Kukis untuk Kekebalan Tubuh


Pusat Riset Teknologi Tepat Guna Badan Riset dan Inovasi Nasional mengembangkan kukis berbahan dasar tanaman hanjeli dan kelor. Kukis ini diklaim bisa memperkuat daya tahan tubuh. 

Disiplin menjalankan protokol kesehatan dengan mencuci tangan dengan sabun, memakai masker, dan menjaga jarak menjadi keharusan untuk mencegah penularan Covid-19. Namun, perlindungan dari dalam tubuh dengan meningkatkan imunitas juga penting diperhatikan. 

Daya tahan tubuh ini dapat dijaga salah satunya dengan mengonsumsi makanan bergizi tinggi yang berasal dari sayur dan buah. Daya tahan tubuh ini tidak hanya diperlukan untuk mencegah penurunan Covid-19, tetapi juga berbagai penyakit lain.

Sayangnya, konsumsi sayur dan buah di Indonesia masih rendah. Dari data Riset Kesehatan Dasar tahun 2018, sebanyak 95,5 persen penduduk di Indonesia kurang mengonsumsi buah dan sayur. Jumlah ini semakin tinggi pada usia anak, yakni 96,9 persen pada usia 5-9 tahun dan 96,8  persen pada usia 10-14 tahun.  

Hal ini yang mendasari para peneliti dari Pusat Riset Teknologi Tepat Guna Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mulai mengembangkan produk pangan bergizi yang sekaligus dapat meningkatkan daya tahan tubuh. Berbagai jenis makanan pun diteliti. Hal itu terutama makanan yang mengandung zat yang dapat mencegah infeksi dari SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19.

"Kami berusaha mencari bahan dasar makanan yang menstimulasi sel T dan sel B pada tubuh agar menghasilkan antibodi. Akhirnya ditemukan bahwa tanaman kelor berpotensi meningkatkan sel T dan sel B  tersebut," kata Ashri Indriati, peneliti dari Pusat Riset Teknologi  Tepat Guna BRIN.

Imunomodulator merupakan zat yang dapat mengembalikan dan memperbaiki sistem imun tubuh yang terganggu. Zat ini memperbaiki sistem imun dengan cara menstimulasi atau menekan reaksi umum yang abnormal. 

Selain menyeimbangkan sistem imun, imunomodulator juga berfungsi meningkatkan dan menguatkan daya tahan tubuh. Sistem imun ini penting untuk melawan berbagai risiko penyakit, termasuk Covid-19.

Sebelum pandemi, para peneliti telah mengembangkan kukis yang terbuat dari tepung hanjeli (Coix lacima-Jobi L). Kukis ini dibuat untuk mengurangi konsumsi terigu yang masih diimpor. Selain itu, jali juga mengandung gizi yang tinggi.

Setelah pandemi, ketika kebutuhan pangan yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh meningkat para peneliti mulai mengembangkan kukis hanjeli dengan kandungan tambahan dari tanaman kelor.

Kelor merupakan salah satu tanaman yang berpotensi sebagai imunostimulan, yaitu senyawa yang dapat memodulasi sistem imun untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Selain itu, kelor (Moringa oleifera) juga memiliki kandungan karbohidrat tinggi yang dapat memenuhi syarat untuk dijadikan tepung. "Kelor ini tinggi akan kalsium serta magnesium, zink, dana zat besi," ucap Ashri.

Tanaman hanjeli pun memiliki kandungan gizi tinggi. Kandungan protein, lemak, dan vitamin B1 pada hanjeli jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman serealia lain. Selain itu, tanaman hanjeli juga memiliki beberapa keunggulan, yakni dapat tumbuh di daerah kering dengan kondisi tanah marjinal. Dengan begitu, budidaya tanaman ini menjadi lebih mudah.

Penyebaran tanaman hanjeli di Indonesia sebenarnya cukup merata, mulai dari Sumatera, Jawa, dan Kalimantan. Umumnya, hanjeli diolah menjadi bubur, dikukus, sup, makanan manis, dan minuman. Namun, saat ini hanjeli semakin terlupakan, bahkan mulai langka di pasaran. Ini juga yang membuat budidaya hanjeli tidak lagi banyak ditemui di masyarakat.

