Bayi Meninggal Akibat Sakit Kuning

Pertanyaan Ibu Sutrisminingsih di Subang: Saya baru saja melahirkan bayi lelaki dalam usia kandungan 8 bulan. Beratnya 1,6 kg dan panjang 42 cm. Waktu lahir, ia menangis seperti bayi normal. Setelah 3 hari dirawat di RS, ia diperbolehkan pulang dan dinyatakan sehat. Bahkan, minum ASI-nya pun banyak. Di rumah, boksnya saya beri lampu agar selalu hangat dan selama seminggu minum ASI-nya banyak. Bahkan, malam hari sering bangun kalau pipis, berak dan minta minum. Nangisnya juga keras.

Hari berikutnya, kelihatan kuning sedikit di muka dan dadanya. Saya kemudian membawanya ke dokter spesialis anak. Waktu ditimbang, beratnya naik 2 ons. Kata dokter, bayi saya bisa dibilang sakit bisa dibilang "enggak," tapi ia menganjurkan agar membawanya ke RS. Kebetulan ia sendiri yang menangani di RS tersebut. Setelah diperiksa, kadar kekuningannya 15. Normalnya di bawah 10, begitu kata dokter.

Bayi saya disinar, matanya ditutup, dan diinfus 3 kali. Infus pertama berwarna kuning, yang kedua infus darah putih 1 labu (200 ml), dan ketiga infus warna bening. Di hari ke-2 infus darah putih, anak saya kelihatan gemuk. Tetapi, pukul 8 pagi hari ke-3, bayi saya meninggal. Dokter tak bisa memberikan penjelasan pasti kenapa dan apa yang menyebabkan kematian.

Jawaban dokter Waldi Nurhamzah SpA: Bayi ibu kecil, ya, waktu lahir. Ini adalah bayi kurang bulan, prematur kata dokter. Perawatan bayi prematur, apalagi yang beratnya hanya 1,6 kg sebetulnya penuh risiko. Risiko tersebut tampaknya mula-mula tidak terlalu besar sehingga bayi ibu hanya dirawat 3 hari di rumah sakit. Sayang, ibu tidak ceritakan berapa beratnya ketika pulang. Lumayan juga seminggu berada di rumah. Tampaknya semua berjalan baik, hanya kemudian ia menguning. Masuklah ia ke rumah sakit karena kadar kuningnya (biasanya ini dikenal sebagai kadar bilirubin) yang meningkat dan tampaknya perlu mendapat sinar (biru).

Kalau kita melihat bayi kuning, tampaklah bahwa penyebaran kuning itu ada aturannya. Kuning mula-mula akan terlihat di wajah, makin kuning (berarti makin tinggi kadar bilirubinnya, yakni zat yang membuat kulit menguning) makin luas penyebaran kuningnya. Kuning akan menyebar dari kepala, dada, lalu ke anggota badan. Jadi kuning di tangan lebih serius daripada hanya mendapatkannya di dahi dan hidung. Kuning sedikit/ringan dapat dirawat di rumah, kuning banyak/berat jangan ambil risiko.

Apa risiko bayi kuning berat? Kerusakan otak. Batas kuning yang aman bergantung  dari berat bayi itu. Makin kecil bayinya, makin rendah batas amannya. Artinya, bagi bayi normal, kadar bilirubin 18 (mg/dl) masih aman, tetapi tidak bagi bayi 1,5 kg. Lebih runyam lagi, selama perawatan di rumah sakit tampaknya ada cairan yang harus dimasukkan ke dalam tubuhnya, termasuk "darah putih." Mungkin bukan darah putih, ya, Bu, tetapi bagian darah yang berwarna bening. Sangat tidak lazim bayi transfusi darah merah 200 ml. Yang juga potensial menimbulkan kesalahan pemberian cairan. Cairan yang berlebih akan membuat bayi seakan terbenam dalam cairan dan bisa mengancam jiwanya, terlebih belum semua peralatan di tubuhnya (ginjal, misalnya) berjalan sempurna untuk menguasai ketimpangan-ketimpangan yang terjadi akibat penambahan cairan infus tersebut.

Cairan yang berlebih akan membuat pasien tampak gemuk, dan tentu saja berat badannya akan naik drastis selama dirawat beberapa hari. Ia bisa meninggal karenanya. Lebih sial lagi, semua dokter tahu kuman yang berbiak di rumah sakit lebih buas daripada kuman jalanan. Bayi  yang terpasang infus akan mudah mengalami infeksi berat selama perawatan di rumah sakit, terutama di tempat yang fasilitasnya sederhana. Barangkali inilah yang akhirnya membuat bayi ibu meninggal. Ia meninggal karena terinfeksi berat, sepsis istilah kedokterannya.

Sudah tentu hanya dokter yang merawat bayi itu yang bisa berhak cerita lebih banyak kenapa bayi ibu meninggal, daripada saya yang hanya mereka-reka dari jauh. Kan, saya bukan paranormal?

Terlepas dari apa yang membuat bayi kecil meninggal, kita juga harus akui bahwa perawatan bayi prematur di rumah sakit di negeri kita masih jauh dari memadai. Kalau bukan peralatan dan tenaga perawatan yang kurang, pengobatannya yang terbatas, atau kuman liarnya yang kebanyakan. Dan kalaupun bayi kecil lolos dari lobang jarum di rumah sakit, kita masih harus cermat mengawasi perkembangannya. Perawatan lama di rumah sakit mungkin menciptakan penyakit baru bagi sang bayi yang akan dibawa terus sepanjang hayat. Bisa kerusakan otak yang serius, gangguan perkembangan paru atau penglihatan, dan masih banyak lagi - termasuk gangguan tingkah laku. Jadi kalau, toh, ia pergi mendahului kita di negeri kita yang cantik ini, relakanlah. (N)       

Postingan populer dari blog ini

Awet Muda: Tubuh Bugar