Lebih Jauh tentang Vitamin B

Selama ini popularitas vitamin B kalah jauh dibandingkan dengan "saudaranya", vitamin C atau E. Padahal,  vitamin ini penting untuk otak dan saraf. Waspadalah, jangan sampai kekurangan. Meksi yang dibutuhkan hanya sedikit, kekurangan vitamin B bisa menyebabkan kelelahan luar biasa, kesemutan, atau bahkan jadi pikun di usia relatif muda.

Beribu-ribu tahun silam manusia memiliki kebijaksanaan sendiri untuk mengonsumsi makanan dengan gizi berimbang. Tabib-tabib pada zaman Mesir kuno mengobati rabun mata dengan menganjurkan pasien-pasiennya mengasup makanan yang kaya akan vitamin A.

Istilah vitamin ketika itu belum dikenal sama sekali. Meski demikian Hippocrates, bapak dunia kedokteran yang hidup ribuan tahun silam, tahu bahwa makanan tertentu bisa mencegah penyakit tertentu.

Istilah vitamin ini baru mulai dikenal pada awal abad 20. Pada tahun 1905 William Fletcher, seorang ilmuwan Inggris, mengamati bahwa bila faktor khusus dihilangkan dalam makanan, akan muncul penyakit. 

Ketika itu Fletcher meneliti penyebab penyakit beri-beri. Ia menemukan bahwa mengonsumsi nasi dari beras yang ditumbuk bisa mencegah beri-beri, dibandingkan dengan beras yang disosoh sampai bersih. Fletcher percaya bahwa ada nutrisi khusus yang terdapat pada beras tumbuk itu. 

Tahun 1912 ilmuwan Polandia, Cashmir Funk, menamakan nutrisi khusus itu vitamin. Vita berarti hidup, sedangkan amine dari senyawa yang ditemukan dalam thiamine (vitamin B1) yang diisolasi dari beras tumbuk itu. Vitamine itu kemudian disingkat menjadi vitamin. Bersama ahli biokimia Inggris, Sir Frederick Gowland Hopkins, ia memformulasikan hipotesis bahwa kekurangan vitamin dapat membuat sakit.

Tanpa Tanda Jasa

Berbagai vitamin yang diperlukan tubuh itu sesungguhnya bisa diperoleh dari makanan seimbang sehari-hari. "Semua vitamin yang dibutuhkan tubuh sudah terpenuhi bila kita mengonsumsi menu seimbang dan variatif setiap hari. Kandungan gizi setiap bahan makanan itu berbeda-beda." papar Dr. Murjiah Dinarto, MS, dokter ahli gizi dari pusat Jakarta Boutique Clinique. 

Misalnya kacang-kacangan kaya akan gizi tertentu, tapi kurang mengandung gizi yang lain. Oleh karena itu, Dr Murjiah menyarankan agar kita jangan hanya makan satu jenis makanan, meski itu dikenal baik untuk kesehatan. Hendaknya kita makan dengan jenis yang bervariasi. 

Makanan bergizi seimbang, menurut buku Vitamin B, Vitamins Balancing Body and Mind, adalah menu yang terdiri dari karbohidrat, serat, lemak, protein, air, 13 vitamin, dan 20 mineral. Itu berarti menu tersebut terdiri dari berbagai jenis sayur-mayur, kacang-kacangan, nasi, dan  buah. Alkohol, protein hewani, makanan berlemak tinggi, makanan asin dan manis, minuman bersoda, dan makanan olahan dikonsumsi sesekali saja.  

Buku The Complete Idiot's Guide to Wellness menjuluki vitamin sebagai pahlawan yang berjasa untuk kesehatan tubuh kita. Sang pahlawan ini sangat rendah hati karena sepak terjangnya tidak kelihatan, namun manfaatnya bisa dirasakan.

Secara metabolis, vitamin punya banyak fungsi positif untuk tubuh kita. Di antaranya adalah sebagai prekusor atau perintis sintesis zat-zat penting lain dan sebagai koenzim, hormon, pengatur pertumbuhan, modulator antioksidan.

Vitamin B kompleks bersama dengan vitamin C termasuk keluarga vitamin yang larut di dalam air. Vitamin B kompleks ini terdiri dari tiamin (B1), riboflavin (B2), niasin (B3), piridoksin (B6), asam folik (B9), cianokobalamin (B12), asam pantotenik, dan biotin.

"Dari sekian jenis vitamin B ini, yang lazim dikenal masyarakat luas adalah vitamin B1, B2, B3, B6, dan B12," kata Dr. Murjiah. Sebagai vitamin yang larut dalam air, kelebihan vitamin ini akan dikeluarkan lewat air kencing.   

