Obesitas Ganggu Efek Protektif Estrogen

HORMON estrogen dikenal sebagai hormon pelindung kaum perempuan. Berbagai penelitian membuktikan hormon tersebut melindungi kaum hawa dari penyakit-penyakit berbahaya seperti penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskular).

Namun, efek protektif itu bisa hilang meski perempuan belum memasuki masa menopause, masa ketika kadar estrogen turun drastis. Kehilangan efek protektif itu bisa disebabkan obesitas.

"Hormon wanita yang merupakan pelindung bagi wanita  pramenopause dari gangguan penyakit jantung dan pembuluh darah tidak akan bisa berfungsi melindungi bila wanita tersebut menderita obesitas," jelas dokter spesialis penyakit dalam dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-RS Cipto Mangunkusumo, Dyah Purnamasari, dalam diskusi kesehatan di Jakarta, baru-baru ini. 

Akibatnya, meski masih dalam rentang usia reproduksi, perempuan yang obes bisa berisiko sama dengan laki-laki untuk mengalami penyakit jantung, diabetes, hipertensi, dan dislipidemia.

Dyah menambahkan, obesitas pada perempuan ditandai antara lain lingkar perut yang lebih dari 80 sentimeter. Risiko menderita penyakit kardiovaskular semakin berlipat bila perempuan obes juga menderita sindrom metabolik.

Gejala sindrom metabolik yakni tekanan darah 130/85 mmHg, kadar trigliserida lebih dari 150 mg/dl, kolesterol HDL, kurang dari 50 mg/dl, dan gula darah puasa lebih dari 100 mg/dl.

"Jika seseorang mengidap paling tidak tiga dari gejala-gejala tersebut, ia berpotensi terkena penyakit kardiovaskular dalam beberapa tahun ke depan," jelasnya.

Diabetes

Terkait dengan diabetes, gejala penyakit tersebut pada perempuan pada dasarnya sama dengan pada laki-laki. Yang umum yakni sering lapar, haus, dan buang air kecil.  

"Namun, salah satu gejala yang bisa dialami wanita dan bisa dicurigai ke arah diabetes ialah keputihan berulang," tambah Diah. 

Perempuan yang mengidap diabetes harus berhati-hati agar tidak terjangkit infeksi, seperti infeksi saluran kemih. Menjaga kebersihan daerah intim merupakan salah satu hal yang  penting dilakukan. Terlebih bila perempuan diabetes tengah hamil. Pada fase kehamilan infeksi saluran kemih dapat mengakibatkan kontraksi perut sebelum jadwal melahirkan.

Diabetes pada perempuan juga berkaitan erat dengan osteoporosis atau pengeroposan tulang. Hal itu terutama pada diabetes tipe 1 atau diabetes yang terjadi karena produksi insulin minim atau tidak ada sama sekali.

"Itu  karena insulin memiliki efek anabolik atau membangun, termasuk dalam proses pembentukan tulang," tegas Diah.

Pada diabetes tipe 2 yang lebh  dipengaruhi gangguan kerja pada insulin, risiko osteoporosis tidak sebesar pada tipe 1. Namun, bila tidak terkontol, ditandai dengan kadar gula darah yang selalu tinggi, diabetes tipe 2 dalam jangka lama akan menimbulkan gangguan metabolisme tulang. Akibatnya risiko osteoporosis juga meningkat. 

"Gangguan metabolisme tulang itu bisa diperbaiki dengan mengontrol kadar gula darah," tandas Diah. (*/H-3)

Catatan: 

Halangi estrogen. Obesitas bisa menghalangi fungsi hormon estrogen dalam mencegah penyakit jantung dan pembuluh darah pada perempuan.

   

Postingan populer dari blog ini

Awet Muda: Tubuh Bugar