Batan dan Untan Riset Pengobatan Kanker

GUNA memperkuat aplikasi iptek nuklir di bidang kesehatan, Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan Universitas Tanjungpura (Untan). Sesuai MoU, kedua pihak akan mengembangkan penelitian boron neutron capture cancer therapy (BNCT), sebuah terapi terhadap penyakit kanker dengan menggunakan teknologi nuklir. 

Peneliti utama konsorsium, BNCT Yohanes Sarjono menjelaskan terapi BNCT memerlukan agen pembawa boron untuk diinjeksikan ke dalam tubuh dan diarahkan masuk ke sel-sel kanker. Untuk keperluan itu, senyawa boron perlu disintesis agar memiliki sifat biologis dan sifat kimia yang diinginkan. 

Nantinya, boron di dalam tubuh pasien tersebut akan disinari neutron. Setelah disinari, senyawa boron akan meluruh dalam sel-sel kanker dan membunuh sel-sel tersebut tanpa merusak sel-sel sehat lainnya dalam tubuh pasien.

"Senyawa boron akan luruh dan menghasilkan sinar alfa dan litium. Energi dari kedua partikel ini jangkauannya kurang dari diameter sel sehingga radiasinya hanya akan membunuh sel kanker saja," jelas dia di sela-sela penandatanganan MoU di Gedung Rektorat Untan, Pontianak, Kalimantan Barat, Kamis (14/8).

Yohanes mengatakan saat ini tim konsorsium tengah mengembangkan analog (unsur) dari kurkumin (kunyit) sebagai pengikat boron. Kunyit telah lama dikenal memiliki kandungan antikanker yang ampuh.  

"Analog kurkumin yang akan membawa boron menuju ke sel-sel kanker," imbuhnya.

Peneliti UGM Bagaswoto Poedjomartono mengungkapkan metode BNCT merupakan terapi kanker paling efektif di dunia saat ini. Terapi BNCT telah diaplikasikan di 13 negara semisal AS, Jerman, Jepang, Taiwan, dan Tiongkok. 

"Terapi ini langsung menyerang pusat kanker. Tidak akan menimbulkan efek samping yang berat seperti rambut rontok dan lainnya. Beda dengan kemoterapi sistemis yang menyerang seluruh tubuh," jelas dia.

Selain dengan BNCT, kanker bisa diobati melalui metode kemoterapi sistemis,  radioterapi, kemoterapi lokal, regional, dan pembedahan. Pembedahan lazimnya dilakukan ketika sel-sel kanker masih kecil dan belum menyerang pembuluh darah atau organ dalam yang vital. 

Tiga aspek

Menurut Kepala  Batan Djarot Sulistio Wisnubroto penelitian tersebut akan fokus pada tiga aspek utama, yakni bagaimana menempatkan senyawa boron secara lebih presisi ke dalam tubuh pasien, mengembangkan alat penyinaran neutron yang lebih mobile, dan menentukan dosis neutron yang ditembakkan ke lokasi sel-sel kanker.  

"Tantangan penelitiannya di tiga aspek itu," kata Djarot. 

Menurut rencana, penelitian itu bakal menghabiskan dana sebesar Rp 33  miliar selama empat tahun. Dana sebesar itu akan digunakan untuk membeli alat penyimpan neutron, menemukan senyawa antikanker terbaik, dan mengembangkan alat penyinaran neutron berbahan nikel. 

Agar bisa efektif direalisasikan, Djarot menambahkan, MoU juga diperkuat dengan penandatanganan piagam kerjasama. Dalam piagam tersebut, kedua pihak telah menetapkan tahapan penelitian dan tanggung jawab tiap lembaga.

"Di situ (piagam), ada klausul yang menyatakan bahwa siapapun yang wanprestasi bisa dituntut. Tahapannya juga telah ditetapkan," ujarnya. (Deo/H-3) 

CEGAH KANKER PAYUDARA: Deputy Director Factory PT Yakult di Jakarta, kemarin. Menurut penelitian, Yakult yang mengandung bakteri Lactobacilus casei Shirota strain selain menjaga kesehatan sistem pencernaan juga dapat mencegah kanker payudara. 

Postingan populer dari blog ini

Awet Muda: Tubuh Bugar