kejut jantung atau CPR. Ia menyayangkan di Indonesia belum banyak tersedia alat kejut jantung. Padahal, ini ialah alat yang sangat penting untuk penyelamatan  pasien henti jantung mendadak.

"Yang survive dari sudden cardiac arrest ini masih sedikit di Indonesia. Masalah utamanya adalah ketidaktersediaan alat pertolongan. Sebenarnya, masyarakat kita banyak membutuhkan, tapi persentase pasien yang menerima alat ini sangat kecil karena harganya sangat mahal," tutupnya. (Rahma Mesi Shabrina/H-1)

Postingan populer dari blog ini

Awet Muda: Tubuh Bugar