Patah Hati Bukan Akhir Dunia


Ketika hubungan asmara berakhir atau cinta tak berbalas, hati pun remuk redam. Saat itulah, kiamat seolah dekat. Padahal, patah hati bukan akhir dari segalanya. Banyak kok cara untuk menyembuhkannya.

Apa pun penyebabnya, patah hati selalu menyisakan kesedihan yang mendalam.

Menurut Ivan Sujana, M. Psi., staf pengajar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, saat patah hati, perasaan sedih dan marah pasti ada. Begitu pula rasa kehilangan yang ujung-ujungnya adalah perasaan kosong dan disconnected inilah yang lebih menyiksa.

"Perasaan pada saat patah hati itu kompleks bukan hanya marah, tapi ada rasa keterpisahan atau disconnected. Karena itu, seseorang yang patah hati membutuhkan connetion, bisa dengan siapa pun dan apa pun, tidak harus dengan pasangan baru" tutur Ivan kepada Media Kawasan.

"Jika patahnya karena diputuskan atau ditolak, yang lebih sakit sebenarnya justru yang memutus dibanding yang diputus, sebab ada emosi-emosi yang dialami oleh pihak pemutus yang sebenarnya bisa lebih berat," ujar Ivan.  

Sementara itu, Anna Dauhan M.Psi., psikolog dari Daya Dimensi Indonesia, mengingatkan bahwa yang harus diwaspadai dari patah hati adalah bila intensitas kesedihan menjadi terlalu ekstrem hingga jatuh pada depresi, yang ditandai dengan sedih berkepanjangan, mood yang turun terus, hingga perasaan putus asa.

"Kondisi nelangsa ini biasanya terjadi pada 1-2 hari pertama. Tapi kalau ternyata berlangsung terus menerus, maka Anda mesti waspada," papar Anna kepada Media Kawasan. 

Dalam urusan patah hati, perbedaan gender ternyata memengaruhi reaksi dalam menyikapi.

"Perempuan umumnya lebih terbuka dalam bercerita, lebih ekspresif, misalnya dengan menangis. Sebaliknya, laki-laki lebih banyak menyimpan amarah dalam diam. Atau, justru marah-marah," ungkap Anna. "Semakin marah, ia menunjukkan kehilangan yang semakin besar dan kesedihan yang mendalam."

Ada pula yang berusaha mengatasi rasa patah hati dengan cepat-cepat cari pacar baru. Hal ini sebenarnya tidak efektif membantu. Karena belum bisa move on, maka amarahnya akan dilampiaskan pada pasangan barunya yang tidak ada urusannya dengan hubungan sebelumnya.

Ivan memiliki pandangan serupa. Menurutnya, laki-laki lebih dominan marah saat patah hati. "Setelah marah, ada kecenderungan laki-laki untuk lanjut ke tingkah laku yang membahayakan diri, misalnya ngebut di jalan, merokok terus menerus, atau minum alkohol," ungkap Ivan.

Perbedaan lain patah hati pada perempuan dan laki-laki, lanjut Ivan, adalah laki-laki biasanya melakukan putus kontak, sementara perempuan masih stalking. Walaupun ada juga laki-laki yang tetap stalking dan gagal move on.

Kabar baiknya patah hati akan berlalu seiring bergulirnya waktu. Untuk itu, Anda biasanya akan melalui sejumlah tahap emosi.

Menurut pakar psikologi Elizabeth Kubler-Ross, ada lima tahapan yang umum dilalui seseorang saat kehilangan, yang dikemukakan oleh, yaitu penyangkalan (denial), marah (anger), tawar-menawar (bargaining), depresi (depression), dan penerimaan (acceptance).

Tahapan ini tidak hanya dialami oleh mereka yang patah hati, tapi semua orang yang mengalami jenis kehilangan yang besar. Namun, tidak semua bisa melewatinya dengan baik dan sampai ke tahap terakhir, yaitu tahap penerimaan. Selalu saja ada yang gagal karena berbagai sebab.

Misalnya, hubungan yang terjalin lama, sosok yang hilang sangat signifikan, semakin banyak ekspektasi,  dan semakin besar pengorbanan yang sudah dilakukan untuk membuat hubungan ini berjalan. Faktor-faktor inilah yang semakin menyulitkan individu untuk sampai pada tahap acceptance," papar Anna.

Anna menjelaskan bahwa tahapan-tahapan ini otomatis akan terjadi, hanya perlu waktu. Makin ditolak justru makin sulit dan makin lama mengatasinya. Biarkan diri untuk bersedih, apa pun caranya.

Penerimaan, menurut Anna, besar manfaatnya buat diri sendiri.

"Yang paling terasa adalah beban kita berkurang. Padahal sebelumnya, sedihnya tidak terbayangkan. Selain itu, penerimaan juga penting agar ketika memulai hubungan yang baru, kita tidak penuh dengan beban dari hubungan sebelumnya yang belum diselesaikan," kata Anna. 

"Tahap penerimaan atau acceptance baru terjadi ketika kita sudah bisa bercerita dan mengingat mantan pasangan tanpa disertai emosi. Kita juga tidak merasa perlu menghapus kontak dan jejaknya. Setelah semua tahapan ini terlewati dengan baik, mulailah membuka hati lagi," saran Ivan.

