Sembuhkan Penyakit Melalui Holistik
Usai main golf suatu sore setiap bulan lalu, tiba-tiba saja Erwin 55, merasa pinggangnya nyeri. Dia mengira pinggangnya keseleo, lalu pergi ke tukang pijat.
Setelah sebulan nyeri pinggangnya terasa lagi dan kali ini sangat sakit. Lalu dia melakukan check-up ke rumah sakit, dan ternyata ayah empat anak itu terserang kanker prostat.
Malam itu juga, tim dokter rumah sakit tersebut meminta Erwin untuk menjalani cystoscope. Sebagai seorang dokter di satu rumah sakit terkemuka di Ibu Kota, Erwin pun menyetujui saran tersebut.
Tapi apa lacur, setelah menjalani pengobatan terhadap prostat, ternyata tumornya itu ganas dan menyerang tubuhnya. Sejak itu Erwin tak dapat menggerakan kedua kakinya.
Tim dokter pun menganjurkan agar dia menjalani operasi tumor. Tapi sebagai dokter, Erwin tahu risikonya akan mengganggu fungsi hormon laki-lakinya (testosteron). Dia takut akan hal itu, dan tak mau dioperasi.
Dokter ahli alergi dan asma ini pun akhirnya pulang. Ketika mendengar ada pengobatan holistik di Purwakarta, Jawa Barat, Erwin beserta istrinya langsung mendatangi tempat itu.
Kebetulan ada keluarganya yang terserang kanker tulang dan divonis oleh dokter sulit disembuhkan, berobat ke holistik itu. Setelah tiga bulan berhasil disembuhkan.
Setelah menjalani pengobatan selama tiga minggu, Erwin pun bisa berjalan kembali dan penyakitnya berangsur hilang. Sebagai seorang dokter, semula Erwin merasa kurang yakin kalau dirinya dapat sembuh dan jalan kembali dalam waktu secepat itu.
Tapi setelah dia menjalani dan mengalami cara pengobatan holistik itu, Erwin pun yakin bahwa penyakitnya dapat disembuhkan, asal mengikuti saran dokternya.
Lain lagi kisah Siti Khadijah, 19. Setahun yang lalu, dia terjatuh dari pohon cery, dan kakinya menerjang akar. Saat itu dia pikir biasa saja, karena tidak ada yang memar. Namun tiga bulan lalu telapak kaki kanannya terasa nyeri hingga dia sulit melangkah.
Siti lalu ke rumah sakit, dan tim dokter langsung mengoperasinya karena ada darah beku yang menghitam di dalam telapak kakinya. Namun apa lacur, setelah dioperasi kakinya terus membengkak dan nyeri.
Tim dokter di rumah sakit pun memvonis bahwa Siti terinfeksi dan kakinya bisa diamputasi. Gadis berambut panjang ini pun ketakutan. Dia tak mau.
Atas petunjuk seseorang yang ditemuinya dalam kendaraan umum, Siti dianjurkan datang ke pengobatan holistik. Kini setelah sebulan berobat di sana, bengkak pada kakinya mengecil, dan nyerinya pun hilang.
Dokternya memperkirakan dia bisa sembuh dalam tiga bulan. "Saya lega dan bersyukur kaki saya masih utuh, tak jadi dipotong," ungkapnya.
Ilmu yang mandiri
Pengobatan holistik, kata dokter Husen Ahmad, Ph.D. adalah suatu disiplin ilmu yang mandiri. Ilmu ini merupakan gabungan dari berbagai macam sistem pengobatan - termasuk di dalamnya cara Barat dan sistem Timur - yang bisa dipertanggung jawabkan secara medis dan sains.
Cara kerjanya mengobati tubuh menyeluruh dengan mengembalikan keseimbangan kerja organ secara optimal. Melibatkan keseimbangan kerja fisik, mental, emosional, dan psychological, serta menonjolkan makanan/diet sebagai obat utama.
Husen Ahmad, 33, direktur Indonesian Holistic Medical Center yang terletak di Purwakarta, Jabar, menuturkan pengobatan di kliniknya berupaya untuk menghindari pemakaian obat produk farmasi, seperti pil, kapsul, dan lainnya.
"Kami menghindari obat-obat kimia, dan mengutamakan pengobatan dengan menekan tubuh itu sendiri," ujar laki-laki yang 18 tahun mempelajari ilmu kedokteran di 12 negara ini.
Dia mengatakan pengobatan holistik sudah lama dikenal di luar negeri, seperti di AS, Jerman, Inggris, Australia, dan India. "Bahkan holistik sudah disejajarkan dengan pengobatan medis," katanya. Di Indonesia, baru dia satu-satunya yang membuka pusat pengobatan holistik di Pasawahan, Purwakarta, Jawa Barat.
Makanan peran utama
Husen menyebutkan sistem pengobatan Barat berbeda dengan sistem pengobatan holistik. Sistem Barat lebih menekankan kepada penyakit dan gejala yang muncul ke permukaan.
