Pencegahan Penyakit Menjadi Prioritas

Pemerintah akan memprioritaskan aspek promotif dan preventif sebagai intervensi dalam layanan kesehatan nasional. Hal ini diperlukan untuk menekan beban kesehatan di masyarakat.

JAKARTA, KOMAS - Pandemi Covid-19 menunjukkan pentingnya aspek promotif dan preventif dalam sistem layanan kesehatan. Pemerintah berkomitmen menjadikan intervensi di sisi hulu itu sebagai fokus transformasi layanan kesehatan di Indonesia. Semua pihak, termasuk industri kesehatan, diharapkan bisa mengikuti. 

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin di Jakarta, Kamis (18/11/2021), dalam acara Kompas 100 CEO Forum Powered by East Ventures Ke-12 mengatakan, selama ini industri kesehatan memiliki tingkat efektivitas dan efisiensi rendah.

Hal itu dapat dilihat dari besarnya biaya kesehatan dengan usia harapan hidup masyarakat. Di sejumlah negara, tingginya biaya kesehatan tidak selaras dengan lamanya usia harapan hidup. 

Hal itu terjadi karena ada anomali. Sebagai contoh, Kuba memiliki biaya kesehatan per kapita yang kurang dari 10 persen dari Amerika Serikat, tetapi tingkat usia harapan hidup sama. Hal itu disebabkan Kuba banyak melakukan tindakan promotif dan preventif.

"Jadi, pendekatan kesehatan, strategi kesehatan bukan untuk mengobati orang sakit, melainkan harus menciptakan orang sehat. Selama ini, anggaran kesehatan di Indonesia hampir 90 persen untuk layanan kuratif. Karena itu, ke depan, kita mengubah anggaran untuk lebih banyak ke promotif preventif," tutur Budi.    

Pada tahun 2022 pemerintah mengalokasikan anggaran Rp 255,4 triliun untuk bidang kesehatan. Anggaran itu akan difokuskan untuk biaya lanjutan penanganan Covid-19 seperti program vaksinasi dan perawatan pasien Covid-19 peningkatan efektivitas jaminan persalinan dan integrasi program Jaminan Kesehatan Nasional, lanjutan percepatan penurunan tengkes, serta penguatan reformasi sistem kesehatan nasional.

Budi menambahkan, optimalisasi anggaran kesehatan untuk promotif dan preventif dilakukan antara lain, untuk menambah tiga jenis antigen dalam program vaksinasi masyarakat, yakni human papilloma virus (HPV), pneumococcal conjugate vaccine (PCV), dan rotavirus. Selain itu layanan untuk kunjungan pemeriksaan kehamilan (antenatal care/ANC) akan ditambah dari empat kali pertemuan menjadi enam kali pertemuan, fasilitas pemeriksaan kesehatan rutin (medical check up) akan ditanggung dalam program Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS), serta penapisan kesehatan pada bayi baru lahir.

Transformasi kesehatan

Terkait dengan transformasi kesehatan nasional, Budi menyampaikan, Kementerian Kesehatan telah menyusun enam program utama yang harus dijalankan pada periode 2021-2024. Program itu meliputi transformasi layanan primer, layanan rujukan, sistem ketahanan kesehatan, sistem pembiayaan kesehatan, sumber daya manusia bidang kesehatan, dan transformasi teknologi kesehatan.

Dari keenam aspek tersebut, industri bisa berperan untuk mendukung upaya transformasi sistem ketahanan kesehatan dan transformasi teknologi kesehatan. Pemerintah menargetkan tingkat komponen dalam negeri pada produk farmasi dan alat kesehatan bisa mencapai 50 persen.

"Kalau ada lockdown (karantina wilayah) pada situasi krisis seperti pandemi ini, produksi kita akan mati. Jadi itu bukan soal nasionalisme saja, tetapi lebih pada resilience of our health care system (ketahanan sistem layanan kesehatan kita) untuk mendistribusikan layanan kesehatan ke 270 juta penduduk Indonesia," tutur Budi. 

Untuk mendorong hal itu, pemerintah akan memberikan insentif bagi industri mulai dari hulu hingga hilir pada pengembangan bahan aktif farmasi sampai ke proses produksi dan distribusi. Hal itu terutama pada produksi obat esensial. 

Upaya untuk mencari lisensi dari produk yang dihasilkan juga akan didukung oleh pemerintah. Begitu pula dengan pengadaan pemerintah yang akan diarahkan pada produk buatan dalam negeri. 

Budi menyebutkan, industri bisa terlibat untuk mendukung transformasi teknologi kesehatan. Ke depan, bioteknologi akan lebih banyak digunakan untuk terapi pengobatan. Terapi akan diberikan lebih spesifik dan personal tergantung dari kondisi setiap pasien.

Presiden Direktur PT Kalbe Farma Tbk Vidjongtius menuturkan, kebutuhan inovasi di bidang kesehatan amat beragam. Oleh karena itu, industi membutuhkan arahan dari pemerintah terkait dengan prioritas produk inovasi.

"Kebutuhan inovasi cukup banyak. Agar lebih efektif, harus ada fokus. dengan adanya fokus dan skala prioritas ini, industri bisa lebih mudah untuk menyelaraskan inovasi dengan rencana pemerintah," ujar Vidjongtius.

Melalui skala prioritas ini, menurut Vidjongtius ekosistem  riset dan inovasi juga lebih kondusif untuk memperkuat kerja sama antara akademis, industri, pemerintah, dan komunitas. Hilirisasi riset pun diharapkan tidak lagi sekadar wacana dan rencana, tetapi sudah sampai ke tahap aksi.

Teknologi informasi

Budi menambahkan, pemanfaatan teknologi informasi dalam bidang kesehatan akan diarahkan pula pada aspek promotif dan preventif. Layanan kesehatan jarak jauh (telemedicine) jangan hanya melayani konsultasi kesehatan, melainkan juga untuk mempromosikan perilaku hidup sehat di masyarakat sampai ke pelosok negeri.

Mahadata (big data) dan kecerdasan buatan bisa mengubah industri kesehatan dalam 5-10 tahun ke depan. Pemanfaatan telemedicine yang memuat  hasil diagnostik dari dokter disertai dengan riwayat hasil rontgen, pemberian obat, dan data laboratorium, dari semua penduduk, bisa untuk melihat prospek kesehatan masyarakat di mada depan. "Risiko kesehatan pun bisa dicegah sejak dini," ucapnya.

Chief Commercial Officer SehatQ Andrew Sulistya mengatakan, industri kesehatan digital berkembang pesat  selama masa pandemi Covid-19. Namun, ia menilai, layanan  kesehatan digital belum dimanfaatkan secara optimal. Industri kesehatan digital lebih  dilibatkan di berbagai program nasional. 

"Kalau berbicara mengenai digital health care (layanan kesehatan digital), itu kemampuannya jauh lebih luas dari sekadar telemedikasi. Layanan digital ini dapat dimanfaatkan untuk mendukung efisiensi biaya, efisiensi waktu, ataupun kegiatan promotif, edukatif, dan preventif," ujarnya. 

Deonisia Arlinta

Postingan populer dari blog ini

Awet Muda: Tubuh Bugar