Mau Langgeng? Jangan Takut Bertengkar
Jika Anda berani berpasangan, apalagi menikah, tak usah takut bertengkar. Karena berkonflik bisa dikelola dengan baik dan benar, asal?
Kemesraan dan pertengkaran layaknya dua sisi mata uang. Karenanya, jika ingin tetap mesra dengan pasangan, jangan takut untuk bertengkar dengannya.
Bahkan, "Menghindari konflik dan memendam perasaan, dapat menyebabkan stres yang berkepanjangan," jelas Irma Gustiana A. M.Psi, psikolog dai Rumah Konsultasi Psikologi Irma and Co.
Tapi, bukankah pertengkaran juga merupakan bibit dari perpisahan bahkan perceraian?
Ya, jika pertengkaran tidak diselesaikan dan dibiarkan berlarut-larut.
Bahkan menurut Irma, sebenarnya yang namanya bertengkar itu konotasinya negatif. Oleh karena itu, dalam suatu hubungan lebih baik, jangan gunakan kata bertengkar, lebih baik gunakan kata berdiskusi, berargumen, atau berdebat.
"Kalau bertengkar itu kesannya menggunakan kata-kata yang kasar dan tidak enak untuk diterima. Sementara kalau berargumen itu kita menggunakan kata-kata yang lebih mudah diterima oleh pasangan kita. dengan kata lain, bertengkar dengan sehat," kata Irma.
Berargumen saat berdiskusi dalam hubungan suami istri cukup penting guna meningkatkan kualitas hubungan. Kedua belah pihak jadi bisa menyampaikan opini secara baik-baik tanpa ada hal yang ditutupi. Karena pada kenyataannya menutup-nutupi suatu hal kepada pasangan merupakan salah satu pemicu pertengkaran dalam rumah tangga dan menjadi indikasi ada yang salah dalam hubungan tersebut.
Adu argumen beberapa hari sekali adalah kunci untuk hubungan yang lebih erat dan tidak terpisahkan karena dapat menjaga komunikasi satu sama lain. Hal tersebut melatih kita untuk saling mendengarkan dan menghargai isi hati pasangan, sehingga ketika berkonflik kita tidak berasumsi atau hanya memikirkan diri sendiri.
Selain itu, adu argumen juga merupakan salah satu cara untuk menyalurkan emosi kita kepada pasangan. Di saat-saat seperti inilah kita akan jadi lebih mengenal pasangan. Kita menjadi tahu watak aslinya saat dia marah dan cara dia menyampaikan pendapat.
Jadi, bagi yang merasa suka adu argumen dengan pasangannya, jangan buru-buru berpikir kalau di antara kalian sudah tidak ada kecocokan satu sama lain. Karena walaupun terkesan negatif, adu argumen merupakan salah satu bentuk komunikasi dalam hubungan suami istri.
Tapi, uniknya banyak pasangan ketika sudah menikah, justru malah malas mengomunikasikan pendapat. Alasan mereka takut berkonflik. Padahal, konflik bukan untuk dihindari tapi untuk dihadapi, dan dikelola demi menghasilkan solusi terbaik.
Nah, mana cara mengelola konflik? Berikut beberapa tips yang diberikan oleh Irma.
Tetap tenang
Jangan terburu-buru berpikir negatif tentang pasangan dan kita harus tahu bahwa konflik adalah hal yang wajar. "Ketika berhadapan dengan masalah kita jangan langsung memutuskan untuk berpisah. Adalah hal wajar kalau kita berkonflik dengan pasangan. Kuncinya tetap tenang dan mengontrol emosi. Kalau kita tenang, kita tidak akan berpikir aneh-aneh terhadap pasangan."
Menjadi pendengar yang baik
Untuk meminimalisasi konflik, ada baiknya kita dan pasangan sama-sama menjadi pendengar yang baik. Konflik sering kali terjadi karena salah satu atau kedua belah pihak tidak saling mendengarkan keluh kesah maupun pendapat pasangannya. Berusaha mendengarkan dengan baik bukan berarti kita sekadar mendengarkan apa yang pasangan ucapkan saja. Melainkan kita menaruh seluruh atensi atau perhatian kita kepada pasangan ketika saling mengutarakan pendapat.
"Buka telinga dan pikiran kita untuk mendengar apa yang pasangan kita rasakan dan apa yang berusaha dia sampaikan. Biarkan dia mengeluarkan apa yang dia peudam sebelum kita menyampaikan pendapat kita."
Menjaga nada bicara
Ketika adu argumen terlanjur menjadi pertengkaran, usahakan kita tetap menjaga nada bicara kita. Sadar atau tidak, ketika terjadi perubahan emosi dalam diri kita terlebih saat marah - nada suara kita akan meninggi. Sebenarnya wajar saja jika nada suara kita meninggi saat marah, itu menunjukkan kita ingin lebih didengar. Tetapi pertengkaran tidak akan usai apabila kedua belah pihak tidak mau meredam emosi dan menurunkan nada bicaranya.
Jika pasangan kita berbicara dengan nada tinggi berusahalah untuk menanggapi perkataannya dengan lembut. Berbicara dengan nada yang lembut akan meredakan ketegangan yang terjadi dan membuat lebih mau mendengar satu sama lain. Akan tetapi, sebelum berbicara dengan pasangan kita sebaiknya ciptakan suasana yang nyaman antara kita dan pasangan. Agar emosi kita sama-sama terjaga. Karena ketika emosi orang cenderung tidak dapat berpikir jernih dan tidak mengandalkan akal sehat.
Saling jujur dan terbuka
Dalam suatu hubungan memang harus berlandaskan kejujuran, ya. Salah satu penyebab terjadi pertengkaran adalah tidak saling terbuka dan jujur satu sama lain. Ketika bertengkar terhadap sesuatu utarakan apa yang kita ingin sampaikan kepada pasangan, begitu juga sebaliknya. "Memahami dan menerima itu kunci dalam hubungan. Kalau kita dan pasangan mau menyelesaikan pertengkaran maka kejujuran dari kedua pihak bisa membantu penyelesaian konflik itu."
Tidak merambat ke hal lain
Tidak bisa dipungkiri, sebuah pertengkaran juga bisa merambat ke hal lain. Untuk menghindari hal ini, dengarkan terlebih dahulu sudut pandang masing-masing. Dari sudut pandang inilah kita bisa menentukan bersama masalah apa yang paling mengganjal dan yang ingin kita selesaikan. dengan menyepakati sumber masalah tersebut menjadi pertanda bahwa kita telah menjadi pendengar yang baik, serta menunjukkan keinginan bahwa kita ingin menyelesaikan masalah tersebut.
Mencari solusi terbaik
Setelah menentukan masalah apa yang menjadi pengganjal hubungan dan ingin kita selesaikan, akhiri pertengkaran dengan mencari solusi dari permasalahan tersebut. "Kita saling tanya pendapat, jalan terbaik menyelesaikan masalah ini apa? Kalau belum ada titik tengahnya, cari alternatif lain supaya masalah bisa cepat selesai," ungkap Irma.
Apabila sudah ditemukan solusi yang terbaik, pegang komitmen dan segera berdamai dengan pasangan. Jangan pernah mengungkit kembali permasalahan yang telah selesai.
Nah, Anda sudah siap bertengkar, eh, beradu argumen dengan pasangan?
Eveline