Praktis

Ashri mengungkapkan, produk kukis dipilih karena praktis untuk dikonsumsi setiap waktu. Kukis juga cocok untuk segala usia. Bahkan, kukis jadi makanan favorit sejumlah orang.    

Dari data Statistik Konsumsi Pangan di Indonesia, konsumsi kukis dalam rentang waktu 2014-2018 mengalami peningkatan. Proses produksinya juga mudah dan tidak memerlukan peralatan khusus.

Masa simpan yang cukup lama dan kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan energi yang baik menjadi kelebihan lain dari kukis. Karena itu, kukis hanjeli dan kelor ini diharapkan dapat membantu masyarakat memenuhi kebutuhan gizi, terutama pada anak-anak.

Pengembangan produk kukis hanjeli dan kelor juga tak rumit. Cara pengolahannya sama dengan pembuatan kukis pada umumnya. Hanjeli dan kelor yang sudah diolah menjadi tepung kemudian dicampur. Untuk sementara, tepung terigu masih digunakan untuk menghasilkan tekstur kukis yang diinginkan.

Setelah semua bahan tercampur, kukis dicetak kemudian dipanggang. Setelah itu, pendinginan dilakukan di suhu ruangn dan akhirnya siap dikonsumsi.

Setiap 100 gram kukis hanjeli dan kelor mengandung kalsium 3.327,74 miligram, serat pangan 9,01 persen dari berat kering produk, 64,35 miligram magnesium, 2,73 miligram zink, dan 3,87 miligram zat besi (Fe).

Penelitian ini sudah mendapatkan nomor paten P002020009704. Namun, pengembangan kini masih terus dilakukan, terutama untuk mengukur kadar efektivitas produk pangan ini sebagai imunomodulator.  

"Kami juga masih berupaya untuk menghilangkan rasa langu yang muncul karena campuran dari daun kelor. Mungkin bagi sebagian orang, rasa dari kelor ini cukup mengganggu," tutur Ashri.

Seluruh pengembangan ini diharapkan selesai pada akhir 2021. Dengan begitu, transfer teknologi juga lisensi sudah diberikan untuk industri yang akan mengembangkannya.

Produk ini dinilai memiliki daya jual yang tinggi karena dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan gizi dan meningkatkan daya tahan tubuh masyarakat. Saat ini, banyak warga yang memilih produk rendah gluten yang terkandung pada tepung terigu.

Secara terpisah, Kepala BRIN Laksamana Tri Handoko mengatakan pemerintah telah berkomitmen mendukung pengembangan riset dan inovasi di Indonesia, termasuk riset terkait penanganan Covid-19. Dukungan ini bukan hanya pada skala laboratorium riset, melainkan juga sampai pada proses hilirisasi di industri.

"Kita selama ini tidak memiliki atau tidak mampu memfasilitasi rumah riset yang bisa menjadi penengah antara rumah riset dari periset dan industri. Karena itu, belum pernah ada hasil riset terkait vaksin, obat, dan imunomodulator di Indonesia yang bisa sampai ke indutri," tuturnya.     

Deonisia Arlinta

Kukis dari Tepung Hanjeli dan Tepung Daun Kelor

- Bahan utama kukis: tepung hanjeli dan tepung kelor.  

- Proses pembuatan kukis: Pembuatan tepung hanjeli dan tepung daun kelor > Pencampuran semua bahan > Pencetakan > Pemanggangan > Pendinginan > kukis hanjeli kelor

- Kandungan kukis 100 gram: Sumber magnesium (Mg) 64,35 mg, Sumber seng (Zn) 2,73 mg, Sumber zat besi (Fe) 3,87 mg, Tinggi serat pangan 9,01% berat kering, Tinggi kalsium (ca) 3327,74 mg


Postingan populer dari blog ini

Awet Muda: Tubuh Bugar