Cegah Masalah Ginjal si Kecil

Tahukah Anda 12,2 persen anak Indonesia mengalami obesitas? Obesitas merupakan salah satu faktor risiko penyakit ginjal. Gaya hidup tak sehat yang melanda anak-anak perlu diperhatikan. 

Menurut 6th Annual Report of Indonesian Renal Registry 2013, bahwa 54 persen pasien HD di Indonesia tahun 2013 memiliki distribusi usia produktif di bawah 55 tahun. Data pada tahun 2014, menunjukkan peningkatan menjadi 56 persen.

Itulah sebabnya  Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri) mengajak seluruh lapisan masyarakat para orangtua, petugas kesehatan, pemerintah, dan para pembuat kebijakan untuk sekali lagi menyatukan langkah guna meningkatkan kesadaran dan mengatasi penyakit ginjal pada anak.

Salah satu langkah yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan pengetahuan kepada masyarakat mengenai risiko penyakit ginjal sebagai akibat dari gaya hidup saat usia muda untuk menciptakan generasi penerus bangsa yang lebih sehat.

Kecenderungan semakin mudanya usia penderita penyakit ginjal saat ini disebabkan masih kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat akan pentingnya membiasakan pola hidup sehat dan deteksi dini penyakit ginjal pada anak. Seperti yang diungkapkan oleh Ketua Pernefri, dr. Dharmeizar, Sp.PD, KGH," Prevalensi penyakit ginjal kronik (PGK) di Indonesia hampir sama dengan negara-negara ASEAN. Namun oleh karena jumlah penduduk di Indonesia 250 juta orang, maka jumlah pasien dengan PGK menjadi besar."

Menurutnya, beberapa kondisi dihubungkan sebagai penyebab dari PGK, yang terpenting ialah darah tinggi dan diabetes melitus (DM). Sehingga sangat penting untuk mengobati dan kontrol secara teratur bila seorang pasien mempunyai tekanan darah tinggi dan atau DM. Dengan mengontrol kedua keadaan itu, maka PGK dapat dicegah atau dikurangi.

Lebih lanjut dr. Dharmeizar, Sp.PD, KGH mengatakan, "Para orang tua juga harus mempunyai pengetahuan yang baik mengenai deteksi dini penyakit ginjal dan membiasakan anak-anak mereka untuk melakukan berbagai aktivitas fisik sehingga kesehatan anak-anak tetap terjaga dengan baik."

DR. dr. Sudung O Pardede Sp.A(K), staf pengajar Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM menyatakan bahwa banyak sekali orangtua yang salah kaprah dengan kondisi kesehatan anak mereka, yaitu menilai sehat atau tidaknya anak tergantung dari gemuk atau tidaknya badan anak tersebut.

"Mereka beranggapan bahwa anak dengan badan yang gemuk menandakan bila anak tersebut sehat padahal kelebihan berat badan anak yang tidak terkontrol dapat menyebabkan obesitas dan saat mereka dewasa hal ini akan meningkatkan potensi mengidap berbagai penyakit termasuk penyakit ginjal," ujar dr. Sudung kepada Media Kawasan.

Menurutnya, bayi terlahir dengan jumlah nefron atau unit penyaring ginjal seperti orang dewasa pada umumnya, hanya saja belum sempurna, seiring pertumbuhannya organ ini akan matang dengan sendirinya.

Kendati belum sempurna, tetap berfungsi sebagai pengatur cairan tubuh dan pembuangan zat-zat sisa. Perlu diingat, ginjal bayi pada beberapa kondisi lebih sensitif dari orang dewasa. Misalnya, ginjal bayi tidak dapat menyimpan air sebanyak orang dewasa sehingga cukup sensitif terhadap kehilangan air seperti dalam kasus diare atau demam.

Begitu juga kapasitasnya dalam memekatkan urin belum matang. Juga sensitif pada asupan garam yang berlebihan.

Menginjak usia 2 tahun, barulah ginjal seorang anak berada dalam kondisi matang dengan fungsi dan kemampuan yang sama dengan ginjal orang dewasa. Begitu pula dengan kandung kemihnya yang terus tumbuh. Usia 2-3 tahun, anak-anak masih dalam tahap pertumbuhan bagaimana mengontrol pengosongan kandungan kemihnya, juga sudah paham norma sosial, itulah sebabnya anak-anak tak pikir panjang buang air kecil sembarangan, belum merasa perlu ke toilet.

