Leukemia dan Retinablastoma Banyak Diderita Anak-Anak
SEJAUH mana Anda mampu mengenali kanker pada anak? Pertanyaan tersebut, meskipun terkesan sangat ringan, tetapi sesungguhnya bermakna besar. Selama ini, berdasarkan data ilmiah, hampir sekitar 70% gejala kanker pada anak terlambat diketahui oleh orangtua, dan biasanya dibawa ke dokter dalam keadaan akut. Padahal, kemampuan penanggulangan kanker dapat diperbesar probabilitasnya dengan deteksi dini.
Menurut dr Endang Windiastuti dari Divisi Hematologi Onkologi RSUPN Cipto Mangunkusumo, umumnya tipe kanker yang terjadi pada anak adalah leukemia (kanker darah) dan retinablastoma (kanker mata). Penyebabnya, lanjutnya, terkait dengan lingkungan, antara lain sinar radioaktif, faktor genetik, hingga pola makan.
"Namun, hingga kini belum ada penyebab utama," ujarnya. Lokasi terjadinya kanker pada anak, terangnya, juga sangat tersebar, yaitu di sumsum tulang belakang, perut, kelenjar, dan tulang mata.
Gejala awal pada anak yang menderita kanker umumnya akan merasakan demam berkepanjangan, nyeri tulang, pembesaran getah bening, dan penurunan nafsu makan.
Pada stadium lanjut, jelasnya, kanker pada mata akan ditemukan dengan simptom bola mata menonjol keluar. Sedangkan kanker pada rongga perut diperlihatkan dengan bentuk pembesaran perut yang keras disertai adanya benjolan. Sementara kanker otak, pada tingkat tinggi akan membuat anak menderita muntah dan gangguan koordinasi gerak sehingga sulit berjalan. Pada kanker tulang, tuturnya, ditandai dengan nyeri luar biasa dan pembengkakan persendian.
Dari semua jenis kanker yang banyak diderita anak, hanya leukemia dan kanker mata yang sudah bisa ditangani. Menurut dr Srie Enggar dari bagian anak Rumah Sakit Fatmawati, Jakarta, usia terbanyak yang menderita leukemia adalah anak berusia 3-5 tahun. prevalensi insiden kanker yang epidemik ini, lanjutnya, terjadi pada tiap 4 anak per 100 ribu anak yang berusia di bawah 15 tahun. "Anak lelaki berpeluang dua kali lipat lebih besar terkena kanker darah," ucapnya.
Lebih lanjut, Sri mengatakan bila tidak cermat, gejala kanker pada anak mirip dengan penyakit biasa seperti hepatitis atau kelainan tulang. Pemeriksaan yang dilakukan, menurutnya, harus saksama melalui anamnesa, yaitu meminta keterangan dari keluarga, dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik dan fungsi faal tubuh.
Metode pengobatan yang dapat dilakukan, lanjutnya, dengan kemoterapi, obat-obatan, operasi pengangkatan sel kanker, serta radioterapi untuk mereduksi besaran kanker. Pilihan strategi penyembuhan, tuturnya, sangat bergantung pada tahapan yang telah dilalui pasien.
Nutrisi
Pemberian gizi yang tepat sangat penting dalam meningkatkan daya tahan tubuh pada pasien kanker. Sebab problema pasien kanker adalah penurunan berat badan yang cukup drastis dan berkurangnya daya tahan tubuh.
Menurut ahli gizi RS Kanker Dharmais (RSKD) dr Ririn Hariani MS dukungan nutrisi bagi pasien kanker harus dimulai sejak sebelum pengobatan. "Berapa nilai nutrisinya memang harus diukur sesuai kebutuhan pasien itu. Kebutuhan nutrisi bagi pasien kanker tetap dilihat dari tinggi berat badan dan kondisi organ tubuhnya."
Ririn membenarkan, bahwa orang terkena kanker akibat kelebihan lemak dan protein. "Pasien kanker boleh makan apa saja asalkan disesuaikan dengan kondisi badannya."
Ia memberi contoh pasien kanker yang mengalami komplikasi pada ginjal harus mengonsumsi makanan rendah protein agar tidak merusak ginjal. Pasien kanker yang mengalami gangguan pada jantung maupun pembuluh darah vena sebaiknya mengurangi makanan berlemak.
"Oleh sebab itu, sangat dianjurkan agar pasien kanker makan makanan bervariasi. Banyak makan serat berupa sayuran hijau dan buah-buahan segar."
Kebutuhan lemak di dalam tubuh orang sehat sebanyak 20%-30% dari total kebutuhan kalori tubuh. "Tetapi bukan berarti pasien kanker tidak boleh mengonsumsi lemak. Ini pandangan keliru. Kebutuhan lemak tetap ada asalkan jumlahnya dikurangi. Minyak pun harus dikurangi."
Pada prinsipnya pasien kanker tetap harus mengonsumsi zat gizi yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan tubuhnya. "Dengan kebutuhan nutrisi yang lengkap ini bisa membantu menjaga daya tahan tubuh agar tidak mudah terinfeksi."
Ririn menambahkan, makanan yang mengandung zat pengawet dan pewarna sangat tidak dianjurkan. Diakuinya sayuran mentah bagus untuk nutrisi pasien kanker. Pasalnya, sayuran mentah masih memiliki kandungan gizi yang utuh. "Tetapi harus diingat pula bahwa sekarang ini sayuran mentah banyak mengandung pestisida, maka sebaiknya dicuci bersih."
Ia menilai sayuran yang dimasak pun cukup baik kandungan gizinya asalkan proses pemasakannya tidak terlalu lama.
Untuk menghindari penyakit kanker, Ririn mengingatkan pasien wajib menghindari makanan yang diasap, asin, dan dibakar.
Pemberian nutrisi pada pasien kanker memang tidak mudah, terlebih mereka yang menjalani kemoterapi.
Diakui Ririn, pasien yang habis menjalani kemoterapi memiliki problem dalam mengonsumsi makanan. Oleh sebab itu, dukungan nutrisi ini harus dilakukan dengan berbagai cara. (YD/Nda/V-1)