Jenis Makanan yang Dapat Memicu Inflamasi

Inflamasi adalah reaksi normal tubuh untuk memperbaiki sel yang rusak. Namun, dalam jangka panjang, ini bisa merugikan tubuh. Kenali beberapa jenis makanan yang dapat memicu inflamasi.

Inflamasi  yang disebabkan reaksi kekebalan tubuh untuk melawan infeksi atau benda asing, menimbulkan beberapa gejala pada tubuh. Gejala itu antara lain ruam pada kulit, sakit kepala, perasaan kelelahan, atau nyeri pada bagian dada atau perut. Sinyal bahwa tubuh sedang melawan sesuatu ini, jika dibiarkan berkepanjangan dapat memicu beragam kondisi atau penyakit lain, semisal asma, penyakit kardiovaskular, bahkan kanker.

Oleh karena itu, penting menjaga tubuh dalam kondisi sehat. Jika terjadi inflamasi pun, sebisa mungkin kita membantu tubuh untuk segera memperbaiki sel-sel dan jaringan dengan tidak membiarkan inflamasi berlangsung terlalu lama. Membantu tubuh memulihkan diri lebih cepat dan menghindari inflamasi berkepanjangan sangat penting, terutama pada masa pandemi seperti saat ini, karena risiko terserang penyakit jadi lebih besar.

Pemulihan dari inflamasi bisa ditempuh dengan perubahan gaya hidup dan pola makan. Beberapa jenis makanan punya kecenderungan memperburuk, atau bahkan memicu inflamasi pada tubuh. Kenali jenis-jenis makanan ini agar ketika tubuh mengalami inflamasi, Anda bisa menghindarinya.  

Gula tambahan

Banyak orang mengonsumsi gula lebih dari yang disarankan. Batasan maksimal konsumsi gula per hari adalah 6 sendok makan. Namun rata-rata orang AS mengonsumsi sekitar 17 sendok teh per hari.

Gula memicu inflamasi karena ketika kita mencerna sesuatu, gula masuk ke darah. Insulin lantas membawa gula ke dalam sel untuk menjadikannya energi. Namun, ketika terlalu banyak gula dalam sekali waktu, insulin mencoba menyimpan kelebihannya di dalam sel lemak, membuatnya kian besar. Semakin lama, ini dapat menyebabkan kelebihan berat badan atau resistensi insulin, yang terkait dengan gangguan metabolisme.

Saat ini, memang lebih sulit menghindari gula karena pabrik makanan menambahkan takaran yang besar untuk memperkaya rasa. Namun, riset juga menunjukkan konsumsi terlalu banyak gula bisa menyebabkan inflamasi kronis. 

Lemak trans

Lemak trans adalah salah satu jenis lemak jenuh. Secara alami, lemak ini terdapat dalam jumlah kecil pada misalnya daging sapi, kambing, atau produk yang terbuat dari susu. Namun, saat ini, industri pangan, banyak memproduksi lemak trans dengan hidrogenisasi, menambahkan hidrogen pada minyak goreng. Sejumlah produk seperti kudapan ringan atau biskuit juga mengandung lemak trans.  

Lemak trans dapat meningkatkan level kolesterol buruk (LDL) dan menurunkan kolesterol baik (HDL). Hal ini meningkatkan risiko penyakti jantung, stroke, dan diabetes tipe 2.

Daging merah dan daging kemasan

Baik daging olahan pabrik maupun daging merah tinggi kandungan lemak jenuh, yang memicu inflamasi. Proses pengolahan daging kemasan barangkali telah diasinkan, difermentasi, atau diasap untuk memperkaya rasa atau memperpanjang usianya, juga dapat mempertinggi kandungan lemak jenuhnya.

Untuk mengurangi konsumsi daging merah, cobalah untuk berkomitmen tak mengonsumsi daging merah, misalnya 4 hari dalam seminggu. Ketika makan daging, Anda juga bisa memperlakukan daging merah sebagai lauk sampingan dan menjadikan sayuran atau makanan berserat lain sebagai menu utamanya.  

Omega-6

Asam lemak omega 6 adalah lemak yang digunakan tubuh untuk memproduksi energi. Tubuh kita tak bisa memproduksi asam lemak ini, maka kita perlu mendapatkannya dari makanan yang kita asup. Contoh makanan yang kaya asam lemak omega-6 adalah minyak jagung, mayones, atau minyak kanola. Asam lemak ini juga berkontribusi pada inflamasi baik yang dibutuhkan tubuh untuk menyembuhkan diri.

Namun, kita membutuhkan omega-6 dalam jumlah yang seimbang. Oleh karena itu, kita perlu mengimbanginya dengan omega-3. Kalau kita terlalu banyak mengonsumsi omega-6 dan tak cukup omega-3, dapat terjadi inflamasi dalam kurun yang tak terlalu panjang.

Karbohidrat refinasi

Karbohidrat refinasi (refines carbs) sudah mengalami proses pabrik atau proses pengolahan makanan berulang kali sehingga kandungan seratnya sudah jauh berkurang atau bahkan hilang. Makanan jenis ini misalnya kentang goreng, nasi putih, sereal manis, roti, biskuit, atau es krim.   

Karbohidrat refinasi memicu inflamasi karena dipecah menjadi gula dan sangat cepat dan langsung masuk ke aliran darah kita. Naiknya gula darah secara tiba-tiba memicu respons inflamasi karena tubuh, mencoba menyingkirkan gula dari dalam darah.

Untuk menghindari karbohidrat sederhana, Anda bisa mulai meragamkan sumber karbohidrat dengan karbohidrat yang kompleks dan mengandung serat lebih tinggi. Semisal, beras merah, beras cokelat, singkong, jagung, havermut, atau pisang. (NOV) 

Postingan populer dari blog ini

Awet Muda: Tubuh Bugar