Selain itu, sistem Barat memaksa gejala penyakit supaya tidak muncul ke permukaan dengan obat, mengontrol penyakit dan gejalanya dengan obat, dan obat sebagai pemeran utama.
Sistem pengobatan holistik, kata dokter lulusan Jerman ini, lebih menekankan kepada tubuh itu sendiri. Membantu tubuh meningkatkan daya tahan agar mampu melawan penyakit, mengontrol tubuh dengan pola hidup dan pola makanan sesuai dengan karakter tubuhnya. Makanan adalah pemeran utama, sementara obat hanya sebagai penunjang.
Setiap sistem hasil kreasi manusia termasuk obat, lanjut Husen, punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Dan perlu disadari setiap kreasi manusia itu tidak ada yang sempurna. Menurut dia, seorang dokter yang bijaksana adalah orang yang menyadari kekurangan dan keterbatasan sistem yang diyakininya.
Sistem konvensional (Barat) dengan didukung peralatan mutakhirnya, mampu mendiagnosa penyakit lebih cepat dan akurat. Tapi dalam menghadapi penyakit degeneratif, ujar Husen, sistem Barat ini hanya mampu melakukan pengontrolan gejala penyakitnya dengan obat, sedangkan sumber kerusakannya sering tidak terselesaikan. Misalnya penyakit jantung, hipertensi, diabetes melitus, rematik, dan lainnya.
Sistem holistik, tambahnya, berusaha mengobati penyakit dari akar permasalahannya, dengan memperhatikan karakter dan keseimbangan tubuh manusia secara menyeluruh. Sistem holistik meyakini bahwa kebanyakan penyakit yang muncul disebabkan oleh kesalahan pola hidup, pola makan, dan lingkungan setiap orang.
Kalau sumber kebanyakan penyakit berasal dari pola hidup, pola makan, katanya, maka langkah bijak yang pertama kali harus dilakukan oleh setiap dokter ialah mengkaji, memahami, serta berusaha memperbaiki kebiasaan pola hidup dan pola makan setiap pasiennya.
Tubuh adalah dokter yang terbaik, kata Husen. Sebab, tubuh selalu memberitahukan setiap dan sekecil apa pun kerusakan yang terjadi di dalamnya, sebelum dokter dengan peralatan canggihnya mampu mendeteksi.
"Dengan alasan itu, maka kami berusaha mendidik setiap pasien untuk berkomunikasi dengan tubuhnya masing-masing, berusaha memahami karakter tubuhnya. Kami membantu pasien melakukan perubahan pola hidup, dan pola makan yang sesuai dengan karaktker tubuhnya masing-masing, sebelum diberikan pengobatan inti sesuai dengan spesifikasi kompleksitas penyakitnya," ungkap ayah satu putri ini.
Gabungkan sistem
Cara dan pengobatan yang diberikan di Indonesian Holistic Medical Center dengan menggabungkan banyak sistem pengobatan, sesuai dengan kebutuhan setiap pasien. Ada sekitar 25 sistem pengobatan yang berusaha diterapkan.
Di antaranya body electronic therapy, homeopathy, naturopathy, juice therapy, magnet therapy, bajry diet fasting therapy, hipnotis, akupunktur, dan terapi ozon.
Untuk mendiagnosa suatu penyakit yang lebih akurat, Husen berusaha menggabungkan antara cara medis dan pengobatan Timur. Misalnya teknik iridologi, jau cuju, diagnosa detak jantung, fisik, tongue diagnose, magnetic scanner, body language, dan lainnya.
Jantung dan kanker
Husen menuturkan kliniknya pertama kali dibuka tahun 1994, ketika dia baru pulang ke Tanah Air. Namun karena sulit mencari tempat dan izin dari Depkes, akhirnya dia belajar lagi ke luar negeri. Dan baru 1997 dia membuka pusat pengobatan holistik di Purwakarta.
Kliniknya baru memiliki 20 kimar untuk menginap bagi pasien yang sakit parah. Menurut dia, dominan pasiennya adalah penderita jantung dan kanker yang sudah stadium lanjut, serta pihak rumah sakit sudah menyerah.
"Alhamdulillah, pasien yang berobat ke sini 90% berhasil disembuhkan. Asal mereka bisa bekerja sama dan mengikuti aturan yang kami buat."
Peraturannya itu a.l. ada pasien yang menjalani puasa sepanjang hari hanya dengan minum air putih saja. Lamanya puasa tergantung beratnya penyakit si pasien. Ada makanan pantangan, dan berolahraga sesuai dengan yang dijadwalkan oleh dokter.
Husen menuturkan bahwa sehat merupakan harta benda yang paling mahal. Untuk bisa sehat sepenuhnya tergantung pada diri si pemilik tubuh, bukan pada dokter dan obat. "Maka belajarlah berkomunikasi dengan tubuh Anda, supaya Anda bisa memperlakukan tubuh dengan lebih bijaksana.
Rahmayuli