Warsini Kini Mulai Bisa Tersenyum


PEREMPUAN paruh baya itu kini mulai bisa tersenyum. Matanya yang semula sembap karena terlalu banyak mengeluarkan air mata kini berbinar penuh harap. Kemajuan kesehatan yang dicapai empat anaknya, yakni Musaroh (28), Amin Muntoha (26), Antinah (24), dan Riyatin (20), sejak dua minggu terakhir memberinya secercah kegembiraan. 

IBU itu, Warsini, warga Desa Tunjung, Kecamatan Jatilawang, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Kisah hidup Warsini yang empat anaknya menderita lumpuh kaki sempat menghiasi media cetak dan elektronik. 

Penyakit tersebut muncul justru setelah anak-anak Warsini menginjak remaja. Istimewanya lagi, kelumpuhan itu menular dari satu anak ke anak yang lain, berurutan dari yang lebih tua ke yang lebih muda, dan hanya di lingkungan keluarga itu saja.

Akhirnya Musaroh (perempuan anak pertama), Amin Muntoha (laki-laki, anak kedua), Antinah (perempuan, anak ketiga), dan Riyatin (perempuan, bungsu) benar-benar tidak dapat berjalan. Mereka hanya mengesot (beringsut) di lantai jika ingin berpindah tempat. 

Musaroh sebenarnya pernah berkeluarga dengan satu anak, tetapi anaknya kini dibawa oleh suaminya. Amin Muntoha pernah bekerja di Jakarta. Riyatin juga pernah bekerja sebagai TKW di Singapura.

Ketika mereka mulai pulang ke rumah orangtua, dan berkumpul kembali pada tahun 2000, terjadilah musibah itu. Musaroh pertama kali mengalami panas dan kemudian kelumpuhan. Masing-masing berselang tiga bulan, ketiga adik Musaroh mulai pula terjangkiti penyakit yang melumpuhkan tersebut.

Hidup Warsini dan keluarganya carut-marut sejak saat itu. Semua harta benda habis untuk mengobati anak-anaknya. Meminjam uang ke bank pun dilakoni demi melihat anak-anaknya dapat berjalan kembali.

Apa daya, kemampuan Warsini terbatas. Selain karena tidak memiliki pekerjaan tetap, Warsini yang hanya kerja serabutan baik sebagai pembantu rumah tangga atau menerima pekerjaan apa pun demi mendapatkan uang untuk berobat dan menghidupi keluarga, juga harus menanggung hidup suaminya yang sudah mulai renta dan tidak berpenghasilan.

Keluarga Warsini tidak mempunyai tempat tinggal. Mereka menumpang di bekas rumah dinas mantri kesehatan hewan. Masyarakat sekitar bahkan menyebut "kandang babi" karena dipercaya bahwa dulunya tempat tinggal itu pernah digunakan sebagai kandang babi.

Keadaan Warsini, seperti yang diceritakan kepada Kompas, mulai berubah setelah kisah hidupnya dibaca dan dilihat orang melalui media massa. Kompas edisi Jawa Tengah sendiri menceritakan kisah Warsini dan anak-anaknya itu pada penerbitan pertengahan April lalu.

"Setelah ada tulisannya di Kompas, besoknya tamu berdatangan silih berganti. Hingga saat ini, masih ada tamu yang datang ke rumah. Ada yang menawarkan bantuan, ada yang langsung membawa bantuan uang dan beras beberapa zak. Saya berterima kasih sekali," kata Warsini kepada Kompas yang menemui Warsini untuk kesekian kalinya beberapa waktu lalu.

KEPALA Kepolisian Wilayah Banyumas dan Kepala Kepolisian Resor Banyumas serta perwakilan beberapa instansi pemerintah maupun swasta tergerak untuk meringankan beban keluarga tersebut. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Margono Soekardjo di Kota Purwokerto pun tergerak untuk membantu penderitaan empat anak Warsini dengan mengambil mereka dari rumah guna menjalani perawatan medis. Semuanya tanpa biaya karena Warsini dapat menunjukkan surat miskin, JPS Keluarga Miskin.

Dr. Hartanto, Direktur RSUD Margono, beberpa waktu lalu mengatakan, pihaknya bekerja sama dengan Askes akan menanggung pengobatan dan rawat inap empat anak Warsini. Mereka mendapat pengobatan saraf dan rehabilitasi medik secara gratis, demikian pula dengan obat yang harus dikonsumsi.

Bahkan, Hartanto dan RSUD Margono Soekardjo juga mengirimkan anak-anak itu ke RS Karyadi Semarang untuk menjalani pemeriksaan lebih mendalam. Pemeriksaan lebih dalam dan lebih lengkap itu diperlukan untuk mengetahui sumber utama penyebab kelumpuhan kaki pada Musaroh, Amin Muntoha, Antinah, dan Riyatin.

Dengan harap-harap cemas, Warsini menunjukkan empat anaknya saat ditemui Kompas akhir April 2005 lalu, di Ruang Mawar II RSUD Margono Soekarjo. Warsini tampak gembira melihat perkembangan yang dicapai oleh anak-anaknya. Mereka sudah dapat mulai berdiri dan berjalan setapak demi setapak dengan bantuan penopang tubuh.

Selama anak-anaknya dirawat di Ruang Mawar Nomor II, Warsini terus mendampingi mereka siang dan malam. Tak pernah lelah. Semangatnya untuk dapat melihat kesembuhan anak-anaknya telah memberinya kekuatan tidak terbatas untuk melakukan segala sesuatu yang berkaitan dengan anaknya. 

Warsini berharap, keempat anaknya segera sembuh agar dapat kembali merajut masa depan. Ia berharap dapat melihat Amin Muntoha dan adik-adiknya menikah. Warsini ingin menimbang cucu dari darah dagingnya sendiri.

Susan Rita Kumalasanti 

Postingan populer dari blog ini

Awet Muda: Tubuh Bugar