Keluarga vitamin B ini bermanfaat sebagai co-factor dalam metabolisme protein, asam lemak, dan karbohidrat, dan menjaga fungsi-fungsi tubuh. Vitamin B kompleks ini berperan penting dalam menjaga tubuh agar tetap sehat. Kekurangan vitamin ini, menurut buku Vitamin B, Vitamins Balancing Body and Mind, bisa menyebabkan sejumlah gangguan di kulit, darah, dan sistem saraf.

Makanan untuk Saraf

"Fungsi vitamin B dalam membantu metabolisme karbohidrat ini membuat vitamin B berperan dalam menjaga kesehatan saraf," kata Dr. Murjiah. Pasalnya, metabolisme karbohidrat itu diedarkan ke otak, saraf, dan otot. Jika kekurangan vitamin B, otomatis metabolisme karbohidrat akan terganggu dan ujungnya, otot, otak, dan saraf pun kekurangan energi.

"Otak itu hanya membutuhkan energi dari karbohidrat. Jika karbohidrat tidak dimetabolisir dengan baik, otak akan kekurangan energi. Kalau ingin produktivitas baik, sebelum kerja, sarapan terlebih dahulu untuk memberi makan otak karena  di pagi dan siang hari otak paling banyak dipakai," tuturnya. 

Energi hasil metabolisme itu diperlukan untuk aktivitas kita sehari-hari. "Sel-sel otot lurik yang kita pakai untuk beraktivitas jadi lebih cepat terganggu karena kekurangan vitamin B. Gara-gara itu ada satu siklus karbohidrat yang tidak terpenuhi untuk menyuplai energi. Bila itu terjadi terus-menerus lama kelamaan akan menimbulkan keluhan. Keluhan bisa berupa kelemahan otot, pegal-pegal, dan kaku terutama di bagian kaki, kesemutan, sampai gangguan transmisi sel saraf," ujarnya.

Menurut Dr. Andreas Harry, Sp.S(K), konsultan neurologi dari Prevento Andreaux International Clinic, vitamin B adalah vitamin yang penting untuk kesehatan sistem saraf. Buku Vitamins & Mineral Handbook juga menegaskan peran B12 untuk kesehatan saraf. Vitamin B 12 penting untuk mendaur ulang enzim-enzim kunci dalam tubuh yang bermanfaat menjaga kesehatan sel-sel saraf.

Saraf-saraf itu, kata Dr. Andreas, dikelilingi oleh selubung lemak yang terdiri dari protein kompleks yang disebut myelin. Vitamin B12 berperan penting dalam metabolisme asam lemak esensial yang memelihara kesehatan myelin. Sementara itu, kekurangan vitamin B12 yang berkepanjangan dapat menyebabkan degenerasi dan kerusakan saraf yang tak dapat kembali normal.

Dalam hal kesehatan fungsi saraf, vitamin  B1 diperlukan untuk sintesis acetylcholine, yaitu neurotransmitter yang mempengaruhi beberapa fungsi otak, termasuk fungsi memori. "Ketika saraf diserang oleh virus, vitamin B1 diperlukan untuk regenerasi myelin yang dirusak virus. Dalam hal ini B1 membantu vitamin B12," ujar Dr. Andreas.

Vitamin B1 atau tiamin diperlukan untuk metabolisme karbohidrat, alkohol, dan produksi energi. Vitamin ini adalah koenzim penting dalam produksi energi, yaitu sebagai bagian dari sistem koenzim yang memungkinkan metabolisme karbohidrat.

"Vitamin B1 diperlukan dalam metabolisme mengubah glukosa menjadi energi tubuh. Karena vitamin B1 penting untuk produksi glukosa, diabetesi biasanya menderita kekurangan vitamin B1. Seperti diketahui, tubuh diabetesi tidak menggunakan glukosa secara normal. Oleh karena itu, diabetesi sebaiknya menambah asupan vitamin B1 untuk mengatur penggunaan glukosa dalam tubuhnya," ujarnya.

Keluarga vitamin B lain yang bermanfaat untuk kesehatan saraf adalah vitamin B6. Menurut situs Medical College of Wisconsin, vitamin B6 diperlukan untuk sintesis neurotransmitter seperti serotonin dan dopamine. Neurotransmitter ini diperlukan untuk komunikasi sel saraf yang normal.