"Untuk memudahkan dalam menuntaskan lima tahapan ini, yang paling banyak menolong adalah self care kita. Kalau lagi sedih, idealnya beristirahat. Ada yang bekerja lebih keras," kata Anna.

"Untuk menyembuhkan patah hati, segala macam kegiatan yang positif dan menyenangkan bisa dilakukan, mulai dari hobi hingga pekerjaan, tapi sebisa mungkin lakukan dengan rileks," saran Anna. "Dukungan sosial dan hobi yang bisa jadi pelarian juga dapat membantu proses penyembuhan luka."

"Ambil waktu untuk mengeluarkan kesedihan, karena sedih tidak bisa hilang dengan sendirinya. Harus ada upaya dari diri sendiri untuk mengeluarkan beri tenggat waktu bagi diri untuk bersedih. Konseling bisa memberi alternatif lain untuk membantu mengeluarkan kesedihan itu," saran Anna lagi.   

Ketika patah hati, bawaan kita pasti ingin sendiri. Padahal, orang yang patah hati justru disarankan bertemu orang dan mengobrol. Kalau pun memilih untuk cari kesibukan, carilah kesibukan yang ada orangnya.

"Kalau patah hati lalu memilih sendirian di kamar, jadinya semakin nelangsa. Pikiran yang sudah negatif akan merembet ke hal negatif lain. Itu sebabnya, ia harus bertemu orang supaya teralihkan pikirannya, kata Ivan.

"Atau lakukan curhat, jangan ditahan. Kalau mau nangis, nangislah. Kalau mau marah, marahlah. Karena jika semakin ditahan, maka semakin akan meledak. Lepaskan amarah dengan cara yang baik tanpa menambah korban yang lain," saran Ivan.

Anna mengingatkan, waspadalah jika ada seseorang yang sedang patah hati tapi tampak lebih bahagia. Sangat mungkin itu adalah kamuflase.

"Orang yang paling banyak tertawa tipikalnya justru ke emosi sebaliknya. Ia berusaha menutup apa yang dirasakan. Artinya, kesedihan yang disimpan sangat besar. Untuk memastikan,  begitu dia berpikir tidak ada orang lain yang melihat, perhatikan ekspresi mukanya dan lihat matanya, apakah benar happy atau sedih?" kata Anna.

Menurut Anna, biasanya ketika tidak ada orang yang melihat, kondisi asli seseorang akan terlihat. Jika datar atau tampak tetap senang, maka dia benar-benar bahagia. Sebaliknya, kalau kelihatan sedih, capek atau penuh beban, hampir pasti bahagianya hanya kamuflase.

Seseorang yang patah hati sudah membutuhkan bantuan profesional ketika ia sudah sampai pada tahap halusinasi dan merasa tidak bisa bahagia lagi, bahkan ada pemikiran atau keinginan untuk bunuh diri.

Eits, patah hati juga ada manfaatnya, lho. Dalam berkarya, misalnya. Bagi pencinta seni, patah hati bisa dijadikan sarana untuk melampiaskan amarah.

"Tidak sedikit masterpiece yang lahir ketika sang seniman sedang patah hati. Baginya, marah menjadi bahan bakar yang melancarkan proses kreatif hingga melahirkan karya terbaik," ujar Anna.

"Dampak yang menarik dari patah hati adalah bagi yang suka berkesenian. Hasilnya akan luar biasa. Masterpiece itu umumnya dihasilkan dari kesedihan terdalam," Ivan menimpali.

Yang penting, jangan biarkan patah hati berujung trauma. Karena itu, Anda harus cukup sabar dan cukup berani menerima bahwa ini adalah bagian dari perjalanan menuju kedewasaan.

Untuk mencegah dampak buruk patah hati, Ivan mengingatkan agar saat masih berhubungan, jangan biarkan diri larut dalam pikiran bahwa "dunia milik berdua." Seluruh hidup terpusat pada pasangan, maka ketika putus, tidak ada lagi substitusinya.

"Jangan hanya terpusat pada pasangan, tapi main juga sama teman-teman. Mereka inilah yang bisa membantu saat kita patah hati. Ketika putus, kita tidak perlu mengomeli si mantan, tapi teman-temannya dengan sukarela akan menghakimi dia," ujar Ivan.

"Sejatinya, patah hati menjadi ajang belajar agar hubungan berikutnya bisa lebih baik. Dalam hal ini, dituntut kedewasaan seseorang dalam menerima apa pun yang sudah terjadi dalam perjalanan cintanya," kata Anna.

Pahami bahwa kegagalan bukan hanya kontribusi satu pihak, tapi keduanya, atau situasi yang tidak memungkinkan, sehingga kita bisa melihat dari perspektif yang lebih besar dari sekadar tidak berjodoh dengannya.

"Dengan begitu, tak ada trauma untuk memulai hubungan yang baru. Hal-hal menyakitkan seperti ini justru dapat membentuk kedewasaan seseorang secara emosi, kematangan berpikir, dan bersikap," pungkas Anna. MK                     

Postingan populer dari blog ini

Awet Muda: Tubuh Bugar