Gangguan pada Mata

Ada banyak gangguan pada mata. Bukan sekadar radang mata dan iritasi, lo. Berikut penjelasan dr. Emilia Setyaadmadja, Sp.M, Spesialis Mata dari Siloam Hospitals Kebon Jeruk tentang berbagai penyakit pada mata.

1. Keluhan refraksi

Orang yang mengalami kelainan refraksi tidak bisa melihat jelas. Semua benda tampak buram karena cahaya yang masuk ke dalam mata tidak dapat difokuskan dengan jelas. Akibatnya, bayangan benda terlihat buram atau tidak tajam.

Pada mata normal, cahaya yang masuk akan difokuskan tepat pada retina sehingga menghasilkan bayangan benda yang jelas.

Ada 4 jenis kelainan refraksi

- Minus (miopia) atau rabun jauh.

Mata sulit memfokuskan bayangan benda yang terletak jauh. Penyebabnya, bola mata yang panjang atau bias kornea/lensa yang terlalu kuat (terlalu cembung). Jalan keluar, memakai kacamata minus atau lensa kontak. atau dilakukan operasi lasik. 

- Hipermotria atau rabun dekat. Terjadi pada anak-anak dan orang dewasa. Mata akan sulit memfokuskan bayangan benda yang terletak dekat dengan mata. 

Umumnya keadaan ini disebabkan bola mata yang terlalu pendek atau kekuatan bias kornea/lensa yang terlalu lemah (kurang cembung). Tak bisa tidak si penderita harus memakai kacamata kalau ingin melihat jelas. 

- Astigmatisma (silindris).

Timbul akibat kelainan kecembungan kornea, yaitu pada bagian transparan di depan bola mata. Tanda yang paling kelihatan adalah penglihatan kabur atau berbayang. Untuk mengatasinya, pakai kacamata atau lensa kontak. Bisa juga operasi lasik. 

- Presbiopia

Lebih dikenal dengan "mata tua" karena mereka yang mengalami gangguan ini berusia biasanya 40 tahun ke atas. Kemampuan mata untuk membaca dekat, akan berkurang. Gangguan ini boleh dibilang merupakan perubahan yang alami karena terkait dengan pertambahan usia. Kacamata bisa menolong si penderita.

2. Konjungtivitis atau mata merah.

Peradangan pada konjungtiva akibat terkena iritasi atau infeksi karena virus (mata berair), bakteri (banyak kotoran), dan jamur.

Si penderita akan merah matanya, gatal, seperti ada benda asing di mata. Bisa terkena pada anak-anak dan orang dewasa.

Pengobatan penderita yang satu dengan yang lain berbeda karena penyebabnya belum tentu sama.

3. Keratitis.

Juga berupa peradangan. Diawali dengan konjungtivitas yang tak bisa sembuh menyerang kornea. Gejala mata merah dan turunnya kemampuan penglihatan. Salah satu penyebabnya adalah pemakaian lensa kontak.

Pengobatannya sangat tergantung tingkat keparahan. Jika disebabkan infeksi, membutuhkan obat-obatan tertentu, seperti obat antivirus (akibat virus), antibiotik (akibat bakteri), dan obat antijamur (akibat jamur).

4. Katarak. 

Gangguan ini ditandai dengan penglihatan yang buram. Biasanya terjadi pada orang tua. Tetapi bisa juga terjadi pada anak-anak meski jarang terjadi. Bahkan bayi baru lahir juga bisa terkena katarak kalau ada kelainan bawaan ibunya. TORCH, salah satunya. Penyebab utama adalah usia tua, obat-obatan steroid, atau terkena paparan sinar matahari.

Untuk mengatasinya, tindakan operasi bisa dilakukan untuk menghilangkan katarak dan mengembalikan fungsi mata dengan baik.

Perawatan lain bisa dilakukan dengan: 1. Memakai kacamata dengan kondisi sesuai dengan katarak. 2. Menggunakan kaca pembesar untuk melihat lebih jelas. 3. Menggunakan kacamata saat di bawah sinar matahari. 4. Tidak mengemudikan kendaraan saat malam hari. 