Di samping menjaga kesehatan saraf, vitamin B6 diperlukan tubuh dalam metabolisme protein untuk membuat atau memperbaiki otot dan jaringan lain, juga dalam memproduksi enzim-enzim. Fungsi lain vitamin ini yang dicatat dalam buku Vitamins & Minerals Handbook, untuk pembentukan sel-sel antibodi yang dapat memerangi infeksi. Vitamin B6 juga membantu pembentukan haemoglobin, pigmen darah merah yang membawa oksigen.

Pikun di Usia Muda

"Dengan menu gizi seimbang yang bervariasi setiap hari, sulit rasanya menderita  kekurangan vitamin B kompleks. Sebab, kebutuhan kita akan vitamin B ini hanya sedikit," kata Dr Murjiah.  

Kebutuhan vitamin B1 untuk pria adalah sebesar 0,9 mg/hari, sedangkan untuk wanita sebesar 0,8 mg/hari. Vitamin B6 yang diperlukan tubuh setiap hari adalah 1,4 mg untuk pria dan 1,2 mg untuk wanita. "Sedikit sekali 'kan, kebutuhan akan vitamin B ini," katanya.

Kekurangan  vitamin B1 dikenal akan menyebabkan penyakit beri-beri. Penyakit ini terhitung jarang di negara-negara maju  karena asupan gizi bukan masalah lagi di sana. Namun, gaya hidup tak sehat seperti sering stres, orang yang sangat sibuk dan aktif dan orang berusia di atas 55 tahun perlu memperhatikan asupan vitamin B1. Kekurangan vitamin ini dapat memicu timbulnya kelelahan, depresi, ingatan yang buruk, pusing dan kesemutan.

Sama halnya dengan vitamin B1, kasus kekurangan vitamin B6 juga jarang dijumpai pada masyarakat yang gizinya baik. Namun, kaum lanjut usia, vegetarian, orang yang banyak makan protein tinggi dan mengonsumsi alkohol, seyogianya memperhatikan asupan vitamin ini.

Kekurangan vitamin ini menurut buku Vitamins & Minerals Handbook dapat menyebabkan stres, sindroma pra menstruasi, kurang berenergi, kulit kering, anemia, bibir kering, lidah bengkak, sensasi terbakar di kulit, kelopak mata bengkak, suasana hati yang buruk. 

Vitamin B12 tidak ditemukan pada tanaman. Sumber vitamin ini bisa ditemukan di hati, daging bebek, telur, ikan cod, daging sapi. Oleh karenanya, para vegetarian harus memperhatikan asupan vitamin ini agar tidak kekurangan. Berita baiknya, vitamin ini bisa ditemukan pada tempe.

Para ibu hamil dan menyusui bersama dengan para lanjut usia juga harus memperhatikan asupan vitamin B12. Tanda-tanda kekurangan vitamin ini adalah kelelahan, kondisi kesehatan rambut yang buruk, eksim, dermatitis, lidah luka, kehilangan memori, kurang konsentrasi, anemia, menderita ketegangan atau kekhawatiran, dan otot terasa lembek atau sakit.

''Hati-hati kekurangan vitamin B12 karena alih-alih bisa menyebabkan demensia atau kepikunan. Tak hanya di usia lanjut, orang muda juga bisa pikun kalau kekurangan vitamin B12," kata Dr. Andreas.

Hubungan antara vitamin B12 dan kepikunan ini sudah pernah diteliti dan dipublikasikan di International Journal of Geriatric Psychiatry pada tahun 2000. Penelitian itu dilakukan di Avon and Western Wilshire Mental Health Care NHS Trust, Southmead Hospital, Bristol, Inggris.

Penelitian itu membenarkan hubungan yang kuat antara kekurangan vitamin B1 dan kepikunan. Penelitian ini meneliti penggunaan vitamin B12 untuk mengobati kepikunan dan memperbaiki fungsi kognitif pada 123 pasien dengan kepikunan atau kerusakan kognitif dan rendah kadar B12 dalam darahnya.

Vitamin B12 terbukti tidak dapat menyembuhkan kepikunan, tapi mampu menghentikan pemburukan kondisi kepikunan. Pasien dengan kerusakan kognitif dan tidak menderita kepikunan dapat memperbaiki kerusakan itu.

Vitamin B12 harus dipertimbangkan untuk diberikan kepada pasien kepikunan, kata laporan penelitian itu, karena vitamin ini dapat menghentikan keparahan kepikunan. Sayangnya, belum ada banyak riset yang meneliti penggunaan vitamin B12 untuk pengobatan kepikunan. @Diyah Triarsari             

Postingan populer dari blog ini

Awet Muda: Tubuh Bugar