Perlu diketahui ginjal memiliki peranan penting dalam sistem metabolik tubuh manusia. Selain menjadi organ penyaring racun dan zat-zat sisa dalam darah, ginjal juga berfungsi menjaga keseimbangan volume dan komposisi cairan tubuh, mengatur keseimbangan asam-basa, konsentrasi elektrolit, pengaturan tekanan darah dan memproduksi vitamin D aktif yang membantu mempertahankan tulang yang sehat.

Ginjal juga berperan dalam keseimbangan sirkulasi darah dalam tubuh, yaitu dengan mengatur tekanan darah, memproduksi sel darah merah. Setiap hari, ginjal menyaring 180 liter darah. Ginjal menerima 100-120 ml darah per menit di mana jumlah ini sangat besar dibandingkan dengan ukurannya yang kecil. Hal tersebut menunjukkan bahwa setiap harinya ginjal menyaring darah sebanyak 50 kali dalam sehari.

Penyakit ginjal kronik yaitu terjadinya penurunan fungsi ginjal secara perlahan-lahan dengan rentang waktu lebih dari 3 bulan karena adanya kerusakan ginjal yang disebabkan oleh abnormalitas struktural atau fungsional, dengan atau tanpa Laju Filtrasi Glomerulus (LFG). Selain itu, LFG kurang dari 60 ml/menit selama lebih dari 3 bulan, dengan atau tanpa terjadinya kerusakan ginjal.

PGK umumnya merupakan silent disease pada tahap awal, yang berarti sebagian besar orang tidak mengalami gejala kronis pada stadium ringan sampai sedang akibatnya, penderita PGK sering tidak menyadari kondisi mereka. Namun pada stadium akhir memerlukan pengganti ginjal di antaranya: hemodialisis, peritoneal dialisis, dan transplantasi ginjal. Fungsi ginjal pada penderita PGK tidak pernah kembali normal dan berakhir dengan transplantasi ginjal.

Seiring dengan berkembangnya PGK menjadi lebih parah, yang dikenal juga sebagai gagal ginjal, berbagai gejala awal dapat muncul, seperti mudah lelah, sesak napas, mual, menurunnya konsentrasi dan nafsu makan, gangguan tidur, kram otot, pembengkakan pada kaki dan tumit, kulit menjadi lebih gelap, peningkatan atau frekuensi berkemih, perasaan gatal hingga mati rasa.

Penyebab umum dari PGK adalah diabetes, hipertensi, glomerulonefritis kronik, penyakit ginjal polikistik, obstruksi-infeksi dan penyebab lain yang tidak dapat diketahui. Sementara itu, prevalensi PGK terus meningkat di seluruh dunia. Penyebab utama kegagalan fungsi ginjal ini adalah hipertensi dan diabetes dimana kedua penyebab ini sangat berkaitan dengan pola makan dan gaya hidup.

Selain itu, PGK dapat memicu penyakit kardiovaskular di mana studi terbaru menunjukkan bahwa fungsi gangguan ginjal juga dapat menyebabkan penyakit jantung koroner, dan orang-orang dengan PGK memiliki risiko mengalami penyakit kardiovaskular seperti serangan jantung dan stroke serta kematian dini.    

Deteksi dini penting dilakukan untuk mencegah terjadinya PGK serta untuk memperlambat atau menghindari PGK tahap akhir melalui analisa darah atau urin, tes carik celup (mikroalbuminuria bagi penderita diabetes), periksa tekanan darah secara rutin.

Pengobatan untuk penyakit gagal ginjal dapat dilakukan dengan dialisis rutin seperti hemodialisis (HD) dan Peritoneal Dialisis (PD) sebagai pengganti fungsi ginjal untuk menyaring darah. Biasanya, mereka yang memerlukan dialisis memiliki fungsi ginjal yang sudah sangat menurun, sehingga perlu dilakukan terapi pengganti ginjal (renal replacement therapy, RRT) berupa hemodialisis, peritoneal dialisis, dan transplantasi ginjal. Dialisis bukan pengobatan, melainkan sebagai pengganti fungsi kedua ginjal bagi mereka yang sudah masuk dalam kategori PGK stadium 5.

Salah satu langkah yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan pengetahuan kepada masyarakat mengenai risiko penyakit ginjal sebagai akibat dari gaya hidup saat usia muda untuk menciptakan generasi penerus bangsa yang lebih sehat.

Gaya hidup tak sehat sejak dini, pintu masuk segala penyakit.     

     


Postingan populer dari blog ini

Awet Muda: Tubuh Bugar