5. Pterygium.

Seperti ada selaput berbentuk segitiga di selaput putih mata seperti ada daging tumbuh.

Penyebab paparan sinar matahari, debu, iritasi, dan angin.

Pengobatan, jika terkena bola mata yang hitam, mau tak mau harus dilakukan operasi. 

6. Glaukoma.

Si penderita tidak bisa melihat dalam jangka waktu tertentu. 

Penyakit ini disebabkan penyakit mata tertentu yang menyerang bagian saraf optik mata. Tekanan yang terlalu tinggi dalam bagian mata bisa menyebabkan penyakit ini muncul. 

Jenis glaukoma: 1. Glaukoma primer sudut terbuka: bisa berakibat fatal karena penderita tidak menyadari penglihatannya tiba-tiba sudah buram, pandangannya menjadi kecil. 

2. Glaukoma sudut tertutup: ada rasa nyeri mendadak di mata bahkan sampai nyeri kepala karena tekanan yang tinggi. Sehingga saraf matanya rusak semua. 

Pengobatan: dengan obat-obatan glaukoma. Kalau tidak menolong, operasi jalan keluarnya.

3. Glaukoma sekunder bisa karena infeksi dan radang.

Pengobatan: dilakukan sesuai dengan penyebabnya.

7. Retiopati prematuritas (ROP) pada bayi prematur.

Merupakan penyakit mata yang menyerang bayi prematur. Terjadi pada usia kehamilan kurang dari 28-30 minggu, dengan berat badan bayi kurang dari 1.000 gram. 

Pengobatan, bayi harus di-screaning 3 minggu - 1 bulan setelah lahir. Jika tidak di-screaning dari awal, bisa mengakibatkan kebutaan. Selain itu, bisa berakibat perdarahan retina dan lepasnya retina. Jalan keluar dengan tindakan operasi. Kalau pembuluh darah tumbuh tidak baik, mau tak mau harus dilaser.

8. Bintitan.

Penyakit yang menyerang bagian mata yang sangat mengganggu, namun biasanya tidak berlangsung lama. Mata bintitan biasanya ditandai dengan munculnya bintitan seperti bisul biasanya terjadi di sekitar kelopak mata. Tapi kondisi mata tidak merah.

Penyebab, infeksi karena terkena bakteri. Bisa menjadi akut dan kronis, dimana kelopak sudah tidak merah lagi tapi masih ada benjolan. 

Pengobatan, diberikan antibiotik dan kompres hangat dengan menggunakan handuk kira-kira 3 kali dalam sehari. Hindari makanan alergi seperti seafood, kacang-kacangan, cokelat. Hindari mengucek-ucek mata. 

9. Tersumbatnya saluran air mata. 

Biasanya terjadi pada bayi karena saluran air mata belum sempurna sehingga bayi yang suka belekan dan berair matanya.

Pengobatan, ditunggu sampai usia bayi agak besar. Pijatan sekitar mata akan menolong membuka salurannya. Biasanya akan terbuka sendiri sebelum bayi usia satu tahun.

10. Mata kering. Mata mengalami kekurangan cairan akibat air mata yang mudah menguap atau produksi air mata yang terlalu sedikit. 

Penyebabnya, faktor usia karena sebagian terjadi pada lansia, perubahan hormon, misalnya ketika hamil, menggunakan pil kontrasepsi, dan menjelang masa menopause, aktivitas dan kebiasaan yang menyebabkan frekuensi mata berkedip berkurang.

Misalnya membaca, bekerja di depan komputer, dan menulis. Penyakit tertentu misalnya HIV dan lupus.

Pengobatan, jika dilakukan sendiri, gunakanlah obat tetes mata yang memiliki khasiat melembapkan mata atau berfungsi sebagai pengganti air mata. 

Jika ke dokter akan diberi obat-obatan yang bisa menstimulasi produk air mata atau meningkatkan jumlah air mata, serta menurunkan risiko kerusakan pada kornea.

Noverita K. Waldan   

            


Postingan populer dari blog ini

Awet Muda: Tubuh Bugar